Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Selain Gondongan, Kasus DBD juga Melonjak Hampir 300 Persen di Kota Yogyakarta

Disebutkan pejabat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, kenaikan kasus DBD pada tahun ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

16 November 2024 | 16.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta tak hanya berjibaku menangani peningkatan kasus penyakit parotitis atau gondongan yang telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa atau KLB. Saat ini, penyakit demam berdarah dengue (DBD) juga tengah melonjak hampir 300 persen di Kota Wisata dan Pelajar itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kasus DBD hingga Oktober 2024 ini saja sudah ada 238 kasus, naik jika dibandingkan 2023 yang totalnya 88 kasus," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, Jumat 15 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Endang menambahkan, total temuan kasus DBD tahunan selama tiga tahun berturut turut sebelummya tak pernah melampui 200. Pada 2022 sebanyak 174 kasus dan pada 2021 ada 92 kasus.

"Kasus naik tajam terutama ketika sudah memasuki musim penghujan, dan mereka yang rentan kasus ini terutama anak-anak," ujar Endang. Dia menyebutkan, sebagian besar pasien DBD yang dirawat di fasilitas layanan kesehatan memang anak-anak. "Mereka yang menjalani rawat inap di rumah sakit semuanya dinyatakan sembuh."

Menurut Endang, kenaikan kasus DBD pada tahun ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adapun di Kota Yogyakarta, sebarannya paling banyak ditemukan di Kelurahan Sorosutan ada 17 kasus, Kricak 15 kasus dan Wirogunan 14 kasus.

Dinas Kesehatan Yogyakarta telah menurunkan petugas untuk memantau kondisi lingkungan sembari mengimbau masyarakat melakukan pencegahan kasus dengan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. Lalu menerapkan 4M plus yaitu menguras bak mandi dan tempat penampungan air, menutupnya agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, memantau jentik nyamuk, dan mengubur barang bekas.

“Kami juga bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui implementasi teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian kasus ini,” kata Endang.

Kepala Puskesmas Umbulharjo I, Yunita Haryanti, mengatakan bahwa penanganan dan pengendalian DBD di wilayahnya dilakukan dengan edukasi pencegahan secara langsung kepada masyarakat di wilayah. Dinyatakanya, memasuki musim hujan ini pihaknya melakukan abatisasi atau pemberian serbuk abate di lokasi yang digenangi air untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti dan mencegah wabah.

"Selain juga fogging berdasarkan penyelidikan epidemiologi,” ujar dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus