Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dugong merupakan salah satu mamalia laut langka yang hidup diperairan tropis yang tersebar diberbagai penjuru dunia seperti Indo Pasifik, Afrika Timur hingga Kepulauan Solomon. Spesies ini memiliki nama ilmiah Dugong dugon. Istilah “dugong” itu diambil dari bahasa Tagalog, “dugong”, yang bersumber dari bahasa Melayu, “duyung” atau “duyong” yang berarti “perempuan laut”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hewan mamalia yang memiliki panjang sekitar 2,4 – 3 meter dengan berat 230 – 930 kg ini terlahir dengan warna krem pucat, seiring bertambahnya usia warnanya akan menjadi lebih gelap hingga abu-abu gelap di bagian punggung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tubuh dugong ditumbuhi oleh rambut-rambut pendek dan memiliki kulit tebal, keras dengan permukaan halus. Dibagian dada dugong memiliki sirip yang panjangnya 35-45 cm. Seekor dugong dapat hidup selama 40-70 tahun. Bagi dugong muda sirip ini berfungsi sebagai pendorong sedangkan pada dugong dewasa berperan sebagai kemudi. Ekor dugong berbentuk homo cercal yang berfungsi sebagai pendorong.
Dugong merupakan hewan herbivora dan menghabiskan waktu untuk makan di padang lamun. Mengingat spesies ini hanya tinggal di wilayah padang lamun yang berkondisi baik, dugong juga dapat dijadikan sebagai bio indikator kondisi padang lamun. Mungkin hal ini bisa menjadi keistimewaan tersendiri yang dimiliki seekor dugong.
Selain menjadi penyeimbang ekosistem laut, dugong juga mampu menahan napas di dalam air sampai 12 menit, sambil mencari makan dan berenang.
Spesies yang dapat ditemukan di sepanjang cekungan Samudra Hindia dan Pasifik ini juga tersebar di beberapa wilayah Indonesia seperti Papua, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera, Timor Timur, Maluku, barat laut dan tenggara Jawa, pantai selatan Jawa Timur dan pantai selatan Kalimantan. Kampung Sawatut, Distrik Makbon, Sorong, Papua Barat merupakan salah satu daerah yang dihidupi oleh dugong.
Namun sayang ada beberapa hal yang menyebabkan dugong menjadi langka seperti kerusakan lingkungan, perburuan dan proses reproduksi yang lambat. Meskipun sudah dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah no. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa, dugong masih diburu hidup-hidup untuk dikonsumsi dagingnya.
Indonesia melindungi dugong dalam UU No7 Tahun 1999 dan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2018. Selain itu oleh IUCN dugong digolongkan kedalam spesies vulnerable to extinction atau retan punah. Dugong juga tergolong kedalam appendix I CITES yang berarti spesies ini dilarang untuk diperdagangkan dalam bentuk apapun.
Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Duyung dikategorikan sebagai biota perairan yang dilindungi populasinya terus menurun dan terancam punah.
Walaupun sudah dilindungi dalam undang-undang, populasi dugong secara nasional diindikasikan terus mengalami penurunan dan apabila tidak dilakukan langkah-langkah penanganan maka dikhawatirkan dugong dapat mengalami kepunahan di Indonesia
Dilansir dari situs kkp.go.id telah dilakukan upaya pelestarian spesies ini. Salah satunya ialah pada tahun 2017 pemerintah Indonesia bergabung dengan Madagaskar, Malaysia, Mozambik, Sri Lanka, Timor Leste, dan Vanuatu dalam proyek Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP).
Proyek tersebut berfokus pada penyelamatan dugong dan habitat padang lamun dari ancaman kepunahan, di mana nantinya akan melibatkan masyarakat untuk menjaga dugong dan habitatnya serta diberikan pemahaman mengenai tata cara penanganan mamalia laut terdampar.
TEGUH ARIF ROMADHON