Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada pengujung dan awal tahun biasanya sering terdengar istilah cuaca ekstrem. Banjir hingga longsor banyak terjadi di berbagai tempat. Lalu, apa saja potensi dampak yang bisa ditimbulkan dari cuaca ekstrem?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Banjir.samarindakota.go.id, cuaca ekstrem merupakan keadaan atau fenomena fisik atmosfer di suara tempat, pada waktu tertentu dan terjadi pada jangka pendek serta sifatnya yang ekstrem. Beberapa kondisi atmosfer yang dapat dikategorikan cuaca ekstrem di antaranya suhu udara permukaan di atas 35 persen, kecepatan angin di atas 25 knot, dan curah hujan dalam satu hari di atas 50 mm.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dampak Cuaca Ekstrem
Dikutip dari Bmkg.go.id, dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem dapat meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
Sementara itu, dikutip dari Tempo.co, berikut sejumlah langkah antisipasi dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk menghadapi cuaca ekstrem:
- Pemerintah Daerah wilayah terdampak perlu segera melakukan antisipasi dan mitigasi di area yang rentan terjadi bencana seperti banjir, banjir bandang, hujan es, genangan tinggi, longsor, angin kencang, puting beliung, gelombang tinggi, dan lain sebagainya.
- Memastikan tata saluran air beroperasi lancar tidak terjadi sumbatan-sumbatan, mengoptimalkan tampungan atau tandon air ataupun melakukan upaya untuk memanen air hujan secara optimal. Pemangkasan pohon, ranting atau cabang-cabang pohon yang sudah rapuh. Memperkuat tegakan, tiang atau tembok yang mudah tumbang maupun roboh.
- Menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan karena dapat menyumbat saluran air, tidak memotong atau melakukan penggalian lereng sembarangan.
- Menggencarkan atau meneruskan penyebarluasan informasi peringatan dini cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika atau BMKG secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman, kewaspadaan, dan kesiapan Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan atau pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. Seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi.
- Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
- Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
- Segera menghindar dari lokasi rawan banjir atau banjir bandang. Khususnya di bantaran, lembah dan tubuh sungai, lokasi rawan longsor pada lereng, tebing, kaki lereng, ataupun lokasi rawan bencana hidrometeorologi lainnya saat peringatan dini disampaikan atau saat cuaca ekstrem terjadi.
Danar Trivasya Fikri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Curah Hujan Ketika Nataru Diprediksi Tinggi, Ini Penjelasan BMKG