AIR limbah bekas pendingin reaktor nuklir masih bermanfaat. Di Prancis, sejak sepuluh tahun lalu, para ahli ekologi nuklir meneliti peluang itu secara saksama. Kegunaan air limbah itu terbukti setelah diuji di sebuah proyek pertambakan ikan yang didirikan pada 1982. Proyek yang dinamakan Aquacole itu memanfaatkan bekas air pendingin keenam reaktor nuklir dari Pusat Listrik Tenaga Nuklir, Gravelines. PLTN di utara Prancis ini mengisi 10% kebutuhan energi listrik ke seluruh negeri itu. Air dari Laut Utara dialirkan melalui kanal-kanal, digunakan untuk sistem pendinginan PLTN itu. Setelah dipakai, sebagai pendingin ketel uap yang bekerja dalam reaktor, limbahnya mengalami perubahan temperatur. Airnya terasa lebih hangat kalau dibandingkan dengan air Laut Utara, yang sepanjang tahun dinginnya terkenal "ganas". Apalagi, misalnya, pada musim dingin ketika suhu rata-rata di sekitar itu mencapai di bawah nol derajat Celsius. Sedangkan air di kawasan Aquacole tetap terjaga pada suhu rata-rata 10 derajat Celsius. Justru itu, kehangatan air limbah ini kemudian dimanfaatkan. Dan, memang cocok untuk pertambakan ikan. Selain tak terikat pada ketentuan musim, tambak itu malah mampu menghasilkan ikan sepanjang hun. Di kanal-kanal yang mengalirkan air mbah bekas pendingin reaktor itu dibagun sejumlah kolam untuk membiakkan beberapa jenis ikan laut -- termasuk yang hidup di air payau. Misalnya, ikan pari, bandeng, atau lidah. Dari Froyek ini, tahun lalu panen ikan yang dijaring jumlahnya mencapai 50 ton. Tentu saja, hasil tersebut belum sepadan dengan biaya yang sudah dikeluarkan pemerintah Prancis untuk proyek itu. Yaitu sekitar Rp 74 milyar. Tak mustahil sewaktu-waktu terjadi kebocoran radioaktif, lalu larut dalam air limbah bekas pendingin reaktor tersebut. Itulah sebabnya proyek ini diawasi ketat oleh tiga lembaga yang memperhatikan masalah ekologi nuklir di negeri terbesar di Eropa Barat itu. Lembaga-lembaga tersebut adalah Service Central de Protection Contre Les Rayonments lonisants (Badan Pengawasan dan Pengamanan terhadap Penyinaran Ion), Institut Pasteur de Gravelines, dan Station Marine de Wimeraux. Sebelum dialirkan ke kanal-kanal, air limbah itu lebih dahulu diperiksa dan diukur kadar radioaktifnya. Kalau pada air limbah dijumpai kadar radioaktif yang melebihi batas ambangnya, maka langkah pengamanannya sudah disiapkan. Salah satu caranya, melalui proses penguapan, dengan menyuling air limbah itu, sampai kadar radioaktifnya mencapai tingkat toleransi. Sementara itu, sisa radioaktif yang ada kemudian dipendam dalam "kuburan", yang memang diperuntukkan jadi tempat pembuangan sampah nuklir, di La Haque. Pemerintah Prancis sangat berharap pada proyek ini. Dalam waktu dekat ini akan dibuat lagi sekitar 20 kolam, masing-masing luasnya 3.000 m2. Maksudnya, untuk lebih memacu produksi ikan secara nasional -- yang belakangan ini mencapai 500.000 ton setiap tahunnya. Dengan begitu, tentu akan mengimbangi produksi ikan di wilayah selatan (Laut Tengah) yang selama ini dikenal sebagai penghasil ikan utama Prancis. Sejak musim dingin lalu, restoran sea food di Provinsi Cote D'Azur, Prancis Selatan, siap menghidangkan ikan yang dibudidayakan di pertambakan limbah nuklir itu. Jika mau, mari mampir. Dan silakan Anda mencicipinya. Rasanya enak atau aneh ? Ahmed K. Soeriawidjaja, Laporan Sapta Adiguna (paris)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini