GOVERNMENT AND POLITICS OF SINGAPORE Penyunting: Jon S.T. Quah, Chan Heng Chee & Seah Chee Meow Singapore: Oxford University Press 1987, 338 halaman INI seri buku "Southeast Asian Studies Program" yang diselenggarakan Lembaga Pengkajian Asia Tenggara di Singapura. Tujuannya memperkenalkan hasil pengkajian para sarjana ilmu sosial dan sastra dari Asia Tenara. Kini sudah terbit tiga judul: Pemerintahan dan Politik Singapura, Pemerintahan dan Politik Thailand, dan Pemerintahan dan Politik Malaysia. Bunga rampai tentang Singapura ini pertama kali terbit pada akhir 1985. Setelah direvisi, diterbitkan kembali pada 1987 berisi 12 karangan para sarjana Singapura di bidangnya masing-masing, disusun dalam tiga bagian. Bagian pertama membahas latar belakang dan sejarah perkembangan sistem partai di Singapura (oleh Shee Poon Kim), ekonomi Singapura (Amina Tyabji) dan aspek sosial dan kultural yang mempengaruhl pohtlk Singapura (Chiew Seen-Kong). Bagian kedua, terdiri 5 karangan yang ditulis tiga penyunting buku ini, yaitu Jon Quah, Chan Heng Chee, dan Seah Chee Meov. Bagian inilah yang paling menarik. Chan menulis dua artikel yang membicarakan legislature dan pembuat undang-undang serta partai-partai politik. Dalam karangannya yang pertama, Chan membahas fungsi badan pembuat undang-undang dan latar belakang para pembuat undang-undang itu. Fungsi legislature ialah menentukan tujuan pemerintah, menyelesaikan konflik, dan mengintegrasikan yang memerintah dan yang diperintah. Proses membuat Undang-Undang Pekerjaan (1968), Undang-Undang Aborsi (Pengguguran Kandungan, 1969), dan Undang-Undang Persuratkabaran dan Percetakan (1974) dibahasnya terinci. Chan juga menjelaskan latar belakang para pembuat undang-undang bahwa mereka dari kalangan penduduk yang berpendidikan cukup tinggl, berpengalaman administrasi atau pengelolaan (manajemen). Mereka mewakili kelompok etnisnya, dan usianya lebih muda dari rekan mereka di Eropa AS. Pembuat undang-undang (ketika karangan itu ditulis) terdiri dari anggota Partai Tindakan Rakyat (PAP). Pembahasan tentang PAP merupakan inti artikel Chan yang kedua. Menurut dia, PAP, yang berkuasa sejak 1959, adalah sebuah institusi politik Singapura yang terpenting. Selain PAP, di Singapura terdaftar 18 partai oposisi -- selain lemah dan tak efektif -- yang bukan ancaman berarti bagi keunggulan PAP dalam pemilu. Kini PAP sebuah lembaga nasional. Dan sistem politik yang hegemonik ini tak akan berubah selama pemerintah PAP menjalankan tugasnya. Dua karangan itu ditulis sebelum pemilu tahun 1984. Dalam artikel tambahan (postscript untuk edisi 1987, Chan membahas situasi politik Singapura, antara 1984 dan 1986. Ia berpendapat, umumnya pola politik Singapura tak berubah. Masuknya dua anggota partai oposisi ke parlemen pada Pemilu 1984, Jeyaratnam dari Partai Buruh dan Chiam See Tong dari Partai Demokrasi Singapura, tak mengubah kedudukan partai pembangkang. Pemilu 1984 menunjukkan bahwa tujuan dan nilai-nilai yang dianut para pemimpin angkatan muda tak beda dari angkatan tua. Hanya cara pelaksanaannya yang lain. Chan mencatat Singapura telah memasuki periode regenerasi, dan Jago-Jago tua -- kecuali Lee Kuan Yew dan S. Rajaratnam -- sudah mengundurkan diri. Masyarakat Singapura kini memiliki kesadaran politik yang jauh lebih tinggi dan tak mau tunduk begitu saja. Pertanyaan penting, tetapi tak dijawab Chan, apakah pimpinan baru dapat menguasai kekuatan sosial baru ini, tanpa perubahan berarti dalam model politik sekarang ? Seah Chee Meow membicarakan lembaga parapolitis (parapolitcal institutions) yang memberikan hubungan antara masyarakat dan pemerintah. Lembaga-lembaga yang terpenting ialah Community Centres (Balai Rakyat atau CC), Citizens Consultative Committees (Jawatan-kuasa Perundingan Rakyat atau CCC) dan Residents' Committees (Jawatan-kuasa Penduduk atau RC). Ketiga lembaga itu pernah berperan penting dalam mengukuhkan politik dan kekuasaan PAP. Walaupun CC tak lagi sepenting dulu, karena belakangan ini menjadi sejenis tempat untuk "interaksi sosial" bukan lagi "agen aktif untuk perubahan politik dan kesinambungan sistem", peran CCC dan RC masih tetap mustahak. Bagian ketiga membahas masalah dan isu masa kini, menyajikan 4 karangan: persoalan pendidikan (S. Gopinathan), perumahan umum (Jon Quah), transportasi umum (Seah Chee Meow), dan politik luar negeri (Obaid Ul Haq). Yang agak menarik adalah karangan Haq tentang politik luar negeri Singapura. Sebagai sebuah negara kecil yang miskin sumber alam, kata Haq, Singapura gigih memperjuangkan keselamatan negara, keutuhan teritorial, dan perkembangan ekonomi dengan pelbagai cara. Di antaranya, berbaik-baik dengan negara tetangga, membangun kapasitas pertahanan, dan mengundang modal asing. Haq mengatakan, belakangan ini Singapura lebih dekat dengan ASEAN. Sejauh ini politik luar negeri Singapura sukses, walau terkadang juga membawa masalah lain. Haq memberi amaran kepada para pemimpin muda: karena belum mengalami ujian berat, mereka mungkin tak sadar sepenuhnya akan terbatasnya kekuatan dari sebuah negara kecil. Dan tak ada suatu hal yang paling berbahaya untuk negara kecil daripada melupakan bahwa negara itu kecil! Beberapa masalah penting, seperti kependudukan dan serikat buruh, tak diberi tempat dalam buku ini. Tokoh Perdana Menteri yang begitu menentukan dalam politik Singapura itu mungkin perlu lebih ditonjolkan. Leo Suryadinata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini