PENDUDUK Kampung Krapyak Semarang Barat agak lega. Kini pabrik
plastik PT Innan (Indonesia Nanya Indah Plastics) di kampung itu
hampir berhasil mengatasi pencemaran yang ditimbulkannya.
Sebelumnya penduduk yang tinggal sekitar 200 meter dari pabrik
dibikin megap-megap oleh asap dan bau busuk.
Tapi kini mereka masih mengeluh suara bising mesin diesel
pabrik itu. "Dan kadang-kadang asap masih nyelenong ke dalam
rumah," kata Soetrisno, ajudan Gubernur Soepar( Ijo Roestam,
yang tinggal dekat pabrik itu. Ir. Soebijanto, Ketua BKPMD
(Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) Ja-Teng membenarkan
hal itu. "Tapi asap itu sudah tidak berbau lagi," kata
Soebijanto.
Sejak akhir bulan lalu pabrik itu telah memasang sebuah alat
yang disebut des-integrator alias tabir air untuk mengatasi bau
busuk, buatan Taiwan. Asap disalurkan lewat alat berukuran l, 5
x 0,60 meter untuk disemprot dengan air. Selain bebas bau, asap
yang keluar dari cerobong pabrik juga bersih dari sisa-sisa oli.
Sedang untuk mengatasi kebisingan, pabrik akan membikin
tembok: setinggi 12 meter untuk meredam suara diesel. Tapi
menurut penelitian FK-Undip, dengan tembok itu intensitas
kebisingan hanya bisa ditekan maksimum 40 dB (decible, ukuran
intensitas kebisingan), masih lebih tinggi dari standar
organisasi kesehatan sedunia (WHO) yaitu 30 dB.
Itu salah satu contoh usaha mengatasi polusi. "Pokoknya
pabrik jangan ditutup Kalau ditutup kita semua yang rugi.
Ambil saja sebagian keuntungan penanam modal untuk menanggulangi
polusi," kata Soebijanto. Hingga kini sudah 19 pabrik di
Semarang dan sekitarnya yang ditertibkan.
BKPMD ternyata tidak hanya mengurusi soal perizinan tapi juga
mencegah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik. Di
Dl Yogyakarta, setidaknya 2 perusahaan pernah ditegur oleh BKPMD
setempat. Yaitu perusahaan susu PT Sari Husada (dulu Saridele)
dan perusahaan kulit PT Budi Makmnr Jayamurni, keduanya di D.l.
Yogyakarta.
Kini Sari Husada sudah mengganti pagar kawat dengan tembok
yang lebih tinggi, jugamengurangi kegiatan diesel. "Malam hari
kami menggunakan listrik PLN," kata J. Soeroso, Kepala Bagian
Umum Sari Husada. Tapi menurut Susanto Handoko yang tinggal di
samping pabrik, ia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Ia
sendiri Direktur pabrik kulit PT Budi Makmur Jayamurni.
Itu tak berarti PT Budi Makmur tak pernah didamprat penduduk
Kampung Sukonandi. Sekitar 5-6 tahun lalu pabrik itu masih
membuang sisa daging dan air limbah dari kulit ke sungai kecil
di sampingnya. Penduduk Kampung Muja-Muju juga pernah protes
karena air limbah PT Budi Makmur mencemarkan Sungai Gajah Wong
dekat Kebun Binatang Gembiraloka, hingga ternak ikan di situ
mati.
Pabrik di Muja-Muju merupakan Finishing dari hasil pengolahan
pabrik kulit di Sukonandi. Jalan keluarnya: sisa daging dan
kotoran kulit ditampung di sebuah bak, setiap hari diangkut
keluar kota sebagai pupuk di sawah. Sedang air limbahnya dibuang
ke kali. "Tapi karena kami memakai bahan kimia sintetik
baunya tidak terlalu menusuk hidung," kata Handoko. Dan penduduk
sekitar Sungai Gajah Wong terpaksa mengalah, sebab fungsi kali
itu memang bukan untuk memelihara ikan.
Di Ja-Tim, 2 pabrik sempat menjengkelkan penduduk. Pabrik
lampu PT Star Angkasa dan pabrik tekstil Horizon, keduanya di
kawasan industri Rungkut, Surabaya, sempat mencemarkan 12 ha
sawah di Desa Kedung Baruk, Rungkut. Seperti kejadian tahun
lalu, tahun ini pun penduduk menuntut ganti rugi Rp 6 juta.
"Tapi pabrik belum menyetujui," kata M. Dahlan, seorang di
antara 40 petani yang dirugikan.
Menurut Drs. Moh. Zuhdi, Ketua BKPMD Ja-Tim, "pabrik yang
membikin pencemaran itu umumnya yang didirikan sebelum ada
BKPMD." Dan kini persyaratan mendirikan pabrik di sana semakin
ketat, apalagi setelah dibentuk Tim PPLH di Ja-Tim, berdasarkan
SK Gubernur.
Di Ja-Bar, selain ada Tim Lokasi Industri juga ada Tim
Koordinasi Penanggulangan Pencemaran. "Kerja tim cukup berat,
karena sering menghadapi berbagai taktik pengusaha pabrik untuk
menghindar dari ketentuan ujar Drs. Lukman Sutaryan, Ketua BKPMD
Ja-Bar.
Sampai sekarang Ja-Bar belum punya kawasan industri seperti
Pulogadung (Jakarta) atau Cilacap (Ja-Teng), hingga beberapa
daerah pemukiman menjadi kawasan industri. "Itulah sebabnya
diadakan pembatasan jenis industri. Malah ada daerah yang
tertutup bagi industri tertentu untuk menjaga lingkungannya,"
kata Ukman.
Misalnya daerah Bandung dan sekitarnya hanya untuk industri
elektronika dan pakaian jadi. Untuk industri pengolahan makanan
ditentukan berlokasi di Cirebon, sementara daerah Banten khusus
untuk industri yang menunjang pabrik baja Krakatau Steel.
Sementara itu Drs. Sagumani L. Tobing, Kepala Kanwil
Departemen Perindustrian Sum-Ut, menjamin penduduk tak perlu
cemas akan polusi. Karena kini sudah ada pola permanen untuk
kawasan industri di empat tempat Yaitu di sekitar Sibolga,
Pematang Siantar, Mabar, dan antara Kisaran-Kuala ranjung.
Kecuali Mabar, lO km dari Medan, yang lain sedang disurvei. Tapi
terhadap industri yang sudah ada, terus dilakukan penertiban .
Misalnya Pasific Chemical's, penghasil racun alang-alang
herbisida di km 20 Medan-Tg. Morawa dan pabrik kertas di Deli
Tua, 20 km dari Medan. "Keduanya harus menetralisir air
limbahnya hingga tidak mencemarkan air Sungai Deli," kata
Kepala Agraria merangkap Ketua BKPMD setempat, Drs. Nizir Rasul.
Tapi pabrik-pabrik di Sum-Ut yang tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan juga mendapat dampratan penduduk.
Misalnya pabrik makanan ternak ayam ras di Desa Kota Bangun, di
pinggir jalan Belawan-Medan. Penduduk ribut karena bau busuk
yang ditimbulkan oleh ikan teri, salah satu bahan campuran
pembuat makanan ayam.
Pasang Indera
Tapi sejak 5 tahun lalu pabrik itu tidak lagi menggiling ikan
dan meng- gantinya dengan tepung Ikan. Sedang untuk meredakan
kebisingan mesin yang hingar-bingar, pabrik mulai mengganti
peranan diesel dengan listrik PLN.
Di DKI Jakarta cukup banyak pabrik berdiri, tapi tingkat
pencemarannya bisa dikendalikan. Hal ini, menurut Ketua BKPMD
DKI, Soebagio Tardjo SH, "karena Jakarta punya reneana induk
196585, hingga tak sulit mengaturnya." Pengawasan lingkungan
digalakkan sejak tahun lalu. Apalagi di daerah ini sudah
ditentukan lokasi-lokasi industr: industri farmasi dan makanan
di Ciracas, perkayuan di Marunda maritim di Cilincing,
perikanan di Pasar Ikan, industri berat di Pulogadung.
Menurut Soebagio, dari l.OOO Iebih proyek (PMA maupun PMDN)
di Jakarta, boleh dibilang 97% tidak mencemari lingkungan. Yang
dinilai baik misalnya pusat pertokoan Ratu Plaza di Senayan yang
mengolah air buangannya sendiri. Tapi juga ada yang perlu
ditertibkan. Misalnya pabrik seng milik DKI di Slipi. bising dan
debunya beterbangan.
Cara pengawasan yang dilakukan petugas BKPMD DKI ternyata sangat
sederhana. Tanpa alat, mereka datang ke pabrik dan pasang
indera. Lantas melaporkannya ke P4L (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan).
Tiga bulan sekali, pabrik harus menyetor air limbahnya ke P4L.
Tapi hanya sekitar 250 pabrik yang melakukan kewajiban itu. "Dan
banyak yang tidak memenuhi syarat," kata Ke pala P4L, Dipl. Ing.
Bianpoen. Maksudnya banyak air limbah yang kotor selain itu para
petugas P4L sendiri aktif mengambil contoh air limbah itu, atau
mengukur kadar kebisingan dan kualitas udara, dengan peralatan
khusus. Selama pencemaran lingkungan dinilai belum serius, P4L
memberi saran perbaikan. "Dan umumnya mereka menurut," kata
Bianpoen lagi. Menurut Kepala P4L itu, secara keseluruhan
pencemaran di DKI tak bisa dikatakan gawat atau tidak gawat.
"Bisa gawat di tempat tertentu dan pada waktu tertentu,"
katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini