SERANGGA buta yang juga sering disebut rayap atau "semut
putih" telah merajalela. Di Jakarta, serangga hama ini
betul-betul tak pilih hulu. Rumah bintang film seperti Rahayu
Effendi. Dicky Zulkarnain dan Rima Melati diserangnya. Banyak
wartawan di Cipinang Muara yang terpaksa mengganti kosen pintu
dan jendela rumah yang udah lapuk. Atau memanggil perusahaan
pembasmi hama.
Usaha pembasmian hama (pest control) cukup beruntung dibuatnya.
Apa lagi rumah pejabat tinggi seperti gubernur Bank Indonesia
Rachmat Saleh, Ka-Bulog Bustanil Arifin, Ketua DPR-RI Daryatmo,
tak luput gerayangan rayap. Bahkan juga rumah bekas Menteri PUTL
ir Sutami. Gedung BNI dan BDN serta Executive Club Hotel Hilton
termasuk daftar yang kena serangan rayap. Unilever menghabiskan
Rp 4 juta untuk pemberantasan rayap yang menyerang kantor
pusatnya. Sebanyak itu pula yang dikeluarkan Kedutaan Besar
Jerman Barat yang berseberangan dengan Hotel Indonesia.
Bukan cuma Jakarta saja. Survei terhadap hotel dan bangunan
pemerintah sepanjang pantai Sanur, Bali, awal tahun ini
membuktikan juga di sana ada serangan rayap -- "rata-rata
sesudah 4-6 tahun dibangun,' tutur ir. Robi Sularto, Kepala
Pusat Informasi Bangunan Bali kepada TEMP0 Di Jawa Tengah,
dilaporkan bahwa banyak bangunan kayu proyek Inpres ambruk
dimakan rayap. Sedang dari Soroako di pedalaman Sulawesi
Selatan\terbetik berita betapa banyak rumah karyawan tambang
nikel PT Inco yang dibangun dari kayu dalam negeri mulai
keropos karena rayap.
Serangga sepupu kacoak ini, memang doyan makan segala sesuatu
yang ada mengandung jaringan cellulose. Seperti kayu, kertas,
dan goni. Di India, Pilipina dan juga di Indonesia ribuan hektar
tebu, kapas, sayur-mayur, pohon buah-buahan, perkebunan teh dan
karet telah hancur lantaran subversi rayap. Tapi bukan cuma
negeri-negeri berkembang yang jadi korban. Australia menurut
laporan jurnal ekologi CSIRO, Ecos, setiap tahun menderita
kerugian jutaan dollar lantaran gedung, jembatan, bantalan rel
kereta api, tiang telepon dan hutan yang terserang rayap. Boleh
percaya atau tidak di sebuah pangkalan AU Australia di sebelah
utara benua kanguru itu, ada kabel telkom yang bolong dimakan
rayap. Padahal kabel itu sudah dibalut pita baja. Tapi tetap
juga kawanan serangga itu berhasil mengunyah, menembus pita baja
itu, terus menembus lapisan timah hitam sampai ke lapisan
plastik pembungkus kawat tembaga.
Hubungan telepon terganggu di Surabaya belakangan ini. Setelah
diperiksa benar, para petugas menumpai serangga itu
menggerogoti kabel bawah tanah yang baru dipasang tahun 1977.
Sebagian jaringan kabel itu kini dipindahkan ke atas -- memakai
tiang kembali seperti cara lama.
Kembali ke Australia, petani-petani besar yang agak ceroboh
meninggalkan traktornya berhujan dan berangin di luar. Kemudian
mereka terkejut melihat roda traktornya tinggal pelg saja -- ban
karetnya telah dimakan rayap!
Apa yang mendorong 'ledakan rayap' ini? Buat Jakarta, banyak
tanah urukan yang gembur menarik minat rayap untuk bermukim dan
berkembang-biak di dalamnya. Juga di Depok, yang termasuk
wilayah Kabupaten Bogor, tanah merah di kawasan Perumnas
memiliki kemungkinan bagi rayap. Kepala Proyek Perumnas Depok
Baru sudah mengeluarkan selebaran ke alamat semua penghuni rumah
murah di sana agar waspada terhadap bahaya rayap.
Dalam tanah yang gembur itu, ratu rayap yang tubuhnya 40 x rayap
biasa dapat bertelur sampai 10 juta biji setahun, selama satu
dasawarsa. Itu berdasarkan penelitian di Australia. Sedang di
Jakarta, kalangan pembasmi rayap menaksir telur seekor ratu itu
2000 biji seharl. Jadi belum ada sejuta butir setahun. Tapi
itu pun sudah cukup hebat. Dan sementara sang ratu terus
bertelur, golongan rayap tentara aktif menggali terowongan
menuju ke arah sumber makanan, sedang golongan pekerja
mengangkut makanan itu ke dalam sarang. Jenis sarangnya ada dua
di atas tanah, berupa gundukan yang kadang-kadang dapat mencapai
tinggi 4 meter, atau berupa jaringan terowongan (labrinth) di
dalam tanah.
Dalam pengembaraannya mencari makan, serangga ini selalu membawa
sejemput tanah sebagai selimut pelindung dirinya. Dia dapat
menyusup sampai celah-celah sesempit 0,3 mm, membor terowongan
di tembok, beton ringan, celah lantai tegel dan tentu saja,
kayu.
Senang pada tempat yang lembab, umpamanya, kawanan serangga itu
membuat gudang atau sarang tambahan di atas plafon kamar mandi
lantai 2, 3 dan 5 di gedung BDN, Jl. M. H. Thamrin, Jakarta.
Serangga ini masih dapat hidup tanpa air antara satu sampai lima
minggu. Radius pengembaraannya sampai 200 meter dari sarangnya,
tapi siklus yang pergi dan yang pulang tak pernah dibiarkan
terputus.
Eksplosi rayap juga timbul karena rendahnya mutu kayu yang
digunakan. Lebih-lebih dalam berbagai proyek rumah murah. Selain
masih muda, kayu bahan bangunan itu pun sering belum dirawat
agar tahan rayap dan cendawan. Pada proyek rumah mewah dan
hotel-hotel parlente, diduga rayap timbul karena keteledoran
waktu membangunnya. Maksudnya, "bekas gergajian, bekas bekisting
(papan pembungkus cetak beton) dan kawul (bekas pasahan) tak
dibersihkan dari lokasi," komentar Rachmat Sudiono dari PT Mutia
Pest Control. Sisa-sisa kayu itu kemudian menjadi tempat rayap
bertelur.
Penanggulangan serangan hama ini di Jakarta umumnya dilakukan
dengan penyuntikan racun serangga ke dalam kayu dan tanah tempat
rayap bersarang. Insektisida itu ada yang berwujud cairan kental
(emulsi), atau bubuk, yang diencerkan dengan air. Pada umumnya
ia merupakan jenis chlorinatedhydrocarbon. Tanah dan lantai
rumah yang terserang rayap dilubangi sampai sedalam 60 senti,
dan ke dalam setiap lubang disuntikkan sampai 9 liter cairan
anti-serangga.
Paling cepat dua atau tiga jam sesudah aksi anti-rayap itu, baru
orang atau binatang baleh makan di rumah itu. Sebab racun itu
keras sekali. "Ayam atau kucing kalau terkena langsung bisa
koit," tutur Sudiono. Sementara itu, cacing dalam tanah yang
disuntiki insektisida itu langsung bisa mati. Begitu pula
tanaman lunak yang akarnya tak terlalu dalam, seperti bunga
mawar.
"Cara begitu sangat berbahaya karena dapat meracuni air tanah,"
kata ir. Adhi Moersid dari Ikatan Arsitek Indonesia.
Kekhawatirannya ini terutama bila para pemilik rumah langsung
menyedot air minumnya dari tanah dengan pompa, atau sumur.
Walaupun sudah dimasak, zat kimiawi itu toh tak akan terurai.
Apalagi, "racun untuk ground treatment itu lebih kuat dari pada
garam wolfram yang biasa dipakai untuk mengawetkan kayu,"
tambahnya.
Adakah cara lain yang lebih kecil risiko pencemaran
lingkungannya? "Ada," kata insinyur muda itu. Robi Sularto,
rekannya di Bali misalnya, berhasil mengusir rayap yang masuk ke
tiang-tiang gedung dari batang kelapa di sana dengan rembesan
minyak tanah.
Namun cara ini, tak efektif lagi kalau rayapnya sudah terlalu
banyak dan jauh merasuk ke seluruh sendi rumah. Sama halnya
dengan teknik mengusir rayap dengan membiarkan semut hitam
berkeliaran di rumah. Kalau populasi rayap sudah terlalu banyak,
semut hitam pun dapat dibuatnya keok.
CSIRO, LlPI-nya Australia sudah beberapa tahun mencoba
mengkombinasi beberapa cara untuk mengendalikan populasi rayap.
Misalnya, ia menggunakan berbagai zat bio-kimia seperti feromon
dan hormon yang mengacaukan kegiatan rayap serdadu dan rayap
pekerja, sehingga seluruh koloni rayap jadi berantakan. Atau
menggunakan isotop radio-aktif lemah untuk menjejak sarang
rayap, agar penggunaan pestisida lebih efektif pada dosis
rendah. Sementara itu, di daerah di mana ditanam beberapa jenis
cemara seperti cemara radiata dan cemara cypress, terbukti
populasi rayap punah dengan sendirinya.
Sementara itu, saran Adhi Moersid dan kawan-kawannya buat yang
baru mau membangun rumah pilihlah kayu yang cukup tua, dan
awetkan lebih dahulu. Atau gunakan kayu jati dan kayu kampar,
yang juga tak disenangi rayap. Sedang konstruksinya --
arsitektur tradisional menyelipkan batu penunjang antara tiang
rumah dan tanah -- munkin dapat diadaptasi pada arsitektur
gedung masa kini pula. Sedang saran Perumnas Depok: musnahkanlah
sedini mungkin gejala serangan rayap, misalna dengan
penyemprotan Raid, Mortein dan Baygon. Hanya saja, kalau itu
dilakukan, semut musuh rayap pun akan ikut mati.
Walhasil, matakuliah rayap mungkin ada baiknya diselipkan pula
dalam pendidikan arsitek, insinyur dan pemborong. Sebab bak kata
seorang penulis Barat: Inilah Abad Rayap!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini