MALAYSIA menolak penerbangan tetap pesawat supersonik Concorde
di atas wilayahnya. Konon, alasannya agar lapisan ozone (03) di
atmosfir tak terganggu. Jika rusak lapisan ozone itu, sinar
ultra-lembayung dari matahari atau benda antariksa lain tak akan
terbendung lagi. Ini akan menyebabkan bahaya kanker kepada benda
hidup di bumi. Khususnya, kanker kulit pada manusia.
Sebenarnya kaitan langsung antara kanker kulit manusia dengan
rusaknya, ozone belum dapat dihuktikan. Namun diketahui banwa
kanker kulit dapat dirangsang oleh radiasi gelombang
ultra-pendek. Termasuk sinar ultralembayung, sinar-X alias sinar
Rontgen, dan sinar radio-aktif.
Kasus begitu ditemukan di antara pekerja di bagian radiologi
rumah sakit, atau di reaktor nuklir. Dari situ disimpulkan.
bahwa semua gelombang ultra-pendek biaa disebut cosmic rays,
karena umumnya berasal dari antariksa dapat merangsang
pertumbuhan sel-sel kulit, sehingga timbul kanker kulit. Dalam
bentuknya yang fatal, namanya melanoma.
Kasus kanker kulit memang lebih banyak diketahui di negeri mau.
Mungkin karena dunia kedokteran belum begitu cermal mencatat
kasus yang terjadi di Dunia Ketiga. Teori lain mengatakan, bahwa
soalnya karena warna kulit. Kulit coklat dan hitam penduduk Asia
dan Afrika kaya dengan pigmen. Ini dapat menjinakkan sinar
ultra-lembayung, sehingga malah berguna untuk metabolisme tubuh.
Teori lain mengatakan, bahwa lapisan udara dan dengan demikian
juga 'tembok ozone'nya lebih tebal di katulistiwa ketimbang di
dekat kutub. Stratosfir, itu lapisan udara tipis yang tinggi
kadar azone-nya di atas kutub sudah mulai pada ketinggian 5
kilometer. Sementara di katulistiwa, baru mulai pada ketinggian
20 km. Berarti, 'selimut ozone' bagi orangorang di belahan bumi
utara jauh lebih tipis dari pada bagi bangsa Dunia ke III di
sekitar katulistiwa.
Tapi keberatan lain yang lebih jelas terhadap supersonik ialah
soal kebisingan. Semacam ledakan, sonic-boom, terjadi akibat
bunyi udara yang terlambat bertaut kembali setelah terbelah
oleh kecepatan pesawat terbang supersonik. Itu sebabnya, suara
udara tertumbuk kembali baru terdengar sesudah pesawat itu lepas
landas atau mendarat. Atau sesudah kecepatan pesawat itu
'menembus' batas kecepatan suara (Mach I atau sekitar 300 km/
menit).
Di Singapura, sonic boom pesawat Concorde yang mendarat atau
lepas landas dari lapangan terbang Paya Lebar (Singapura) memang
dikabarkan hanya terdengar samar-samar. Tapi gemuruhnya yang
paling top mungkin terdengar di Johor (Malaysia) atau Kepulauan
Riau (Indonesia).
Indonesia sendiri dulu di tahun 1960-an sering kaget oleh
nyaringnya sonic boom pesawat-terbang supersonik AURI (Mig-21
bikinan Rusia). Kini mereka sudah lama nongkrong jadi besi tua
di lapangan terbang Iswahyudi, Madiun. Atau jadi contoh di
museum ABRI di Jakarta. Dulu kaca jendela di lapangan terbang
dan di sekitarnya biasa pecah bila pesawat pemburu pancargas
supersonik AURI itu sedang beraksi.
Tanpa gemuruhnya 'ledakan supersonik' gangguan bisa terjadi pada
pendengaran. Penyelidikan DW Soetopo (1974) dari Bagian THT
FK-UI pada 100 orang personil penerbangan AURI menunjukkan,
bahwa pengaruh kebisingan pesawat terbang di atas 85 deci Bell
cepat atau lambat dapat merusak pendengaran mereka. Sebelumnya,
Soerasto sudah menemukan gejala yang hampir serupa pada 34 awak
pesawat ALRI di Pangkalan Udara TNI-AL Juanda dekat Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini