Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Curik Bali Made in Bandung

31 Januari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mungkin lama-lama curik (Bali) di Indonesia sumbernya dari saya," kata Soehana Oetojo terkekeh. Dia mungkin bergurau. Tapi satu-satunya penangkar curik Bali yang mempunyai izin penangkaran komersial itu tidak asal bicara. Di tempat penangkarannya di Bandung, curik beranak-pinak hingga 115 ekor. Padahal di habitat aslinya, burung berkaca mata biru ini hanya teridentifikasi 5 ekor.

Kecintaannya pada curik ini membuat rumah Soehana lebih mirip pasar burung ketimbang rumah tinggal. Di rumahnya bertebaran puluhan kandang berukuran setengah meter hingga tiga meter. Dia bahkan merelakan satu ruangan di lantai dua dijadikan kandang. "Dalam satu kandang ada yang satu ekor, ada juga sampai enam ekor," katanya.

Ia memulai penangkaran sejak 1994. Sekarang, koleksi curiknya sudah ratusan ekor. Dan ini jelas bukan hobi murah. Tiap bulan ia harus merogoh kocek Rp 10 juta untuk membeli pakan seperti kroto, ulat Hong Kong, jangkrik, dan pisang. "Saya tidak bisa mundur lagi. Kalau berhenti, lalu curik diambil pemerintah dan ditempatkan di tempat yang saya tidak yakin terjamin, sangat sayang," katanya.

Karena koleksi curiknya terus bertambah, ia mulai menjual curik setelah mengubah izin penangkarannya menjadi izin penangkaran komersial. Tapi ini tidak berarti ia melepas curiknya ke sembarang orang. Jika ada yang berminat membeli, Soehana akan meneliti dengan cermat sang calon pemilik. Ia tak segan-segan mengecek latar belakang calon pembeli ke pedagang burung kenalannya. "Misalnya si A bener gak ngurus burungnya," katanya. Untuk yang serius pun masih dia saring dengan harga jual yang tinggi: Rp 7,5 juta-10 juta per ekor. "Kalau tidak serius, pasti mundur," katanya.

Ahmad Fikri (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus