Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Marapi pada Minggu, 3 Desember 2023, ditemukan di kawasan puncak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, mengatakan pihaknya hingga Selasa, 5 Desember 2023, pukul 12.15 WIB, masih berada di puncak Gunung Marapi. Pasalnya ada sekitar 10 pendaki yang hingga kini belum ditemukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tim SAR masih mencari korban lainnya yang belum ditemukan. Terkait dengan kendala di lapangan, menurut dia, pihaknya kesulitan untuk menyisir puncak gunung akibat tertutup kabut.
"Sampai 5 Desember 2023, pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan TNI, Polri dan unsur masyarakat. Kami berterima kasih atas atensinya," kata Abdul Malik melalui keterangannya, Selasa.
"Delapan korban dalam kondisi meninggal dunia (ditemukan hari ini) sudah dibawa turun oleh tim pencari. Artinya tersisa 10 lagi yang kini masih dalam pencarian," tutur Abdul Malik.
Berdasarkan data Basarnas, seluruh pendaki yang berada di Gunung Marapi saat terjadi erupsi berjumlah 75 orang. 52 orang telah turun dan dinyatakan selamat, sedangkan yang dinyatakan meninggal dunia berjumlah 13 orang.
Saat ini, tim gabungan penyisiran Gunung Marapi sedang mencari 10 pendaki lagi yang belum ditemukan.
Korban Ditemukan di Kawasan Puncak
Gunung Marapi sejak 2011 berada di situasi Level II atau waspada. Berdasarkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), melarang para pendaki untuk mendekati radius 3 kilometer dari kawah.
Pelarangan tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko yang terjadi jika Gunung Marapi erupsi. Tipe erupsi di Gunung Marapi masuk kategori letusan freatik. Tipe ini diidentifikasi dengan erupsi yang tiba-tiba tanpa ada pertanda lebih jelas sebelumnya.
Dengan penemuan korban di kawasan puncak, yang berarti berdekatan dengan kawah dan masih di radius 3 kilometer.
Respons BKSDA Sumbar
Secara administratif Gunung Marapi dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar. Pengelolaan ini meliputi penetapan tarif hingga perizinan untuk mendaki ke Gunung Marapi.
Plh. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dian Indriati, mengatakan pihaknya telah mendapatkan rekomendasi dari stakeholder untuk membuka jalur pendakian ke Gunung Marapi. Dukungan tersebut juga disetujui oleh pemerintah dan dinas setempat.
"Pendakian dibuka setelah mendapat dukungan dari seluruh stakeholder. Selain itu Balai KSDA Sumbar juga telah memiliki SOP pendakian dengan batasan-batasan tertentu," kata Dian.
Salah satu aturan yang ditetapkan oleh BKSDA Sumbar, kata Dian, tidak boleh melakukan pendakian pada malam hari dan dilarang untuk mendekati kawah. Selain itu, pendakian juga wajib dilakukan oleh minimal tiga orang atau lebih. "Untuk tanggap darurat juga terdapat posko siaga, rambu-rambu di jalur pendakian dan asuransi," ungkap Dian.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan bahwa status level II pada gunung api bukanlah larangan untuk dilakukannya pendakian. Hanya saja, para pendaki dilarang untuk mendekati kawah dari radius 3 kilometer untuk mitigasi bencana.
Dian mencontohkan gunung api lainnya di Indonesia yang berada di level II tapi masih dibuka, misalnya Gunung Bromo, Kerinci dan Rinjani. "Dibolehkan melakukan pendakian sepanjang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana, salah satunya larangan mendekati kawah dari radius 3 kilometer," pungkas Dian.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.