Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

India 'Nehi' Timbel

6 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ternyata, India dan Indonesia banyak memiliki kesamaan. Penduduknya padat, begitu pula penggunaan bahan bakar ber-timbel untuk angkutan umum seperti bus, taksi, dan bajaj. Bisa diduga, polusi dan pencemaran udara terjadi di kota seperti New Delhi, Bombay, Calcutta, Mumbai, dan Kanpur. Asap hitam jadi pemandangan umum di setiap sudut jalan.

Kesehatan masyarakat India—nomor dua terpadat di dunia—terancam. Sunil Saxena, salah seorang pejabat Kementerian Kesehatan India, mengatakan pencemaran udara asap timbel telah menyebabkan bahaya kematian semakin tinggi. Karena itu, setahun lalu ia menyatakan perlu sikap serius.

Pusat pengendalian polusi Kota Kanpur pada 1995 bahkan pernah melaporkan peningkatan polusi udara. Salah satunya, faktor timbel dan pertumbuhan industri, menyebabkan sekitar 3.600 orang meninggal dan lebih dari satu setengah juta bayi lahir prematur. Kondisi ini membuat Kanpur menjadi kota dengan polusi udara timbel melebihi batas normal.

Pemerintah India cukup tanggap membaca tanda-tanda bahaya akibat bahan bakar bertimbel. Maka, pada 1 April 2001, Mahkamah Agung India mengeluarkan perintah yang mewajibkan angkutan umum menggunakan bahan bakar tanpa timbel. Selama ini sekitar 33 ribu angkutan umum memakai diesel.

Perintah MA itu langsung dipatuhi oleh kalangan pengelola transportasi India. Sekitar 15 ribu bus milik swasta dan pemerintah, ribuan taksi dan bajaj, tak berani melaju ke jalan raya karena belum memakai bahan bakar ramah lingkungan. Dampak lainnya, banyak calon penumpang yang telantar atau berdesak-desakan di kendaraan yang beroperasi. Di tengah terbatasnya jumlah angkutan umum yang beroperasi, sepanjang awal bulan April jalan-jalan India juga dipenuhi aksi mogok para sopir dan pemilik angkutan.

Pemerintah India tampaknya belum matang mempersiapkan dampak ikutan dari penerapan bahan bakar tanpa timbel itu. Untuk menghentikan aksi mogok dan mengatasi kelangkaan angkutan umum, awal pekan lalu Menteri Kepala India Sheila Dikshit melakukan pertemuan dengan Barvez Hashmi, Menteri Angkutan, membahas alternatif pengganti timbel. Dari pertemuan itu mereka memutuskan memilih bahan bakar CNG (compressed natural gas, gas alam padat) yang ramah lingkungan sebagai pengganti minyak diesel.

Alternatif tersebut disambut baik oleh pengelola angkutan umum swasta dan pemerintah. Maka, ribuan pemilik kendaraan bermotor antusias mengajukan formulir untuk mendapatkan perangkat otomotif dan bahan bakar jenis ini. Krisis transportasi dan pemogokan pun tampaknya segera berakhir dan India sukses dalam program nehi timbelnya.

Hadriani Pudjiarti (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus