Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Sebuah kolam gizi milik bersama menjelma dari perpaduan dana operasional RT sebesar Rp 2 juta per bulan yang didapat dari pemda setempat dan gotong royong warganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kolam gizi itu berupa tiga unit akuarium yang berjajar sepanjang sekitar tujuh meter di mulut Jalan Nusa Indah IV, RT 008/04. Berisi aneka jenis ikan hasil budidaya, kolam dari jajaran akuarium besar berkombinasi dengan tanaman akuaponik dan akuarium lain berisi ikan-ikan hias tersebut juga menambah estetika jalan umum di tengah permukiman yang cukup padat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Pencegahan Krisis Planet, begitu isi papan digital yang terpasang di gapura jalan gang itu menyambut siapapun yang melintas. Adapun akuarium kolam gizi tampak berisi jenis-jenis ikan lele, gurame, dan nila merah.
Menurut Taufiq Supriadi, Ketua RT 008/04, saat waktunya panen, ikan-ikan dibagikan gratis kepada warga. Pembagian terutama untuk warga yang memiliki balita demi mencegah gizi buruk. "Kami mencoba memulai dengan langkah-langkah kecil untuk dampak yang besar di kemudian hari," kata Taufiq saat ditemui pada Senin, 22 April 2024.
Kolam gizi warga di Gang 8, Jalan Nusa Indah IV, RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin, 22 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Taufiq mengajak TEMPO melihat-lihat kolam gizi yang dibanggakannya itu. Dia mengklaim, peternakan sederhana yang dibangun secara kolektif itu sudah membawa dampak nyata untuk masyarakat sekitar. "Setiap panen hasilnya dibagi rata ke rumah-rumah, namun diprioritaskan kepada balita dan juga lansia," kata Taufiq lagi.
Dia menceritakan, akuarium dibuat secara bergotong royong. Dimulai dari memanfaatkan dana yang didapat dari biaya operasional RT yang diberikan oleh pemerintah sebesar Rp 2 juta per bulan hingga kini warga yang menamakan diri Gang 8 itu mendapat pula pemasukan dari dana CSR satu perusahaan BUMN. "Dana CSR untuk menambah fasilitas pendukung," kata Taufiq
Kepada TEMPO ditunjukkannya 300 ikan lele, 500 nila merah, dan 30 gurame yang mengisi kolam gizi tersebut. Taufiq menilai, selain untuk bantuan pangan menghindari gizi buruk, kehadiran akuarium itu menambah kesan bersih dan indah. "Bisa dijadikan objek bersantai dan ngobrol sama tetangga," ujar pria berusia 47 tahun yang dilantik menjadi Ketua RT pada Oktober tahun lalu ini.
Ketua RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Taufiq Supriadi, ketika ditemui Tempo pada Senin, 22 April 2024.
Keberadaan kolam gizi belakangan dipayungi pula oleh jalaran tanaman anggur muda sebagai kanopi hidup di jalan gang itu. Taufiq berharap inisiatif lokal mencegah krisis pangan yang tercipta di sana bisa mendapat perhatian dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. "RT kami telah ditetapkan menjadi pusat percontohan, bahkan mendapat rekor MURI sebagai RT pertama yang memiliki kolam hias dan gizi warga," katanya.
Sementara itu, warga yang ditugaskan menjaga akuarium dan lingkungan sekitar Gang 8, Waluyo, menyampaikan rasa bangga dan antusiasnya. Dia berharap program kolam gizi membantu memudahkan perekonomian masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas gizi warga.
Dalam pekerjaannya, Waluyo dibantu jaringan 16 CCTV yang mengawasi 24 jam sehari. "Tapi saya yakin seluruh warga di sini ikut menjaga supaya ikan di akuarium ini tidak dirusak. Sebab nanti hasilnya juga dibagikan, dari kita untuk kita," ujarnya saat ditemui di Kelurahan Malaka Jaya.
Pilihan Editor: Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1