Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mentan: Kalau Harga Beras dan Jagung Tak Bersahabat, Potong Semua Pohon Sagu

Syahrul Yasin Limpo mengatakan kementeriannya telah siap menghadapi ancaman krisis pangan. Salah satunya bila harga beras dan jagung terus naik.

6 Oktober 2022 | 17.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya telah siap menghadapi ancaman krisis pangan. "Sekrisis apapun Kementan itu sudah ada program. Kalau beras, jagung, kalau memang harganya tidak bersahabat, potong semua pohon sagu yang ada," ucapnya dalam acara Kegiatan Pembekalan Penyuluhan Pertanian Nasional di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Kamis, 6 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan Indonesia masih memiliki 5 juta hektare lahan pertanian sagu. Jika pohon sagu dipotong dari total 1 juta hektare, kata Syahrul, stoknya sudah bisa bertahan untuk satu hingga dua tahun ke depan. "Makan sagu aja. Kita kompak-kompak saja," ujarnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesiapan Indonesia menghadapi krisis pangan juga terbukti dari kenaikan ekspor produk pertanian  tahun lalu sebesar 38 persen. Sedangkan selama Orde Baru saja, nilai ekspornya hanya naik 15 persen.

Syahrul apun yakin INdonesia siap menghadapi ancaman krisis pangan setelah Food and Agriculture Organization atau FAO menyatakan hal yang sama. "Tolong ini dibicarakan dengan keras. Jangan terus menerus diam-diam begini. Dikira pertanian kita apa adanya, enggak," ucap dia. 

Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebelumnya mendorong pertanian menjadi salah satu bantalan demi mengantisipasi krisis ekonomi dunia yang diramalkan terjadi pada tahun 2023.

"Ternyata ketika kita menghadapi pandemi dan menjelang krisis pangan, bantalannya adalah pertanian," kata Wapres Ma'ruf seusai meninjau Guler Farm Nature, di Desa Kandawati, Tangerang, Banten pada Rabu 6 Oktober 2022.

Menurut Wapres, Indonesia memiliki banyak kekayaan alam, yang diperlukan adalah cara untuk terus berinovasi agar hasil produksi pertanian dapat lebih melimpah.

"Di Papua Barat terdapat lebih dari 125 macam pisang, itu di Papua Barat saja. Artinya, kita itu kaya sekali, tetapi kurang dikembangkan. Oleh karena itu, saya berharap terus dikembangkan, jangan ada lahan yang tidur dan jangan ada tenaga yang nganggur," kata Ma'ruf Amin.

RIANI SANUSI PUTRI | ANTARA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus