Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Jejak Harimau Dilacak di Aceh Timur, Langkat, dan Tulungagung di Awal Pekan Ini

Jenis Harimau Jawa sudah dinyatakan punah sejak 1970-an. Belum ada bukti visual otentik penampakan di pinggir hutan pinus Gunung Wilis, Tulungagung.

13 Januari 2021 | 19.03 WIB

Harimau Sumatera liar (Panthera tigris sumatrae) berada dalam kandang saat proses evakuasi di Desa Pangkalan Sulampi, Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Rabu, 23 Desember 2020. Harimau Sumatera liar yang masuk kedalam perangkap tersebut selanjutnya dibawa ke Conservation Response Units (CRU) Trumon Kabupaten Aceh Selatan untuk observasi lebih lanjut. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Perbesar
Harimau Sumatera liar (Panthera tigris sumatrae) berada dalam kandang saat proses evakuasi di Desa Pangkalan Sulampi, Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Rabu, 23 Desember 2020. Harimau Sumatera liar yang masuk kedalam perangkap tersebut selanjutnya dibawa ke Conservation Response Units (CRU) Trumon Kabupaten Aceh Selatan untuk observasi lebih lanjut. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Banda Aceh - Penanganan kehadiran harimau sedang dilakukan di sejumlah lokasi di Sumatera dan Jawa. Pertama, di Aceh di mana harimau dilaporkan telah memangsa sejumlah ternak sapi milik masyarakat setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto, mengatakan tim dari Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh bersama mitra sudah berada di lokasi. "Untuk memastikan benar tidaknya gangguan oleh satwa dilindungi tersebut," katanya di Banda Aceh, Rabu 13 Januari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelumnya, laporan datang dari Desa Punti, Kecamatan Ranto Payong, Kecamatan Ranto Perlak, Aceh Timur. Kemudian, ada lagi laporan sapi warga di Desa Julok Rayeuk, Kecamatan Indra Makmur, Aceh Timur, juga dimangsa harimau.
Agus Arianto belum bisa memastikan apakah kejadian di dua kecamatan itu melibatkan harimau yang sama atau berbeda. "Tim masih di lokasi buat melacak," kata Agus.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamaruzzaman menambahkan pelacakan di lapangan dipersulit kondisi cuaca hujan.Hujan menyebabkan kemungkinan jejak harimau terhapus.

Di Sumatera Utara, BKSDA daerah setempat juga menggelar patroli di Dusun Aras Napal, Desa Bukit Mas, Kabupaten Langkat, untuk tujuan yang sama: pelacakan harimau liar yang dilaporkan menyerang ternak warga. Di awal pekan ini mereka baru menemukan jejak yang tidak utuh di tanah bercampur serasah.

Di daerah ini, harimau dilaporkan telah memangsa lima ekor lembu di areal kebun kelapa sawit di desa di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. "Jejak yang terdiri cetakan tiga jari ini terletak di utara jaringan jalan, menghadap ke luar dari hutan. Saat ini tim telah memasang kamera trap di lokasi," ujar Kepala BBKSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi di Medan, Senin 11 Januari 2021.

Tak hanya Harimau Sumatera, penampakan harimau Jawa juga membuat heboh di pinggiran hutan pinus yang berada tepat di kaki lereng Gunung Wilis, Tulungagung, Jawa Timur, Senin lalu. BKSDA memasang sedikitnya tiga unit "camera trap" yang dilengkapi fitur sensor gerak di sejumlah titik lokasi yang sempat terdeteksi keberadaan satwa liar diduga harimau tersebut.

"Rencananya ada tujuh unit 'camera trap' yang dipasang," kata Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) BKSDA Blitar Joko Dwiyono menyebut lokasi pemasangan 'camera trap' di dalam Hutan Watugondong dan Tumpak Pencit, Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung.

Pemasangan kamera diharapkan bisa memastikan jenis harimau yang sudah beberapa kali menampakkan diri di pinggiran hutan setempat, baik di hutan wilayah Desa Nyawangan maupun Desa Nglurup yang bersebelahan lokasinya sekitar lereng Gunung Wilis.

Menurut Joko, kamera penjebak itu dipasang terus hingga tiga bulan ke depan. Pihaknya akan rutin melakukan pemeriksaan rekaman kamera tiap seminggu sekali, dengan bantuan pengawasan warga sekitar hutan atau anggota LMDH.

Sejauh ini, petugas baru menemukan jejak kaki, namun kondisinya sudah buruk, sehingga sulit untuk menentukan jenis harimau yang dijumpai warga. Joko maupun tim BKSDA yang terlibat dalam pemasangan kamera sensor gerak belum berani menyimpulkan bahwa binatang besar yang dijumpai warga sekitar hutan adalah spesies harimau, baik jenis tutul apalagi jenis Harimau Jawa yang dinyatakan sudah punah sejak 1970-an.

"Tanpa ada bukti otentik visual yang bisa dianalisa (orisinalitas), kami belum berani mengatakan apakah binatang yang dilihat warga ini benar harimau atau lainnya. Nantilah kalau dari pemasangan kamera ini ada hasilnya (mendapat gambar satwa liar itu)," kata Joko.

Sebagai catatan, di wilayah Sendang yang berada di lereng Gunung Wilis, masih ada beberapa lokasi yang wilayah hutannya masih alami. Di hutan ini diperkirakan masih ada sisa-sisa harimau beserta hewan buruannya.

Joko meminta masyarakat yang beraktivitas di sekitar lereng Gunung Wilis, khususnya di wilayah hutan Desa Nyawangan dan Nglurup, Kecamatan Sendang tetap berhati-hati, terutama saat beraktivitas di dekat hutan. "Tetap waspada dan tidak lengah," katanya.

Sebelumnya, beberapa warga di Kecamatan Sendang melaporkan adanya dua kali penampakan harimau dalam sebulan terakhir. Laporan pertama terjadi sebulan lalu oleh seorang warga Desa Nglurup saat menyadap karet. Laporan kedua beberapa warga juga melihat harimau. Bahkan laporan kedua menyebut harimau mendekati pemukiman warga.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus