DEWAN juri Pameran Besar pertama terdiri dari tujuh orang. Yang
kedua, lima orang. Dan yang ketiga ini hanya tiga orang. Yang
beruntung menerima tanggung jawab dari Komite Seni Rupa DKJ
untuk memilih lukisan terbaik, kali ini, ialah Rusli, Popo
Iskandar dan Mara Karma.
Di bawah ini wawancara singkat Mohamad Cholid dari TEMPO dengan
Rusli dan Mara Karma.
Tentang penentuan dua kelompok lukisan yang baru diadakan tahun
ini. Apa ini karena pertimbangan senior dan yunior?
Rusli: Saya tidak melihat adanya pelukis senior dan yunior. Saya
melihat jangkauan yang dicapai seorang pelukis. Kalau kita
melihat seorang melompat empat meter dan kita anggap jago karena
melompat lebih tiga meter, maka yang melompat dua meter juga
kita anggap jago karena melompat lebih satu meter.
Mara Karma: Itu karena keinginan kami untuk menampilkan lebih
banyak pemenang saja. Tapi biaya kurang, jadi hanya dibagi dua
kelompok.
Dalam pertanggungjawaban juri bisa dibaca: 'mengutamakan
penilaiannya pada unsur mutu lukisan yang tinggi, sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang lazim dipakai.' Jelasnya bagaimana?
R: Dalam seni lukis ada penggolongan: genius, grand master,
master, good artist dan bad artist. Karena semua lukisan saya
anggap baik, dalam pameran kemarin saya mencari yang terbaik.
Yang saya lihat karyanya semata-mata. MK: Memang sulit tidak
segampang menilai mobil. DKJ sendiri tak mempunyai file patokan
penilaian PBSLI tahun-tahun lalu. Tapi bisa dong dilihat dari
apa yang pernah dicapai para pelukis kita.
Apa sebenarnya pentingnya pemilihan lukisan terbaik, untuk
perkembangan seni lukis kita?
R: Memang ada kemungkinan yang tidak menang saat ini, bisa
mengungguli yang menang di hari mendatang. Bukan DKJ atau dewan
juri yang menentukan perkembangan seni lukis kita, tapi
senimannya sendiri.
MK: Tak lebih sebagai catatan, sejauh mana perkembangan sudah
dicapai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini