Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Layu Natuna Entah Kenapa

Pohon-pohon kelapa di kepulauan Natuna, Riau, diserang penyakit "layu natuna". Penelitian menyimpulkan penyebabnya virus. Kelapa natuna mendapat pasaran di Kalimantan Barat dan Jawa Tengah. (ling)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU demi satu pohon kelapa di sana kelihatan kuning, kemudian layu, dan gundul. Kaum tani sudah menduga bahwa pasti pohon itu terserang penyakit. Tapi penyakit apa? Kalangan ahli pun belum bisa menjawabnya. Buat sementara, pada umumnya orang menyebut saja "Layu Natuna" karena terjadi di kepulauan Natuna, Riau. Penyakit itu sudah menular selama 5 tahun, terutama memusnahkan kebun kelapa rakyat di pulau Bunguran. "Penyakitnya melompat-lompat," keluh seorang petani tua pada Rida K. Liamsi dari TEMPO. "Banyak penduduk yang terpaksa pindah karenanya dan mencari kerja lain," sambung Tajuddin, seorang camat setempat. Bencana ini sudah secara beranting dilaporkan ke Departemen Pertanian di Jakarta. Sejumlah ahli, termasuk yang dari LPTI (Lembaga Penelitian Tanaman Industri), sudah melihatnya di tempat. Bahkan FAO, badan PBB urusan makanan dan pertanian, sudah ikut memperhatikan kasus Bunguran itu, menurut ir. Loth Kaban, pejabat Dinas Perkebunan Riau. Produksi kelapa Natuna biasanya mendapat pasaran di Kalimantan Barat dan Jawa Tengah. Tapi sejak Maret lalu, berlaku peraturan karantina, yaitu kelapa termasuk bibitnya yang berasal Natuna dilarang dibawa ke daerah lain. Walaupun hanya berjangkit di pulau Bunguran, ternyata seluruh kepulauan Natuna dianggap terserang penyakit "layu" itu. Padahal banyak pulau lain di sekitar Bunguran yang juga memiliki pohon kelapa diketahui masih belum terkena sebenarnya. Tapi penularan dari Bunguran dikuatirkan akan membahayakan lingkungannya. Hasil penelitian pertama menyebutkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh sejenis bakteri atau cendawan yang menyerang akar pohon. Sudah dicoba mencegahnya supaya tidak merambat ke pohon lain dengan Basugin G.10. Bubuk yang per 10 gr dicampur 12 liter air disemprotkan ke sekitar akar pohon. Tapi batang yang terserang layu dimusnahkan saja. Sudah 5000 pohon ditebang. Ditaksir 25.000 batang yang terkena. Ternyata kemudian bahwa kesimpulan semula tentang penyebab penyakit itu masih perlu diperbaiki lagi. Penelitian lebih serius menyimpulkan ada semacam virus, yang pernah juga menyerang kebun kelapa di Afrika. Tapi, demikian ir Kaban, itu juga belum pasti. Penelitian ini rupanya sulit dilakukan antara lain karena sejumlah contoh bagian pohon -- yang terlalu lama di perjalanan untuk mencapai pusat penelitian di Bogor -- dianggap kurang baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus