ADA kesibukan baru buat Irjen Perindustrian J. Sulamet.
Sebelum Menteri Perindustrian A.R. Soehoed bertolak ke Bangkok
pekan lalu untuk menghadiri sidang para Menteri Perindustrian
Asean, ia telah memanggil bawahannya itu. Kepada J. Sulamet,
telah diinstruksikan agar melanjutkan penyelesaian kasus Affan
bersaudara--bekas pemegang saham terbesar PT In-Nismo
itu--dengan pihak Marubeni, perwakilan Nissan Motors Coy di
Jakarta.
Sengketa yang bertahan selama setahun itu, akhirnya berhasil
diatasi setelah Presiden Soeharto sendiri turun tangan Antara
lain dengan meminta Menteri Agama Alamsjah, seorang tokoh
Sumatera Selatan, untuk membujuk 4 saudara asal Bengkulu Selatan
itu. Affan bersaudara, seperti diketahui, sudah pasrah untuk
menerima pengurangan saham mereka dari 60% menjadi hanya 10%
dari PT Indokaya Nissan Motor (In-Nismo), penyalur tunggal mobil
Datsun-Nissan di Indonesia. (TEMPO, 18 Oktober).
"Kini sedang diusahakan membentuk suatu tim baru," kata J.
Sulamet singkat akhir pekan lalu. Tim baru ini akan menggantikan
tim yang lama. Diketuai oleh J. Sulamet, tim lama yang dibentuk
atas instruksi Menteri Perindustrian dan terdiri dari
orang-orang Departemen Perindustrian, sudah larna menyelesaikan
laporannya.
Nafsu Nissan
Belum diketahui bagaimana bentuk tim baru ini. Tapi menurut
Kepala Biro Humas Departemen Perindustrian A.R. Soerianata
Djoemena: "Mungkin para anggota tim nanti terdiri dari
interdepartemental." Bisa diduga tim yang baru nanti akan
terdiri dari unsur Departemen Perindustrian, unsur Badan
Koordinasi Penanaman Modal, dan beberapa instansi lain. Seperti
kata sebuah sumber TEMPO, "adalah tim itu yang nantinya
ditugaskan untuk membuka jalan bagi terselenggaranya rencana
pendirian pabrik komponen kendaraan bermotor seharga US$ 200
juta oleh Nissan Motos Coy. "
Sejak lama memang,,Nissan bernafsu menancapkan kakinya di
Indonesia: mendirikan pabrik pembuatan komponen itu. Dulu,
sebelum pecah sengketa In-Nismo dengan Marubeni Corporation,
pihak Nissan sudah mengajukan permintaan kepada BKPM untuk
penanaman modal yang akan menelan ratusan juta dollar itu. Tapi
ditolak, dengan alasan sudah diberikan kepada PMDN. Yang
dimaksudkan adalah kongsi In-Nismo dengan. perusahaan swasta
Jerman Barat, Thyssen AG, yang di luar pengetahuan Marubeni dan
Nissan, berhasil mendirikan pabrik kempa (press baja) Indopres
di Jalan Raya Bekasi.
Keseriusan pihak Nissan memiliki pabrik komponen itu bisa
dimengerti. Pemerintah sudah lama mengharuskan setiap perakitan
mobil di sini membangun pabrik komponen itu, yang kelak akan
tumbuh sebagai industri pembuatan mobil komplit. Artinya,
sebagian besar komponennya sampai mesinnya pun dibuat di
Indonesia.
Seorang juru bicara Marubeni kepada wartawan TEMPO di tokyo
baru-baru ini merasa optimistis, penanaman US$ 200 juta itu akan
dimulai dalam waktu dekat. Tak disebutkan ancer-ancernya. Tapi
sebuah sumber di Tokyo meramalkan komitmen Nissan yang sudah
diketahui para pemimpin di Indonesia itu, akan lebih dikukuhkan
dengan rencana kedatangan PM Jepang Zenko Suzuki pertengahan
Januari 1981.
Pihak Departemen Perindustrian sendiri masih bungkam ketika
ditanya soal kapan matangnya rencana penanaman US$ 200 juta itu.
"Kami belum bisa bicara banyak, karena sedang melanjutkan
penyelesaian kasus In-Nismo itu," kata Djoemena, Juru bicara
Departemen Perindustrian itu beranggapan prematur bicara soal
penanaman besar tersebut sekarang.
Dari BKPM sendiri belum terdengar ada aplikasi baru yang
masuk dari PT In- Nismo. Humas BKPM membantah kemungkinan
aplikasi itu sudah nyelonong langsung ke meja pimpinan BKPM. "Di
sini tak ada main tinggi," katanya. "Surat untuk Pak Ismail
Saleh (Penjabat Ketua BKPM), juga harus dicatat dulu dalam
agenda, baru diserahkan." la menambahkan, jika calon investor
itu masih membutuhkan fasilitas maka semua perusahaan yang
beroperasi di Indonesla harus menghubungi BKPM. "Jika merasa tak
lagi perlu fasilitas berupa pajak dan lain-lain, yah mereka
cukup melapor langsung ke Departemen Perindustrian saja,"
katanya.
Jadi Siapa?
Bagi PT In-Nismo masa purna Affan, memang perlu menunggu
sebelum buru-buru mengajukan permohonan baru ke BKPM Sampai
sekarang belum diketahui siapa yang akan duduk sebagai Dirut PT
In-Nismo menggantikan Thaib Affan. Ada yang menyebutkan nama
Mayjen (Purn.) Sukardi, anggota Pepabri dan Wakil Ketua F-KP di
DPR. Pepabri--Persatuan Purnawirawan ABRI --memang disebut-sebut
sebagai wadah yang akan ketiban rezeki menampung 50% saham eks
Affan bersaudara. Tokoh Golkar yang terkenal tenang itu tak
mengelak adalahPepabri yang akan "mewarisi" saham Affan
bersaudara itu. "Tapi tak benar kalau saya yang akan tampil
sebagai Direktur Utama PT In-Nismo," kata Sukardi kepada TEMPO.
Sukardi, yang dulu pernah aktif sebagai penasihat Menteri
Perindustrian itu, mengakui dimintai bantuan untuk mengatasi
konflik antara In-Nismo dengan Marubeni. "Tak ada salahnya,
kan," katanya. Dia sendiri merasa pekerjaamlya di DPR praktis
menyita seluruh waktunya. "Jadi tak mungkin saya," tegasnya
lagi.
Jadi siapa? Senyum sebentar, Sukardi rupanya suka membuat
orang menebak-nebak. "Pepabri sudah mengajukan kepada pemerintah
agar salah seorang anggotanya diberi kepercayaan sebagai
pemegang saham baru dalam PT In-Nismo," katanya. Dan sang calon
pemegang saham, yang sekaligus merangkap sebagai dir-ut, menurut
Sukardi orangnya harus punya hubungan luas dan punya pengaruh di
bank-bank, di samping setia kepada Pepabri. Siapa dia, silakan
tebak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini