Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kalau kijang terlanjur manja

Pelepasan kembali 3 ekor kijang & 10 rusa di cagar alam pengandaran selatan, jawa barat. rusa dan kijang tersebut berasal dari pn. angkasa pura dan kebun binatang ragunan, jakarta.(ling)

30 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI jalan raya, mobil Toyota Kijang bisa lari pesat. Hewan aslinya di Cagar Alam Pangandaran lain lagi. Terutama 3 ekor kijang (Muntiacus Muncak) dan 10 ekor rusa (Cervus timorensis) seolah dapat berjogging saja. Bahkan ada yang hanya mampu berjalan santai di tengah rumput yang tumbuh subur di sana. Ketigabelasnya baru saja diliarkan kembali di tepi hutan yang luasnya 530 hektar, dekat pantai bagian selatan Jawa Barat. Masih dalam kawasan yang sama, sejak 12 Mei, dilepaskan pula sepasang owa-owa (Hylobates mollocb) dan 12 pasang burung aneka ragam --bersamaan dengan peresmian Wisma Cinta Alam dan Pusat Informasi di cagar alam itu. Bagaimana mungkin kijang dan rusa itu tidak gesit? Julukan 'si jago lari tampak sudah mereka tanggalkan. Satwa kelahiran lapangan terbang Kemayoran dan Kebun Binatang Ragunan itu merupakan sumbangan (TEMPO 23 Mei). Berpindah dari wilayah Jakarta, mereka dalam alam bebas kini agak bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Mungkin karena sudah manja di tempat mereka dibesarkan sebelumnya. Kecuali yang berasal dari Ragunan, mereka kelihatan kurus. Menurut petugas di sana rusa itu cacingan. Beberapa hewan itu terluka pada bagian ekornya akibat terkurung dalam kerangkeng kayu. Tentu mereka sengsara selama perjalanan yang cukup jauh dari Jakarta ke Pangandaraan, berjarak 420 km. Seekor rusa mati ketika tiba di tempat tujuan. Dua ekor malah mati di daerah penangkapan, karena keteledoran petugas PPA (Perlindungan dan Pengawetan Alam) yang kurang cakap. Untuk menangkap hewan itu memang diperlukan senapan dengan peluru obat bius. Karena obatnya berlebihan, seekor terbius sampai tak bernapas lagi. Sedang yang satu lagi mati akibat patah kakinya. "Ini berbahaya, mungkin hewan itu menderita kejutan mental," tutur Barita O. Manulang, seorang pengamat lingkungan dari Yayasan Indonesia Hijau. Mungkin. Rusa itu sebelumnya berasal dari daerah PN Angkasa Pura yang setiap waktu bising oleh deru mesin pesawat terbang. Tanpa melalui masa peralihan yang cukup lama, mereka dipindahkan ke cagar alam yang lingkungannya sangat tenang. Mungkin pula mereka terkena penyakit tuli. "Coba bayangkan, berapa desibel lingkungan Kemayoran." Kata Manulang lagi. Dia pernah beberapa bulan hadir di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, meneliti rehabilitasi orang utan sebelum dihutankan kembali. Cara pengliaran kali ini dinilainya kurang tepat. Di Cagar Alam Pangandaran cukup baik medannya. Padang belalangnya luas. Satwa pemakan rumput itu tak akan kelaparan. Di sana masih ada hutan sekunder tua yang lebat. Ada pula hutan jadi, mahoni dan akasia. Menurut Kepala Sub Balai PPA di sana, Ugus Wardju, cagar alam yang diresmikan tahun 1922 itu juga mempunyai aneka ragam satwa seperti rase, monyet luwak, kucing hutan, kijang, landak, tupi, banteng, owa-owa, rusa India dan macan tutul. "Rusa bisa beradaptasi, asalkan bisa cari makan sendiri," kata Ugus. Binatang yang dilepaskan itu konon telah diberikan suntikan anticacing, antibiotika, agar tidak menjalar penyakil ke hewan sejenis lainnya. Tindakan preventif itu sesuai dengan "pengertian konservasi," kata Ir. Wartono Kadri Direktur PPA. Di Angkasa Pura satwa itu sudah terisolasi, "dapat dianggap sebagai semi-karantina," kata drh. Linus Simanjuntak, dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Walaupun terserang periyakit cacingan (endoparasit), kalau kondisi tubuhnya prima, satwa itu bisa hidup, tapi "idealnya binatang itu lebih baik dicek dulu kesehatannya." Sebelum binatang diliarkan kembali drh. Simanjuntak menganjurkan diadakan semacam karantina di dekat penglepasan. Itu cukup selama 2-3 minggu, masa peralihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus