Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim gabungan operasi modifikasi cuaca (OMC) menyemai sedikitnya 4 ton garam (NaCl) dan 1 ton kapur tohor (CaO) di langit Jakarta dan sekitarnya pada 4-8 Maret 2025. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengklaim rekayasa cuaca tersebut berhasil mengikis intensitas hujan di wilayah Jabodetabek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasarkan hasil pemantauan, wilayah Jabodetabek tidak mengalami hujan setelah operasi dilakukan. Ini menunjukkan intervensi cuaca efektif dalam menekan intensitas curah hujan," katanya pada Sabtu, 8 Maret 2025, dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesawat untuk OMC bergerak mengitari awan sasaran sesuai rekomendasi dari tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).Tim berusaha mengurangi intensitas yang belakangan memicu banjir.
Hingga Jumat, 7 Maret lalu, kata Muhari, sudah dilakukan lima penerbangan OMC yang menyasar langit di perairan Selatan Kabupaten Sukabumi. Tim gabungan menyemai masing-masing 1.000 kilogram (Kg) NaCl di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Citarum, lalu di Waduk Saguling, serta di perairan Utara Karawang. Ada juga 1.000 Kg CaO yang ditebar di langit. Sumedang
Meski belum menjelaskan ihwal muatan yang disemai, Muhari menyebut tim BNPB juga melakoni delapan penerbangan OMC pada Sabtu kemarin. Tim menerbangan pesawat ke ketinggian 8.000-11.000 kaki di wilayah Jawa bagian barat. Penerbangan pertama dimulai pada Sabtu dinihari pukul 03.00 WIB, kemudan berakhir pada malam hari, sekitar pukul 22.30 WIB.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto sebelumnya mengatakan tim gabungan berupaya mengikis curah hujan di daerah tangkapan air Sungai Ciliwung dan Cisadane. Sasaran OMC memanjang mulai dari Bogor sebagai hulu, hingga Jakarta dan Bekasi sebagai hilir.
Hujan deras yang dibawa oleh awan akan diturunkan lebih awal di atas laut sebelum mencapai daratan. “Awan yang berkembang di daratan disemai agar pertumbuhannya terganggu, sehingga curah hujannya berkurang,” kata Seto melalui keterangan tertulis pada 6 Maret 2025.