Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gunung Es Raksasa Lepaskan Hampir 1 Triliun Ton Air ke Laut

Gunung es A68A sebelumnya adalah gunung es terbesar di Bumi dengan luas 2.208 mil persegi,

24 Januari 2022 | 06.00 WIB

Gunung es A68A pada November 2020. (NASA)
Perbesar
Gunung es A68A pada November 2020. (NASA)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Gunung es raksasa ditemukan melepaskan lebih dari 167 miliar ton air tawar selama periode tiga bulan dan hampir satu triliun ton dalam masa hidupnya, yang dapat memiliki efek mendalam pada satwa liar, kata para ilmuwan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Gunung es A68A adalah bagian dari Lapisan Es Larsen-C di semenanjung Antartika sebelum pecah pada Juli 2017. Pada saat itu, gunung es itu adalah gunung es terbesar di Bumi dengan luas 2.208 mil persegi, lebih besar dari negara bagian Delaware.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun ketika gunung es itu pecah, ia mulai melayang melintasi Samudra Selatan. Pada Desember 2020, gunung es itu mulai mendekati pulau Georgia Selatan, yang berjarak sekitar 1.300 mil di lepas pantai Argentina. Pulau ini adalah rumah bagi banyak satwa liar, termasuk penguin dan anjing laut.

Para ilmuwan mengatakan gunung es itu pecah tepat sebelum menghantam dasar laut. Tabrakan bisa sangat merusak ekosistem pulau, termasuk membunuh satwa liar.

Sebuah tim ilmuwan internasional kemudian memeriksa ukuran gunung es sejak pertama kali pecah lebih dari tiga tahun lalu menggunakan tiga satelit untuk memeriksa ukuran area dan ketebalannya. Tim menemukan gunung es telah melepaskan lebih dari 167 miliar ton air di sekitar pulau dalam periode tiga bulan. Itu jumlah air yang cukup untuk mengisi 61 juta kolam renang ukuran Olimpiade.

Temuan ini akan diterbitkan dalam Remote Sensing of Environment edisi 1 Maret.

"Ini adalah sejumlah besar air lelehan," kata Anne Braakmann-Folgmann, peneliti di Universitas Leeds di Inggris dan Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip USA Today, 23 Januari 2022.

Pencairan itu karena pergerakan gunung es dari perairan dingin di sepanjang Lintasan Drake ke Laut Scotia yang lebih hangat di dekat pulau. Ketika gunung es mendekati pulau itu, ketebalannya turun dari 771 kaki menjadi 219 kaki, yang sebagian besar terjadi dari November 2020-Jan. 2021.

Pada April 2021, gunung es itu telah benar-benar mencair, dengan total 992 juta ton es hilang dalam perjalanan 2.485 milnya sejak pertama kali pecah pada 2017. Pada puncaknya, 22 kaki es mencair setiap bulan.

Untungnya, pencairannya cukup untuk memecahkan gunung es sehingga "risikonya lebih kecil dalam hal penyumbatan" pulau itu, tetapi masih bisa berdampak besar padanya. Air tawar yang dingin hanyut mengikuti arus lautan, sehingga campuran dengan air asin hangat akan melepaskan nutrisi ke dalam perairan.

Para ilmuwan percaya ini akan mengubah atau menghasilkan plankton baru di daerah tersebut, yang berdampak pada rantai makanan lokal. Apa artinya ini bagi lingkungan dalam jangka panjang masih belum ditentukan.

"Hal berikutnya yang ingin kami pelajari adalah apakah itu berdampak positif atau negatif pada ekosistem di sekitar Georgia Selatan," kata Braakmann-Folgmann. "Karena A68A mengambil rute yang sama melintasi Lintasan Drake, kami berharap dapat mempelajari lebih lanjut tentang gunung es yang mengambil lintasan serupa, dan bagaimana mereka mempengaruhi lautan kutub."

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus