Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Kalau duda bagai penjual obat

Organisasi janda di bandung, dengan ketua ny. peggy droupady bertujuan memberikan perlindungan hukum dan kemanusiaan, saling tolong menolong & mencegah perceraian. (ils)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIAM-diam para janda di Bandung bersatu. Organisasi mereka bernama Kerukunan Wanita Lestari Indonesia (K.W. Lestari). Berdiri sejak 1 Desember yang lalu. Tujuannya: memberikan perlindungan hukum dan kemanusiaan, saling menolong dalam kebutuhan hidup agar tidak terjerumus ke lorong hitam dan mencegah produksi janda karena perceraian yang tak wajar. Menurut Ny. Peggy Droupady, ketuanya, organisasi ini bukan organisasi profesi, tapi merupakan "kesatuan moril senasib sepenanggungan saja." Karna itu keanggotaannya terdiri dari janda-janda tua maupun muda. Ny. Peggy sudah empat tahun menjanda. Punya seorang puteri, Indrasari, 6 tahun. Ayahnya Jawa, ibu Belanda. Salah seorang saudaranya aktif sebagai aktris film. "Kepahitan hidup mendorong saya ingin membela sesama rekan senasib sepenanggungan, yakni janda-janda yang berserakan diabaikan begitu saja," katanya. Sehari-harinya iapun bergerak dalam dunia bisnis sebagai leveransir alat-alat kantor. Dorongan untuk mendirikan organisasi ini, menurut Ny. Peggy bermula dari omong-omong santai dengan sebelas orang rekannya yang senasib. Mereka memperhatikan kehancuran rumah tangga banyak terjadi di tengah perjalanan. Dan janda-janda terlantar, bahkan terperosok. Tentang penderitaan seorang janda digambarkannya sebagai penderitaan lahir bathin. Dan serba salah. "Tapi sudahkah ada organisasi sosial yang mengurus atau memperhatikan nasib tersembunyi di setiap dada wanita janda?" tanya Ny. Peggy. Untuk itu KW Lestari akan mengusahakan perlindungan hukum dan kemanusiaan dari perlakuan tidak wajar dari bekas suami. Yaitu dengan meminta bantuan para sarjana hukum dan para ahli pendidikan dan kemasyarakatan. Se Jawa Barat Dalam menanggulangi kesulitan ekonomi yang umum dialami para janda KW Lestari akan membantu anggotanya mendapatkan sumber kehidupan yang wajar dan pantas dilakukan wanita. Misalnya "mendidik mereka soal keahlian kewanitaan, seperti berdagang yang wajar, berketrampilan teknis yang bisa dijadikan sumber kehidupan dan lain-lain. Bahkan sampai mempertemukan jodoh dengan laki-laki yang disenanginya dan mau bertanggung jawab," kata Peggy. Bagaimana usaha mencegah produksi janda? "Setelah ribuan janda berserakan hampir di setiap pelosok tanah air, kami tidak menghendaki jumlah terus bertambah. Produksi janda karena ketololan, apalagi karena keserakahan baik isteri maupun suami, harus di cegah," tambah Peggy. Caranya antara lagi disebut "berusaha mendamaikan suatu rumah tangga yang bertengkar agar tidak mengambil jalan cerai." KW Lestari ternyata mendapat sambutan hangat, terutama dari para janda sendiri. Baru satu bulan berdiri telah terdaftar tidak kurang dari 50 orang janda tua muda. Prof. dr. Sikun Pribadi, Pimpinan Sekolah Isteri Bijaksana (SIB) mendengar adanya organisasi ini kontan menyodorkan tangan untuk bekerjasama. "Memang sudah lama kurang adanya perlindungan terhadap nasib mereka," kata Sikun. Sumber utama meningkatnya produksi janda, menurut Prof. Sikun, karena Undang-Undang Perkawinan juga. "Masih memberi peluang besar bagi terjadinya perceraian. Padahal bertambah banyaknya jumlah janda, merupakan salah satu sumber keresahan masyarakat juga," tambahnya. Rupanya para janda ini cukup memiliki semangat tinggi. Sudah direncanakan dalam waktu dekat KW Lestari akan menyelenggarakan pertemuan besar janda-janda se-Jawa Barat, pembentukan bank dana untuk janda, usaha perdagangan kolektif dan seminar tentang janda. Tapi barangkali para duda juga akan melakukan hal serupa. Apalagi jika golongan laki-laki ini tahu bahwa Peggy menuduh para duda sebagai tukang jual obat. "Sehari-dua meneriakkan kesedihan, besok sudah kawin lagi -- dengan gadis pula," kata Peggy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus