Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gambut menjernihkan gambut

Ditemukan cara sederhana untuk menjernihkan air gambut. dengan dicampur lempung gambut, air gambut yang keruh bisa menjadi bersih. uji coba dilakukan oleh dpmb dirjen cipta karya dep.pu. kal-sel. (ling)

25 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK semula, penduduk Gambut tak pernah menikmati air bersih. Air sumur, danau, atau sungai di desa yang terletak di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, itu keruh. Air kecokelat-cokelatan itu disebut air gambut. Kain yang dicuci dengan air gambut itu bukannya bersih, tapi menjadi lusuh, bahkan lama-kelamaan bisa rusak. Menurut penyelidikan, air itu - yang kadar keasamannya cukup tinggi - Juga bisa merusakkan gigi dan membahayakan lambung. Tapi, apa hendak dikata, para petani di kawasan yang terletak 25 km sebelah selatan Banjarmasin itu tak berdaya. Paling-paling mereka berusaha menjermhkan air itu dengan cara mengendapkannya beberapa saat sebelum dipergunakan. Sejak awal Februari penderitaan penduduk tampak bakal berakhir. Air gambut itu kini bisa dijernihkan - dan hasilnya memenuhi syarat kesehatan - dengan cara yang sangat sederhana. Namun, untuk air minum, air itu harus dimasak terlebih dulu. Disaksikan ratusan penduduk dan beberapa pejabat, termasuk gubernur Kalimantan Selatan, Mistar Tjokrokusumo, dua pekan lalu dilangsungkan uji coba penjernihan air gambut di halaman Masjid Mujahidin di Desa Gambut. Dua ratus liter air berwarna cokelat itu dimasukkan ke dalam instalasi percontohan lalu dicampur dengan tanah lempung pengendap. Dalam waktu tiga jam, air bening keluar dari keran. "Usaha ini besar sekali artinya bagi daerah Kalimantan Selatan, yang berawa gambut seluas 800.000 hektar," kata Gubernur Mistar. Usaha penjernihan air gambut yang dilakukan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (DPMB) Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU itu sesungguhnya sudah diteliti sejak dua tahun berselang. Ketika itu, 10 sarjana (geologi, kimia, dan teknik penyehatan) ditugasi DPMB untuk berkeliling di Kalimantan Tengah. Di beberapa tempat mereka menyaksikan penduduk yang sulit mendapatkan air bersih. Yang ada hanya air gambut - yang juga terdapat di Kal-Sel dan daerah pasang surut lainnya. Di laboratorium DPMB, Bandung, mereka mencoba menjernihkan air gambut itu dengan tawas, aluminium sulfat, daun kelor, dan juga dengan "lempung Bandung". Tapi tidak berhasil. Akhirnya, berangkatlah Ir. Sumani, geolog DPMB, ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dari beberapa orang tua di sana diketahui bahwa sejak zaman dulu penduduk menjernihkan air dengan mengendapkannya dalam sebuah kolam selama sehari. Dari "kearifan ekologi" itu para geolog DPMB berkesimpulan bahwa tanah lempung di Desa Gambut sendirilah yang justru mampu menjernihkan air gambut. Lempung itu berwarna abu-abu tua (ada yang kecokelatan), berbau busuk, lunak, dan biasanya terdapat pada kedalaman 5-17 meter. Menurut Ir. Karman Somawidjaja, 53, direktur DPMB, lempung gambut yang disebut halotrichite itu mampu menyerap ion-lon yang ada pada air gambut. Dengan proses kimiawi, lempung gambut yang menyerap ion-lon dari air keruh itu muatannya menjadi lebih berat, lantas mengendap. Sebaliknya, air gambut pun menyerap ion-ion tertentu dari tanah gambut itu. Dari pertukaran berbagai ion-ion inilah - sementara tanah gambut membentuk gumpalan-gumpalan - air gambut terproses menjadi jernih. Agar cara penjernihan seperti itu lebih memasyarakat, DPMB lantas merancang sebuah instalasi berupa drum yang dindingnya dilapis semen, dan dasarnya diplester. Drum ini dilengkapi pengaduk dari kayu (untuk mengaduk lempung yang dicampurkan dalam air), pipa-pipa pralon, dan beberapa keran. Untuk mendapatkan hasil yang lebih jernih, air disaring lagi dengan lapisan batu kerikil dan pasir kuarsa. Instalasi itu memerlukan beberapa keran, baik keran untuk mengalirkan air yang sudah jernih maupun keran pembersih untuk mengeluarkan lempung pengendap dari drum. Setelah beberapa kali dicoba di laboratorium, Karman menyimpulkan bahwa setiap liter air gambut bisa dijernihkan dengan dosis 625 mg lempung gambut. Namun, harga satu unit instalasi penjernihan buatan Bandung ini cukup mahal untuk ukuran petani di pedesaan, yaitu Rp 97.800. "Kalau pipa pralonnya diganti dengan bambu, misalnya, harganya bisa ditekan sampai Rp 60.000 per unit. Tapi itu pun masih mahal untuk ukuran petani," ujar Karman. Itu sebabnya 20 unit instalasi penjernihan air buatan DPMB lantas mereka sumbangkan saja kepada masyarakat Kalimantan Selatan melalui Gubernur Mistar. Barangkali saking girangnya, Camat Idris yang baru setahun bertugas di Gambut berkata, "Kini air gambut di Kecamatan Gambut bisa dijernihkan dengan tanah gambut.'

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus