Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menilik Asal-usul Aroma Petrichor, Bau Khas saat Hujan

Aroma petrichor kerap dideskripsikan sebagai bau hujan, bau tanah, atau bau alam.

10 Desember 2024 | 10.59 WIB

Ilustrasi cuaca hujan. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi cuaca hujan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika hujan turun, aroma petrichor mulai tercium. Bau lembut ini kerap dideskripsikan sebagai bau hujan, bau tanah, atau bau alam. Aroma petrichor juga membantu mengubah lingkungan seseorang.

Dikutip dari Green Turf, kombinasi aroma petrichor dan suara damai dari tetesan hujan memberikan rasa lega yang kuat dalam otak manusia. Aroma ini dapat menyembuhkan kecemasan atau depresi serta membantu meringankan gejala sementara akibat biofilia bawaan manusia.

Lantas, bagaimana aroma hujan atau petrichor itu berasal?

Petrichor dikenalkan oleh dua ilmuwan asal Australia, Isabel Joy Bear dan Richard Grenfell, pada 1964. Keduanya mendefinisikan petrichor sebagai aroma unik yang hadir setelah hujan turun di tanah yang kering. Mereka menemukan bahwa aroma unik ini muncul dari pelepasan berbagai senyawa volatil oleh tanaman dan mikroba.

Petrichor berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata, yaitu petra dan ichor. Petra atau petros bermakna batu, sedangkan ichor memiliki arti darah mulia para dewa dan dewi. Bau petrichor berasal dari bakteri actinomycetes. Saat musim kemarau, tanaman tersebut memproduksi minyak yang diserap oleh tanah.

Ketika musim hujan, minyak tersebut dilepaskan ke udara bersama senyawa lain. Salah satunya geosmin, produk sampingan metabolik dari actinobacteria. Geosmin mengandung 79,06 persen oksigen, sisanya hidrogen 12,17 persen, dan 8,77 persen oksigen. Saat hujan, geosmin akan dilepaskan dari tanah dan berbaur dengan molekul ozon.

Badai petir turut berperan menciptakan petrichor karena melakukan pelepasan listrik di atmosfer. Hal ini menghasilkan aroma ozon yang bersih dan tajam. Profesor Maribeth Stolzenburg dari University of Mississippi menjelaskan bahwa badai petir, terutama ketika hujan, meningkatkan kualitas udara. Sebagian besar debu, aerosol, dan partikulat lainnya yang terkena air hujan membuat udara menjadi bersih.

Selain itu, asam hujan turut mempengaruhi pembentukan aroma hujan atau petrichor. Asam-asaman tersebut berasal dari tanah dan tumbuhan yang dikenal dengan nama Palmitic acid dan Stearic acid. Terkadang, petrichor yang terbentuk dari asam-asaman ini membuat baru aroma hujan tidak sedap dan tidak enak dicium.

Karena bahan kimia bersifat asam ini ditemukan di puing-puing organik, seperti spora bakteri, zar bahan bakar, dan lain sebagainya. Semakin jarang hujan turun di suatu wilayah, hujan pertama akan mengeluarkan petrichor yang lebih kuat daripada biasanya.

Di sisi lain, aroma hujan juga berkemungkinan dipengaruhi flora di suatu daerah. Beberapa jenis tanaman mengeluarkan minyak selama periode kering. Saat hujan, aroma minyak itu dilepaskan ke udara. Asam stearat dan palmitat bisa menambahkan aroma hujan. 

Aroma lain yang terkait dengan hujan adalah ozon. Saat muncul petir memecah molekul oksigen dan nitrogen di atmosfer, kemudian bergabung kembali menjadi oksida nitrat. Zat itu berinteraksi dengan bahan kimia lain di atmosfer untuk membentuk ozon. Saat seseorang bisa mencium aroma hujan, mungkin angin telah membawa ozon sampai terhirup di hidung.

Idris Boufakar dan Naomy Ayu Nugraheni berkontribusi dalam artikel ini.

Pilihan Editor: Kenapa Aroma Hujan Begitu Menyegarkan? Ini Kata Ahli

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus