Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hanya Untuk Concorde ?

Indonesia mengizinkan 3 penerbangan percobaan pesawat concorde, setelah itu dengan malaysia melarang penerbangan diwilayahnya, dikhawatirkan merusak lapisan ozone di stratosfir, menyebabkan kanker.

24 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SABTU, 10 Desember, sesudah subuh. Pesawat supersonik Concorde yang banyak menimbulkan perdebatan itu mendarat di Paya Lebar, Singapura. Lebih cepat 25 menit dari pada jadwal. Sebuah dentumall terdengar, samar-samar, begitu pelatuk camar putih raksasa itu mencuat di depan batang hidun ratusan hadirin. Pendaratan pesawat Concorde itu terjadi ketika masa depan penerbangan supersonik London-Singapura via Bahrain masih kabur. Baru sehari sebelumnya, juru bicara Menteri Perhubungan Malaysia, Encik Dahlan Abdul Rahman mengumumkan keputusan pemerintah Malaysia yang "tak mengizinkan penerbangan Concorde di atas udara Malaysia." Alasannya: dikuatirkan, penerbangan pesawat supersonik itu akan merusak lapisan ozone (03) di stratosfir yang tingginya 20 km di atas katulistiwa. Dan kalau itu terjadi, bumi tak akan terlindung lagi dari sina-sinar ultra-lembayung yang dapat menyebabkan kanker terhadap manusia (lihat Box). Untunglah, ada Indonesia yang suka menolong penerbangan supersonik komersiil pertama kerjasama British Airways dan Singapore Airlines itu. Seperti dilaporkan koresponden TEMPO di Singapura, Khoe Hak Liep, di Singapura kebetulan sudah beberapa hari berlangsung konperensi sub-komite ASEAN tentang Penerbangan Sipil. Meskipun soal penerbangan perdana Concorde tak masuk agenda, kesempatan baik itu tak disia-siakan oleh orang-orang BA untuk minta restu delegasi Indonesia yang diketuai Karno Barkah. Lobbying BA dan SIA itu rupanya tak sia-sia. Sebab sebelum diketahui tentang penolakan resmi Malaysia, terdengar pendapat pihak Indonesia yang menganggap bahaya polusi Concorde itu tak akan sehebat yang ditakutkan sementara pihak. Apalagi jika terbang sub-sonik (di bawah kecepatan suara) di atas lautan. Hanya Tiga Hari Maka dipalukan sang besi selagi masih panas. Berkat kontak antar delegasi Indonesia dan Singapura, permohonan izin terbang di atas wilayah Indonesia diteruskan ke Jakarta. Kata Captain Rasjid, Atase Perhubungan RI di Singapura kepada TEMPO: "Jakarta telah memberikan greenlight". Maksudnya: Concorde diizinkan terbang di atas perairan Selat Malaka wilayah Indonesia dengan kecepatan sub-sonik, tapi tak boleh terbang di atas daratan Indonesia. Di Jakarta, Menteri Perhubungan Emil Salim buru-buru Sabtu itu juga menjelaskan, bahwa izin pemerintah Indonesia hanya berlaku untuk tiga penerbangan percobaan, yakni 10, 12 dan 15 Desember. Sesudah itu, Indonesia akan solider dengan Malaysia melarang penerbangan Concorde di atas wilayahnya, "sampai ada kesepakatan antara Malaysia dan Inggeris," kata Menteri. Seperti dijelaskannya pada pers, Indonesia baru mendengar bahwa ada alasan lain di balik penolakan Malaysia. Yakni keengganan Inggeris membuka pintu udaranya bagi penerbangan maskapai penerbangan Malaysia, MAS (Malaysian Air System) ke London dan Hongkong. Makanya "demi memelihara semangat kerjasama. ASEAN " yang sudah dituangkan dalam KTT ASEAN di Bali, Mei 1976. proyek kongsi InggerisPerancis itu ditolak melintasi udara Indonesia. Namun di samping perang dagang di udara, betulkah efek lingkungan pesawat supersonik itu sehabat yang diutarakan Malaysia - dan juga negara-negara lain yang tadinya menolak Concorde, seperti AS sendiri? Hal itu, sudah dipertanyakan pula oleh Dr Frank Barnaby, direktur Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Juni yang lain. Dalam tulisannya yang berjudul Military aircraft and the ozone layer yang disiarkan Earthscan di London, 5 Juni 1977. Barnaby tak menyangkal efek polusi dari Concorde. Khususnya kerusakan ozone oleh oksida zat lemas yang terbuang dari mesin-mesin jet pesawat pancargas itu. Namun Concorde bukan pencemar satu-satunya yang perlu dituding. "Debat politik yang begitu panas sektar Concorde telah mengalihkan perhatian dari kerusakan stratosfir yang jauh lebih besar dan telah dilakukan oleh pesawat terbang militer yang supersonik, maupun pesawat pancar gas sipil yang subsonik," tulis Frank Barnaby. Kurangajar Armada pesawat pancargas penumpang yang seperti kita kenal saja (DC 10, DC-9, Boeing 707, Boeing 747) sudah melebihi 2000 pesawat. Pesawat ini cukup lama berada di stratosfir, khususnya bila terbang di utara garis bujur 60ø U. Di situ stratoslirnya -- dan dengan demikian juga lapisan ozone-nya lebih tipis dan lebih dekat ke bumi. Tapi itu belum apa-apa dibandingkan dengan armada pesawat militer. Pesawat pembom jarak sedang dan jarak jauh adalah pencemar yang paling kurang ajar. Terutama armada Amerika sebanyak 400 B-52 dan 65 F-111, serta Kannada Rusia yang terdiri dari 100 TU 95, 35 Mya 4, 750 Tu-16 dan 60 Backfires. Kalau setiap pesawat pembom tiap hari berada 2 jam saja di udara, polusi oksida zat lemasnya sama dengan 200 pesawat Concorde yang masing-masing hanya berkekuatan 68 ton dan terbang 7 jam sehari. Juga polusi stratosfir oleh pesawat pemburu-sergap sepcrti F-14 (AS), Mig 25 (US), Mirage-2000 (Perancis), Kfir (Israel) dan Viggen (Swedia) dan jenis lain, kurang lebih sama denga seluruh armada pembom. Di samping itu, masih ada seratus pesawat terbang pengintai supersonik seperti U-2 Amerika yang dapat mencapai ketinggian 26 km. Kalau mereka rnenjalankan tugasnya selama 3 jam sehari saja efeknya terhadap lapisan ozone sudah sama dengan 60 Concorde yang terbang 7 jam sehari. Dan bukan negeri kaya saja yang gemar memelihara armada pesawat terbang militer supersonik. Sebab menurut catatan SIPRI, selama dua dasawarsa terakhir 43 negara Dunia Ketiga sudah membeli lebih dari 1 ribu pesawat tempur supersonik. Makanya cukup beralasan, kata Barnaby, untuk menyimpulkan bahwa sekarang saja efek polusi stratosfir armada pesawat militer dunia sudah sama dengan 400-500 Concorde yang terbang 7 jam sehari. Tapi sayangnya, sasaran kecaman selama ini hanya ke-6 pesawat Concorde bikinan kongsi Inggeris dan Perancis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus