Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Di Gunung Kidul, Sistem Peringatan Dini Tsunami Jadi Sarang Semut

Dari 30 unit sistem peringatan dini tsunami yang ada, hanya tiga yang berfungsi. Sisanya rusak dan hilang.

24 Februari 2020 | 00.30 WIB

Ilustrasi - Pemasangan sistem peringatan dini tsunami di Agam. ANTARA/Yusrizal
Perbesar
Ilustrasi - Pemasangan sistem peringatan dini tsunami di Agam. ANTARA/Yusrizal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Gunung Kidul - Sebanyak delapan unit sistem peringatan dini tsunami yang ada di sepanjang pantai Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, rusak. Kerusakan disalahkan kepada Badai Cempaka pada akhir 2017 lalu dan hingga saat ini belum diperbaiki.

"Total delapan EWS (early warning system) tsunami yang dipasang BNPB, semua rusak karena fenomena Badai Cempaka di akhir 2017. Semua yang rusak sudah kami laporkan ke BNPB, tapi hingga sekarang belum ada perbaikan,” kata Sekretaris Tim SAR Korwil II Gunung Kidul, Surisdiyanto, di Gunung Kidul, Minggu 23 Februari 2020.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunung Kidul, Edy Basuki, mengatakan berdasarkan data yang dimilikinya, ada 30 unit EWS dipasang di lokasi zona rawan di sepanjang pantai. Dari total tersebut, hanya tiga yang berfungsi, sedangkan sisanya rusak dan dua lainnya hilang.

"EWS ini sudah dihibahkan, sehingga kewenangan pemeliharaan berada di masing-masing desa yang mendapatkan bantuan," katanya.

Berbeda dari pernyataan Surisdiyanto, data BPBD menyebut penyebab kerusakan EWS di antaranya akibat menjadi sarang semut dan kerusakan pada aki. Selain itu, motor penggerak sirine dari sinyal juga menjadi masalah EWS akibat tertimbun longsor di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari.

“Kami hanya bisa mengimbau agar perbaikan EWS dialokasikan menggunakan anggaran dari Dana Desa,” kata Edy.

Ia mengakui EWS membantu kesiapsiagaan menghadapi bencana. Oleh karena alat deteksi bermasalah, BPBD terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan memperluas jaringan desa tangguh bencana.

"Bulan ini puncak musim hujan. Kami minta masyarakat waspada dan mengenali tanda-tanda alam," kata Edy lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus