Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah surga nun di bawah perairan Manado Tua. Itulah sebuah cita-cita seharga sekitar Rp 300 juta. Aneka ikan dan sekitar 20 ribu karang kini menghampar di dasar perairan pulau ini. Padahal, hingga 2004, laut ini tandus, nyaris tanpa kehidupan.
Surga Pulau Manado Tua, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, hanya tinggal cerita akibat pengeboman dan racun nelayan pada era 1970-an hingga 1980-an. Ketika praktek itu akhirnya dapat dihentikan 15 tahun lalu, firdaus ini nyaris lenyap.
Berhentinya aktivitas pengeboman tak dengan serta-merta menghapuskan ancaman kepunahan. Faktanya, belasan tahun setelah bom terakhir diledakkan, terumbu karang tetap langka.
Rupanya ekosistem Manado Tua rusak terlalu parah sehingga tak mampu menyembuhkan dirinya sendiri. ”Hanya dengan rehabilitasi, kerusakan terumbu karang bisa diperbaiki,” kata Mark Erdmann, penasihat senior Conservation International, lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan yang terlibat aktif dalam rehabilitasi surga bawah air tersebut.
Dengan modal dana hibah senilai US$ 35 ribu (sekitar Rp 300 juta) dari Seacology Foundation, rehabilitasi perairan Manado Tua dimulai pada 2004. Tentu saja, tak cuma uang yang dibutuhkan dalam usaha ini. ”Harus ada kerja sama dengan organisasi lain untuk tenaga kerja sukarela dan tenaga teknis,” kata Boyke Toloh, Ketua Dewan Pengelolaan Taman Nasional Bunaken. Yang tak kalah penting adalah pemilihan metode yang jitu agar rehabilitasi berjalan baik.
Mark dan kawan-kawannya memilihkan metode ecoreef untuk memperbaiki karang Manado Tua. Kebetulan penemu ecoreef, Michael Moore, ikut terlibat dalam rehabilitasi ini.
Inti dari teknologi ini adalah karang buatan dari keramik berbentuk seperti bunga salju yang memiliki 30 cabang. Permukaan karang buatan yang berdiameter 86 sentimeter, tinggi 46 sentimeter dan berat 18 kilogram itu berpori-pori. Di lubang-lubang renik ini terumbu akan menancapkan ”kakinya”.
Metode ecoreef dipilih karena praktis. Metode ini tak mengharuskan dilakukannya transplantasi terumbu. ”Cukup menempatkan modul ini secara berkelompok pada reruntuhan karang dan menjangkarnya agar tak mudah terbawa arus atau longsor,” ujar Mark (lihat Serangkaian Siasat Beternak Karang).
Metode ini juga dinilai paling tokcer karena segera menunjukkan hasil. Menurut Tries Razak, peneliti lepas di Strategies for a Green Economy, ”Modul ini memberikan kesempatan yang baik bagi larva karang untuk menetap dan tumbuh berkembang.” Apa yang dikatakan Razak terbukti.
Bentuk ecoreef yang unik dengan cepat menjadi stabil di dasar perairan. Ikan karang segera menjadikan modul itu sebagai tempat berlindung. Dalam waktu sebulan, embrio karang yang menempel pada modul sudah tumbuh permanen. Akhirnya, dalam 2,5 tahun permukaan modul sudah tertutup karang.
Sensus ikan menunjukkan, seluruh tempat yang direhabilitasi sudah nyaris sekaya dulu kala. Di 138 modul—dari total 620 buah—ditemukan 5.626 karang (59 persen famili Pocilloporidae dan 21 persen famili Acroporidae). Diperkirakan lokasi yang direhabilitasi akan pulih sepenuhnya dalam lima tahun.
Melly Anne
Serangkaian Siasat Beternak Karang
Ecoreef bukan satu-satunya metode untuk mengembalikan terumbu karang. Berikut ini beberapa di antara teknologi itu:
Rock Piles Lokasi: Pulau Komodo Modul: Karang yang sudah rusak. Prosedur: Karang-karang yang sudah rusak ditumpuk dan disusun menggunung di dasar laut. Kelemahan: transplantasi terumbu karang sukar dilakukan.
Corral Nubbin Lokasi: Taman Nasional Ujung Kulon Modul: Blok semen atau kayu. Prosedur: Dengan lem terumbu karang sepanjang 5-10 sentimeter ditempelkan di media ternak seperti blok semen atau kayu.
Biorock Lokasi: Pemuteran, Bali Modul: kawat Prosedur: Didahului transplantasi karang. Kawat dialiri arus listrik bertegangan rendah. Kelemahan: mahal.
Reef Ball Lokasi: Di banyak perairan di dunia. Modul: Bola beton besar dengan beberapa lubang keluar-masuk ikan. Prosedur: karang ditransplantasikan dengan lem. Kelemahan: Mahal dan gampang terbawa arus.
ReefBalls Mimic Lokasi: Berau, Kalimantan Timur Modul: Struktur seperti bintang, tidak berlubang. Prosedur: Ditumpuk seperti piramida. Kelemahan: Modul sangat berat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo