Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menanti Lelaki Terakhir Bernyanyi

Penangkapan Ferry diharapkan memecahkan misteri kematian Alda. Ada kemungkinan Alda menggunakan obat-obat itu di luar hotel.

1 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH sekitar setengah bulan ngumpet, akhirnya Ferry Surya Perkasa, 33 tahun, menyerah. Kamis malam, lelaki yang disebut-sebut paling tahu penyebab kematian artis Alda Risma Elfariani, 24 tahun, itu digelandang ke Markas Polres Jakarta Timur. Sebelumnya, dengan pengawalan superketat, sejumlah aparat polisi menjemputnya di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 19.45.

Kepastian Ferry bakal keluar dari persembunyiannya diterima polisi sehari sebelumnya. Ketika itu pengacara Ferry, Ervin Lubis, mendatangi Direktur IV Narkoba Markas Besar Polri, Brigadir Jenderal Indradi Thanos, di kantornya, Badan Narkotika Nasional, dan melapor bahwa kliennya akan menyerah. ”Dia datang untuk membicarakan mekanisme penyerahan diri Ferry,” ujar Indradi kepada Tempo.

Dengan menyerahnya Ferry memang diharapkan teka-teki kematian Alda segera terkuak. ”Dia salah satu saksi penting kasus ini,” ujar Indradi. Ferry memang langsung lenyap setelah sempat mengantar Alda dengan taksi ke rumah sakit Mitra Internasional, Jakarta Timur, pada 12 Desember lalu. Dokter memastikan artis 24 tahun ini sudah tewas sebelum sampai di rumah sakit. Bersama Ferry, penyanyi ini sebelumnya menginap di kamar 432 Hotel Grand Menteng, Jakarta Timur.

Jumat dua pekan silam, polisi sudah mengantongi seluruh hasil pemeriksaan forensik jenazah Alda. Menurut Indradi, di tubuh artis bermata sayu ini positif ditemukan kandungan MDMA (methylenedioxymethamphetamine), zat sejenis ekstasi atau sabu-sabu, dalam kadar cukup banyak. Selain zat itu, ujar Indradi, di tubuh Alda juga ditemukan kandungan morfin. Semua zat-zat itu ditemukan di paru-paru, empedu, dan usus Alda. ”Jadi, kesimpulan Alda meninggal karena overdosis benar,” kata Indradi.

Tapi, bagaimana Alda bisa overdosis, ini yang sedang ditelisik polisi. Soalnya, di kamar 432 polisi tak menemukan serpihan atawa ceceran obat-obatan terlarang yang membuat Alda tewas itu. Polisi hanya menemukan kantong infus, alat kontrasepsi serta sejumlah obat analgesik seperti lipiran dan diprovan, obat maag, serta diasepam (sejenis obat penenang) dalam bentuk injeksi. ”Jadi, kemungkinan besar Alda menggunakan obat-obatan itu di luar hotel,” ujar Indradi.

Soal besarnya kandungan MDMA di tubuh Alda diakui Zulhasmar Syamsu, dokter yang melakukan pemeriksaan forensik jenazah Alda. Bahkan Abdul Mun’im Idris, pakar forensik yang ikut menyelidiki kasus Alda menegaskan artis ini tewas karena overdosis. ”Saya pastikan dia bukan meninggal karena memakai obat-obatan kecantikan atau kesehatan,” ujar Mun’im.

Menurut Mun’im, terjadinya overdosis itu bisa lantaran pelbagai sebab. ”Bisa bunuh diri, kecelakaan, atau pembunuhan,” ujarnya. Tapi, untuk bunuh diri Mun’im menyebut kemungkinan itu terlalu kecil. Alasannya, ditemukan titik-titik bekas suntikan di bagian tubuh Alda yang sulit dilakukan Alda seorang diri. Kemungkinan besar, ujar Mun’im, Alda tewas karena kecelakaan dan atau pembunuhan. ”Ini porsi polisi untuk membuktikan,” ujarnya.

Dengan bantuan pakar telematika Roy Suryo, polisi kini tengah mendalami rekaman close circuit television (CCTV) yang terpasang di hotel Grand Menteng. Selain gambar saat Alda dan Ferry masuk hotel, rekaman itu juga memperlihatkan Ferry dan sejumlah petugas hotel saat menggotong Alda dalam keadaan sekarat. ”Peristiwanya berlangsung pukul 18.24, tanggal 12 Desember,” ujar Roy Suryo kepada Tempo. Untuk memperjelas rekaman itu, polisi sudah mengirim gambar tersebut ke Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika Serikat.

Sampai saat ini sudah 18 orang diperiksa polisi berkaitan dengan tewasnya Alda. Mereka, antara lain, beberapa petugas hotel, sopir taksi yang membawa Alda ke rumah sakit, Maria Imelatu Media (pegawai sebuah salon kecantikan langganan Alda), dan Yanti Thalia, bekas pegawai Ferry. Adapun dua wanita lain yang terlihat bersama Ferry sampai saat ini polisi belum menemukan indentitasnya. Polisi berharap dari Ferrylah jati diri dua perempuan itu kelak terkuak.

Menurut Indradi, dari penyelidikan polisi, Ferry sendiri tidak terlibat dalam jaringan narkoba. Sekitar 10 kilogram serbuk warna merah yang sebelumnya ditemukan di rumahnya di kawasan Kelapa Gading, ujar Indradi, bukan obat-obat narkotik seperti diduga sebelumnya. Tampaknya memang Ferrylah yang akan mengakhiri misteri kematian Alda yang berpekan-pekan ini memenuhi halaman surat kabar dan infotainment. Diharapkan Ferry berbicara jujur.

Ramidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus