Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ketika Warga Menjadi Wartawan

Beberapa situs berita mengandalkan sumbangan tulisan dari pembaca. Akurasinya dipertanyakan.

1 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Kabupaten Blitar sewot bukan kepalang. Penyebabnya berita di situs Halamansatu.net. Baca saja selengkapnya, ”Pemerintah Kabupaten Blitar berencana membangun kompleks lokalisasi pelacuran terbesar di Jawa Timur. Mereka menganggarkan dana Rp 92 miliar. Di kompleks ini juga akan berdiri kafe, karaoke, dan diskotik. Diharapkan, kompleks pelacuran ini akan dapat menyaingi kompleks Dolly di Surabaya.”

Ketidakbenaran berita itulah yang membuat mereka marah. Herry Nugroho, sang bupati, yang ketiban sampur karena merasa tak pernah mengeluarkan kebijakan seperti itu. Banjir kecaman kontan berdatangan ke alamat pemerintah Kabupaten Blitar. Usut punya usut, berita tersebut ternyata merupakan ulah hacker yang mengobrak-abrik isi situs Kabupaten Blitar.

Berita miring yang bersumber pada hasil karya hacker itulah yang kemudian nampang di Halamansatu.net. Sempat menjadi pemberitaan di beberapa media lain, heboh ”proyek lokalisasi” itu akhirnya reda setelah Pemerintah Kabupaten Blitar menyampaikan bantahan resmi.

Apa yang dilakukan Halamansatu.net boleh jadi melanggar etika jurnalisme tentang peliputan yang berimbang. Inilah risiko yang mesti ditanggung situs berita yang mengandalkan tulisan dari para pengakses. Di situs ini, semua orang bebas menyumbang tulisan apa pun tanpa dibayar. Merekalah yang menjadi para pemburu dan penulis berita alias wartawan.

Redaktur Pelaksana Halamansatu.net, Dianika Wisnuwardhani, menuturkan, situsnya yang baru beroperasi dua bulan silam bercita-cita menjadi jembatan informasi bagi berita yang tidak termuat di media konvensional. ”Bukan cuma berbagi berita, tapi juga bercerita tentang apa pun,” katanya.

Situs berita yang diisi oleh warga ini mulai berkembang saat berlangsung pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 1988. Ia muncul sebagai ”perlawanan” terhadap pemberitaan media konvensional yang dianggap mengandung bias politik. Pelopor situs-situs semacam ini, antara lain, Jay Rossen, dosen University of New York. Ia berprinsip masyarakat dapat berperan aktif dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi. Prinsip ini kemudian dikenal sebagai jurnalisme warga alias citizen journalism.

Di Korea Selatan, prinsip ini terbukti meraih sukses besar. Tengok saja situs OhmyNews yang didirikan oleh Oh Yeon-ho pada Februari 2000. Situs itu kini menjadi salah satu media paling berpengaruh di Negeri Ginseng. Saat Roh Moo-hyun terpilih sebagai presiden, OhmyNews menjadi media pertama yang mendapat kesempatan wawancara.

Kini, OhmyNews yang berslogan ”Every citizen is a Reporter” mempunyai lebih dari 42 ribu kontributor berita yang menyumbang hampir 200 artikel per hari. Berita versi bahasa Inggrisnya digarap bergotong-royong oleh sekitar 900 ”wartawan” warga dari 85 negara.

Di Indonesia, perkembangan jurnalisme ini belum sepesat Korea Selatan. Halamansatu.net, misalnya, baru mempunyai 59 penyumbang berita dan tiga awak redaksi. Redaksi tetap diperlukan untuk menyelaraskan tulisan yang masuk. Ada pula situs Wikimu.com yang sebulan lebih tua dari Halamansatu.net dan memiliki 100-an penyumbang berita. ”Hampir tidak ada penyumbang berita yang berprofesi sebagai wartawan,” kata Adrianto Gani, Presiden Direktur Puspa Intimedia, pemilik Wikimu. Masih ada lagi Panyingkul.com yang usianya hampir enam bulan.

Bagaimana dengan akurasi berita? Agar kasus seperti Kabupaten Blitar tak terulang, Halamansatu.net mengandalkan saringan oleh tim redaksi. Konsep ini agak berbeda dengan Wikimu yang berpendapat komunitas pembacalah yang harus menjaga akurasinya. ”Kalau ada berita yang salah, pembaca sendiri yang meralatnya,” kata Bayu Wardhana, pengelola Wikimu.

Sayang, lantaran usianya masih terhitung belia, rata-rata sumbangan tulisan baru di situs-situs ini masih bisa dihitung dengan jari tangan setiap harinya. Itu pun rata-rata berupa artikel berdasarkan minat penyumbang, bukan berita aktual. Contohnya, Lita Mariana yang aktif menyumbang tulisan di Wikimu. Ibu rumah tangga ini rajin menulis soal isu kesehatan. ”Sebagai orang tua saya butuh memahami ilmu kesehatan praktis,” katanya. Bagi Lita, menulis di Wikimu dan halaman blog miliknya mendatangkan kesenangan tersendiri.

”Saya sangat bahagia apabila sesekali mampir ucapan terima kasih dari orang-orang yang merasa terbantu oleh tulisan saya.” Lita bisa lebih bahagia karena baru-baru ini datang tawaran menulis artikel di tabloid dan membuat buku kesehatan gara-gara hobinya menulis di Wikimu dan blog.

Sapto Pradityo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus