Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan aktivis lingkungan dan pengusaha tertarik mengembangbiakkan lalat tentara hitam atau Black Soldier Fly, yang sanggup mengurangi limbah organik hampir separuhnya dan berpotensi bisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Telurnya di online store sudah ada yang jual,” kata dosen dan peneliti lalat itu di Institut Teknologi Bandung Ramadhani Eka Putra kepada Tempo baru-baru ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan penelitian sebelumnya larva lalat bernama latin Hermetia illucens L itu mampu mencerna sekaligus mengurangi massa limbah organik sebanyak 35–45 persen. Adapun kandungan protein ketika fase pre-pupa sebanyak 44 persen. “Harga telurnya berkisar Rp 10-50 ribu per gram,” kata Ramadhani.
Per gram telur lalat tentara hitam berjumlah 19 ribu hingga 45 ribu butir. Dalam 2-3 hari telur menetas menjadi larva. Alamiahnya sang induk menempatkan telurnya di limbah organik.
Pada pengembangbiakan, tempatnya bisa dikondisikan seperti itu. “Mereka seperti mesin yang makan nonstop,” ujarnya di sela pelatihan soal lalat itu di Bandung, Ahad, 23 Februari 2020.
Kini sebagian besar riset lalat tentara hitam itu masih fokus pada jenis sampah apa saja yang bisa dilahap. Sementara ini diketahui jenis limbah organik yang berbasis minyak seperti ampas sulit dicerna. Bahkan limbah minyak kayu putih malah memusnahkan seluruh larvanya.
Limbah organik yang mengandung selulosa atau serat tinggi seperti jerami, sekam padi, serbuk gergaji, sabut buah kelapa sangat susah dicerna larva atau belatung lalat tentara hitam. “Bisa tapi lama,” kata Ramadhani. Jenis yang mudah dihabiskan yaitu sayuran.
Sementara itu sebuah perusahaan startup berbasis di Depok, Biomagg, telah memanfaatkan lalat tentara hitam sejak 2015. Bekerja sama dengan sebuah anak perusahaan Jepang PT Awina Sinergi International sejak 2018, mereka menyatakan sangat serius ingin menyelesaikan permasalahan sampah organik di Indonesia.
“Kami telah berhasil mengolah dua ton sampah organik per hari dengan maggot atau larva lalat tentara hitam,” kata Ichsan, Business Advisor PT Awina, Selasa 25 Februari 2020.
Bisnis model yang mereka kembangkan yaitu penjualan telur dan larva basah, produk pakan ayam, ikan, pupuk, serta sistem franchise. Tahun ini mereka berencana akan mulai ekspansi ke Bangladesh. Di dalam negeri mereka menjalin kemitraan dengan masyarakat, terutama peternak unggas seperti di daerah Tulang Bawang Barat, Klungkung, dan Kuningan.
Menurut Ichsan, jumlah sampah organik di Indonesia berkisar 55-60 persen. Saat ini pasokan limbah organik yang diolah lalat itu berasal dari beberapa restoran ternama.
ANWAR SISWADI