Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mencari air di pelimbahan

Karet kuningan jakarta selatan kekurangan air bersih. sumur penduduk sudah kering, akibat dari sumur satelit pabrik batik. PAM DKI turun tangan mensuplai air minum. (ling)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI belum terang benar. Namun, di sepanjang jalan raya yang membelah Kelurahan Karet Kuningan, Jakarta Selatan, sudah berderet ember plastik berwarna-warni. Ada pula kaleng berbagai ukuran. Pemilik ember dan kaleng itu dengan sabar menunggu, sambil memperhatikan kesibukan di pabrik batik tempat mereka menaruh segala harapan. Yang diharapkan mereka itu, yang antre sejak subuh, adalah air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk memasak dan minum. Penduduk Karet Kuningan yang jumlahnya sekitar 40.000 jiwa, sebagian besar menggantungkan kebutuhan air bersih dari kemurahan hati pengusaha pabrik batik. Sumur penduduk, yang rata-rata kedalamannya 20 meter, sudah kering sejak tiga tahun lalu. Diperdalam menjadi 35 meter dengan pompa listrik, hasilnya tetap sia-sia. Di mulai musim hujan pun, saat Jakarta kebanjiran, sumur kedalaman 20 meter tetap kering," kata seorang penduduk. Penyebabnya? Penduduk menuding pabrik batik sebagai biang- keladinya. Seperti yang dikatakan Sudjadi, Staf RW 07 Kelurahan Karet Kuningan, perusahaan batik menggunakan super jet-pump - yang oleh penduduk dinamai pompa satelit. "Kemampuannya luar biasa, dengan kedalaman 200 meter, dalam radius 500 meter dari pompa satelit itu sumur penduduk pun jadi kering," kata Sudjadi. Di daerah itu ada 99 pabrik batik dan diperkirakan lebih dari 150 sumur satelit. Keluhan warga Karet Kuningan sudah pernah dibawa ke Walikota Jakarta Selatan dan Gubernur DKI Jakarta. "Tanggapan pemerintah biasanya mengirim bantuan air lewat mobil tangki di saat puncak krisis," kata Sudjadi. "Dan itu tak menyelesaikan masalah." Perusahaan Air Minum (PAM) DKI Jakarta, mulai pekan lalu, memang sudah mengirim bantuan air ke sana "Setiap hari kami kirim empat tangki air," kata direktur utama PAM DKI, Ir. Raak Manan. Kapasitas setiap mobil tangki 5.000 liter. Di kawasan ini, menurut Razak Manan, tahun depan akan dipasang saluran air PAM. Meskipun demikian, persoalan belum tentu dengan sendirinya selesai. "Karena PAM sendiri juga kesulitan sumber air untuk memenuhi setiap permintaan," kata Razak Manan. Namun, keluhan penduduk Karet Kuningan dengan menuding sumur Satelit pabrik batik sebagai penyebab penderitaan ini dibantah Kepala Unit Sumur Bor PAM DKI Bambang Suranto "Sebenarnya pompa satelit pabrik batik tidak akan mempengaruhi sumur-sumur penduduk," katanya. "Justru dari pompa listrik sedalam 30 meter milik penduduk itu yang semestinya keluar air." Di mana salahnya? Bambang Suranto hanya Menyebutkan, "perlu penelitian lebih lanjut." Ia mengulangi pendapat para ahli, kepesatan pembangunan di Jakarta dan padatnya rumah yang menyebabkan tanah yang menyerap air menjadi sempit. Air tanah tak sebanding dengan kebutuhan penduduk yang meningkat terus. Kini PAM DKI, bekerja sama dengan Direktorat Geologi, sedang melakukan penelitian dengan sepuluh sumur percobaan di lima wilayah DKI. Penelitian itu untuk mendeteksi air tanah, dan sekaligus membuat petanya. Jika penelitian ini diketahui hasilnya, tuding-menuding seperti di Kelurahan Karet Kuningan tidak akan terjadi lagi. Manfaat peta geologi ini, seperti diungkapkan Razak Manan, menyangkut izin pembuatan sumur bor dengan kedalaman tertentu. Untuk Kelurahan Karet Kuningan, misalnya, Razak Manan menduga lebih dari 500 sumur bor dalam ada di sana. Antre air di Jakarta Selatan membuat para ahli lingkungan kembali bersuara lantang: "Perlu penanganan terpadu untuk mengatasi krisis air bersih di Jakarta." Insinyur Mardjono Notodihardjo, ketua Himpunan Ahli Teknik Hidraulika Indonesia (HATHI), menyerukan sikap yang lebih drastis: perlu "terobosan teknologi". Terobosan itu, menurut Mardjono, antara lain, melalui penawaran air laut (desalination), pendauran air limbah (recycling), dan hujan buatan yang lebih teratur. "Kebutuhan air akan berlipat menjadi dua kali pada tahun 2000 nanti," ujarnya. "Sementara itu, kuantitas air tidak mungkin untuk ditingkatkan lagi karena bertambahnya daerah kritis di hulu dan menurunnya daya serap." Namun, Mardjono menyebutkan, "terobosan teknologi" yang ia sodorkan baru berupa gagasan. "Kita harus berani merintis. Sebab, alternatif itu pasti membutuhkan biaya besar," katanya. Razak Manan prinsipnya menyetujui gagasan Mardjono. "Tapi ide yang dilontarkan perlu dimatangkan, karena biayanya besar," kata Razak. Ia menambahkan: "Bila proyek Cisadane-Jakarta-Cibeet jadi dilaksanakan, seperti rencana semula, tahun 1995 bisa digunakan untuk mengatasi air bersih di Jakarta." Proyek ini terkatung-katung karena terbentur biaya. Rencana yang sudah bisa dipastikan adalah meengembangkan mini plant di Pulo Gadung, Jakarta Timur, yang kapasitasnya kini 1.000 Iiter per detik menjadi 5.500 liter per detik. Tapi proyek ini diperkirakan juga baru berfungsi pada saat hampir bersamaan dengan Proyek Cisadane Jakarta-Cibeet. Sebelum itu, untuk mengatasi krisis air bersih di Jakarta, terutama di musim kering tetap dengan menoleh ke Waduk Jatiluhur. Untuk jangka pendek, jalan keluar dari kesulitan, menurut Razak Manan, adalah "memperbesar kapasitas produksi air di Tangerang yang saat ini baru 500 liter/detik."Dengan penambahan ini, Razak Manan berharap kemampuan PAM, yang saat ini baru bisa melayani 60% jumlah penduduk DKI,bisa ditingkatkan. Dan antre air tak akan panjang lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus