Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Di mana kau, mbah gembong ?

Ekspedisi silva indonesia dari ipb & phpa meneliti populasi harimau di meru betiri, banyuwangi. hasilnya: menemukan sebuah jejak kaki yang diduga bekas harimau. ada indikasi harimau jawa masih ada.

5 September 1987 | 00.00 WIB

Di mana kau, mbah gembong ?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEMUA tempat penting telah diintai dan diperiksa. Malah diacak-acak dan diaduk-aduk. Tapi harimau Jawa, penghuni Meru Betiri, wilayah barat Banyuwangi, Jawa Timur, ini tak juga bisa dilihat sosoknya. Masih adakah harimau Jawa kini? Ekspedisi Silva Indonesia dengan 30 mahasiswa Kehutanan IPB dan 15 petugas PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam), pertengahan Agustus lalu mencoba mencari jejak Mbah Gembong, sebutan untuk harimau Jawa (panthera tigris sundaicus) itu. Ekspedisi sepuluh hari ini tak berhasil menemukan yang dicari. Namun, diperoleh petunjuk bahwa Mbah Gembong masih hidup. "Saya yakin, harimau Jawa masih ada di Hutan Meru Betiri," ujar Ir. Trisiswo Raharjo, penasihat teknis ekspedisi itu. Selama sepuluh hari menelasak hutan Meru Betiri, 580 km2, ekspedisi ini hanya menemukan sebuah jejak kaki dan segumpal kotoran hewan yang diduga berasal dari harimau ini. Telapak kaki itu ditemukan di Meru Betiri Barat, sedang kotorannya ditemukan di bagian timur laut. Kedua barang bukti itu dijumpai di pinggir sungai, dan terpisah puluhan kilometer. Bekas telapak kaki itu tercetak tipis di tanah berpasir. Jejak kaki tadi kemudian diukur dan dipotret. Lalu sebuah cetakan dibuat dari gips di atas bekas pijakan harimau itu. Lebar telapak kaki itu sekitar 10 cm. "Ini bekas kaki harimau Jawa, kalau telapak kaki macan tutul atau macan kumbang, paling 5-6 cm," ujar seorang petugas PHPA yang memandu ekspedisi itu. Di kawasan Taman Nasional Meru Betiri memang terdapat juga macan kumbang dan macan tutul. Berbeda dengan harimau Jawa yang hidup merana, kedua jenis macan tadi diduga populasinya tetap bertahan. Dalam habitat yang sempit itu, agaknya macan tutul dan macan kumbang lebih mampu bertahan. Kedua satwa ini pintar memanjat pohon dan lebih gesit mencari mangsa. Dalam jajaran binatang buas, macan Jawa dikenal "pemalu". Jika tak terpaksa, dia segan muncul di depan hewan lain. Tubuhnya kukuh, pendengarannya sangat tajam. Bulu dasarnya kuning terang dengan garis-garis hitam menyilang. Ada warna putih di sekitar dada dan perut. Penampilannya tampak anggun dan perkasa. Tapi keberadaannya di Meru Betiri kini makin memprihatinkan. Di tahun 60-an, menurut sensus, masih ada sekitar 20 ekor. Jumlah ini melorot tinggal 3-4 ekor di pertengahan tahun 70-an. Kini musnah? "Bukti yang ditemukan anak-anak IPB itu cukup akurat, harimau Jawa masih ada di sini," kata Trisiswo. Berapa jumlahnya? Ekspedisi Silva tak menemukan petunjuk untuk membuat taksiran. Dengan populasi yang begitu mini, harimau Jawa ini sulit mempertahankan eksistensinya. Perkawinan dalam keluarga dekat -- induk dengan anak atau sesama anak -- tentu berakibat buruk: terjadi degradasi mutu genetik. Maka, yang lahir belakangan adalah individu lemah, yang gampang terkena penyakit atau stress lingkungan. Ekspedisi Silva Indonesia telah memberikan petunjuk bahwa harimau Jawa belum punah. Jejak kaki dan kotoran memang bukan bukti yang mutlak dibanding, misalnya, film atau potret. Iming-iming dari Dirjen PHPA awal tahun lalu: hadiah Rp 750 ribu bagi siapa yang bisa memotret si Mbah ini, hingga kini belum ada yang menggaet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus