Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Dokumenter Pulau Plastik produksi Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc. Disutradarai Dandhy Dwi Laksono, Rahung Nasution dan telah dirilis pada 22 April 2021 lalu. Film berdurasi 1 jam 42 menit itu mengangkat isu tentang tiga sosok yang berjuang melawan sampah plastik sekali pakai, adalah Gede Robi, Tiza Mafira dan Pigi Arisandi. Ketiga tokoh utama dalam film ini melakukan penelusuran sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke dalam rantai makanan manusia, dampak bagi kesehatan, dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi krisis polusi plastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hakikatnya sampah tetaplah masalah, bahkan bagi si pembuat sampah. Bank Dunia melaporkan pada pertengahan September 2019, yang melansir dari data mengenai produksi sampah global, menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 2.01 miliar ton sampah yang menumpuk di dunia ini pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah tersebut terus meningkat dan pada 2050 mendatang jumlah sampah akan mencapai 3.4 miliar ton, jumlah tersebut menimbang dari laju pertumbuhan penduduk dunia yang mencapai angka 70 persen.
Sistem daur ulang bisa saja diterapkan, namun sayangnya hal tersebut baru bisa berlaku di negara-negara maju. Sementara di negara berkembang kebanyakan masih mengalami kesulitan dalam menangani masalah sampah ini, sebab mengelola sampah berarti harus menggelontorkan dana 20 hingga 50 persen dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sebuah negara.
Dilansir dari laman indonesia.go.id, Lembaga berwenang atas “penghasilan sampah” Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK dengan lapang dada mengakui pada 2020 total sampah nasional mencapai angka 67.8 juta ton. Itu berarti 270 juta penduduk Indonesia per harinya menghasilkan sekitar 185.753 ton sampah, atau 0.68 kilogram per individunya.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka tersebut mengalami peningkatan. Pada 2018, produksi sampah nasional mencapai 64 juta ton dari 167 juta penduduknya dan menjadi bagian dari sampah-sampah yang menggunung di timbunan tempat-tempat pembuangan akhir.
Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ujang Solihin Sidik mengaku bahwa pengelolaan sampah di Indonesia belum optimal. Menurutnya, dari 514 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, kapasitas pengelolaan sampahnya rata-rata masih di bawah 50 persen. Sementara di kota-kota besar, pengelolaan sampahnya sudah mencapai 70 hingga 80 persen.
“Namun, polanya belum juga berubah, masih terpaku pada pola lama,” kata Ujang Solihin, dalam jumpa pers virtual terkait Peringatan HPSN 2021, pada Kamis, 18 Februari 2021 lalu, dikutip dari indonesia.go.id.
Pola lama tersebut yakni menggunakan pola linier kumpul-angkut-buang, padahal pola tersebut sudah ketinggalan zaman, padahal di negara-negara maju lainnya sudah mengadopsi pola ekonomi sirkular, daur ulang sampah dengan memanfaatkan nilai ekonomi sampah termasuk sampah plastik secara maksimal dari menerapkan reduce, reuse, recycle atau 3R.
HENDRIK KHOIRUL MUHID