Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Federation Cynologique Internasionale (FCI) pada 2019 lalu mengumumkan bahwa anjing kintamani diakui sebagai anjing ras dunia yang asli dari Indonesia. Dengan pengakuan ini, otomatis anjing kintamani sejajar dengan trah anjing dunia lainnya aeperti chow-chow dari Tiongkok, akita inu dari Jepang, serta samoyed dari Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FCI sendiri merupakan organisasi internasional yang membidangi keturunan atau trah anjing global. Kantor FCI berpusat di Thuin, Belgia. Dikutip dari indonesia.go.id, anjing kintamani telah ada di Bali sejak lebih dari 3 ribu tahun silam. Tepatnya di Desa Sukawana yang berada di wilayah Kecamatan kintamani, Kabupaten Bangli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menilik secara fisik, bentuk dan ukuran anjing kintamani berbeda dengan dengan anjing lokal lain. Tinggi tubuh jantan berkisar antara 40 sampai 55 cm, sedangkan betina sekitar 40 sampai 50 cm. Anjing kintamani dapat hidup paling lama 14 tahun.
Bulunya yang lebat menunjukkan ciri khas anjing pegunungan. Selain itu, postur tubuhnya juga tegap. Ekor kintamani tampak tegak dan membentuk sudut 45 derajat atau sedikit melengkung. Adapun warna yang umum pada anjing ini yakni putih polos atau hitam pekat. Namun ada pula warna lain seperti cokelat.
Bentuk mata anjing kintamani oval dengan bola mata berwarna cokelat gelap. Sedangkan bentuk telinganya berdiri, menyerupai huruf V terbalik. Bagian ujungnya membulat dan berwarna merah agak oranye. Hidungnya berwarna hitam kecokelatan.
Anjing kintamani dikenal pemberani, tangkas, waspada, dan rasa curiga yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ia terbiasa hidup di daerah pegunungan. Tak hanya itu, anjing endemik Pulau Dewata ini juga dikenal sebagai penjaga andal serta pengabdi yang baik. Di samping itu, anjing kintamani suka menyerang hewan lain yang masuk ke wilayahnya. Ia menggaruk-garuk tanah sebagai tempat perlindungan.
Ciri-ciri umum dari anjing kintamani tersebut membawanya masuk pada Group V oleh FCI sebagai anjing spitz atau anjing ras dengan bulu tebal dan Panjang. Ekor yang melengkung ke punggung, lalu telinga yang kecil berdiri. Dalam bahasa Jerman, spitz berarti tajam atau runcing.
I Ketut Puja, peneliti anjing kintamani dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, melakukan penelitian pada 2005 lalu. Hasilnya, anjing kintamani tergolong anjing purba atau ancient dog. Artinya, ia merupakan anjing lokal yang kehilangan ragam genetikanya sejak ribuan tahun silam.
Asal-usul anjing kintamani merupakan hasil kawin silang antara anjing chow-chow dengan anjing lokal pada 1400 M. Kala itu, seorang pedagang asal Tiongkok pindah ke Bali dan membawa anjing chow-chow miliknya. Anjing chow-chow akhirnya kawin silang dengan anjing jenis lokal.
ANNISA FEBIOLA