Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Dari Biotipe Ke Biotipe

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh BPPT untuk mencari/menemukan padi varietas unggul yang tahan terhadap wereng. (ling)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMPUN padi di dalam pot plastik itu kelihatan kering-layu berwarna cokelat, dan di sekujur batangnya bergerombol serangga kecil berwarna kecokelatan: wereng. Padahal padi yang dimasukkan di dalam kotak-kotak kaca kecil itu adalah IR 26, 28, 29, 30, dan 42, varietas unggul yang sudah teruji sangat tahan terhadap wereng biotipe I. Dan dari penelitian yang dilakukan BPTP (Balai Penelitian Tanaman Pangan) varietas ini terbukti pula mampu menghadapi wereng biotipe III. Karena itu varietas tadi bersama dengan IR 50, 52, dan 54 -- hasil penemuan baru di BPTP yang ternyata tahan terhadap wereng biotipe I, 11, dan III -- sudah dipersiapkan menghadapi gelombang serangan biotipe III yang diduga segera datang. Anehnya varietas yang disebut terakhir pun habis hangus digerogoti wereng ketika dimasukkan di dalam kotak kaca itu. Percobaan di laboratorium BPTP di bagian barat Bogor itu memang mengagetkan para ahli. "Kita bersiap-siap menghadapi biotipe III ternyata yang menyerang ini lain lagi," ujar Dr. Ida Nyoman Oka, 56 tahun, Direktur Direktorat Perlindungan. Tanaman Pangan (DPTP) Deptan. Pada mulanya, Januari tahun lalu, 50.000 ha tanaman padi IR 42 di Kabupaten Asahan, Deli Serdang, Simalungun, dan Langkat diserang wereng. Serangan meluas mengancam 30.000 ha persawahan di daerah lainnya di Sum-Ut: Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan pinggiran Medan. IR 42 adalah varietas tahan wereng biotipe II, maka begitu mendengar laporan dari Sum-Ut, DPTP lantas menduga bencana oleh biotipe III yang ditunggu, sudah tiba. Segera saja diperintahkan di sana menanam IR 36 yang dipersiapkan. Nyatanya ini juga ludes. Barulah wereng Sum-Ut itu diboyong ke BPTP. Penelitian dilakukan langsung oleh Ida Nyoman Oka yang juga aktif di BPTP, dan hasilnya: ini rupanya biotipe lain lagi. "Sesuai dengan tempatnya ditemukan diberi narna biotipe Sumatera Utara " kata Oka, ahli hama lulusan Universitas Cornell, Amerika. Secara visual yang ini tak berbeda dengan wereng cokelat (brown planthopper) biotipe sebelumnya yang keganasannya mulai dikenal di sini, 1970. Juga berwarna cokelat dan bersayap, siklus hidupnya 30 hari dan begitu rakus mengisap batang padi ketika berumur 15 hari serta berkembang-biak dengan cepat. Seekor betina mampu bertelur 300 butir. Sampai sekarang belum terungkap mengapa biotipe aneh itu lahir di Sum-Ut, "belum diteliti," ujar Oka. DPTP menganggap lebih penting mengirim brigade proteksi mengadakan penyemprotan insektisida di Sum-Ut, baik dari darat maupun udara. Ini paling tidak untuk menjaga serangan tak meluas. Sementara deteksi dilakukan di daerah lain, syukurlah, aman. Bulan lalu pernah ada laporan dari Bali, wereng aneh itu menyerang sekitar Tabanan dan Denpasar, setelah dicek rupanya bukan. Ada juga kabar gembira dari BPTP. Setelah diteliti sejak Maret tahun lalu, ternyata biotipe Sum-Ut itu punya kemiripan dengan wereng biotipe Asia Selatan di India. Maka Oka mencobakan beberapa varietas, termasuk yang berasal India Selatan untuk menghadapi wereng Sum-Ut. Ternyata varietas rathu beenati dan Ptb 33 yang berasal dari negerinya Indira Gandhi itu cukup toleran. Percobaan yang sama sudah dilakukan pula oleh Mochida, ahli hama dari DPTP. Digunakannya biotipe Asia Selatan, dan hasilnya ialah Ptb 33 yang tahan terhadap biotipe Sum-Ut hangus dimakan "Asia Selatan". Cuma rathu heenati yang bertahan. Artinya, kedua jenis wereng tadi masih sedikit berbeda. Dari dua varietas, Ptb 33 dan rathu heenati, berhasil dikembangkan varietas baru yang dinamai PB 56 yang ternyata dalam uji laboratorium mampu menghadapi biotipe Sum-Ut. Tapi tunggu dulu! Varietas itu belum bisa dimasyarakatkan karena sedang mengalami uji lapangan. Sejumlah PB 56 itu sekarang sedang dicoba di "front" Sumatera Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus