PULAU Lombok belum absen dari bencana. Setelah tahun lalu
dilanda tsunami, kini hama belalang berkecamuk di Semenanjung
Sekotong, Lombok Barat. Akhir April lalu, tercatat tiga ratusan
hektar tanah pertanian gundul dimakan belalang.
Mei ini, sang belalang diperkirakan akan dewasa lalu mati. Namun
masih juga terjadi serangan hingga ke ujung barat pulau Lombok
di pantai Labuan Poh. Mula-mula, 10 hektar di Batu Kijuk dilahap
sang serangga. Terus mengganas di Kumbul di mana 3 5 hektar
rusak. Sehari demi sehari rayapannya semakin meluas dan ganas.
Setelah menghabiskan 42 hektar di Med ang kawanan serangga itu
menyeberangi Teluk Lembar terus ke Jeranjang. 30 hektar tanaman
digerayangi. Daun-daun kelapa tinggal lidinya saja. Kelapa yang
terserang sukar diharapkan hasilnya lagi. "Yang pasti, asimilasi
dan pembuahan terganggu," ucap seorang pejabat Pertanian. Dia
juga meramalkan bahwa kawasan penghasil kelapa di Bongko Palut,
Gerisak, Batu Kumbu dan Talun akan mengalami nasib seperti 300
hektar kelapa dan palawija yang sudah gundul tak berdaun.
Diperintah Jin
Pembakaran semak, rupanya tak banyak manfaatnya. Sebab sang
belalang dapat bersembunyi di atas dedaunan yang tinggi bahkan
sampai di puncak pohon kelapa. Malam harinya, belalang itu kQnon
"diperintah jinnya beristirahat di hutan," tutur seorang petani
yang dua hektar tanaman kelapanya gundul di Medang.
Petugas Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian berusaha mengejar
lompatan belalang dengan alat semprot yang dapat mencapai
ketinggian pohon kelapa. Ada sebelas penyemprot diarahkan ke
bawah dan dua ke atas. Dari 9 jenis obat semprot yang dicoba,
ternyata hanya 4 yang ampuh bila dicampur air. Sayangnya air
termasuk anugerah alam yang langka di pedalaman sana. Apalagi
kalau tiba-tiba hujan, sang belalang lari ke hutan atau
menyelinap di antara dedaunan, sementara cairan insektisida
seperti Sevin, Sumition dan Diainon luntur merembes ke bumi.
Jutaan belalang yang menyerbu Sekotong sekarang ini, konon
bcrasal dari telur belalang yang terpendam sejak 1975. Waktu
itu, perbukitan Sekotong yang biasanya menghasilkan surplus
pangan buat seluruh Lombok Barat dilanda kelaparan lantaran
lebih dari 600 hektar tanaman dimangsa belalang. Kendati
demikian, I Wayan Karta dari Dinas Pcrtanian Nusa Tengara Barat
(NTB) masih juga mengeluh bahwa "kehidupan belalang Sekotong ini
belum sempat kita amati."
Maksudnya supaya diketahui untuk berjaga-jaga. Namun Wayan Karta
ada memberikan perbandingan dengan belalang yang pernah mewabah
di Sumba (1974-1977), Lampung Utara (1976-1977), dan kabupaten
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (1952, 1959, 1972, dan
1976).
Tak Mudah Punah
Belalang penyebar kelaparan di Sumba, Lampung dan Kalimantan itu
adalah jenis Locusta migratoria Linn, yang suka mengembara
berkelompok, dan sanggup menyapu bersih berhektar tanaman dalam
sekejap. Jenis belalang pengembara ini tak mudah punah lantaran
musuh alamiahnya lebih lamban pembiakannya. Musuh alamiahnya itu
-- seperti diamati di Sumba -- termasuk beberapa jenis cendawan,
bakteri, dan burung elang. Pemangsa dan penyebar penyakit pada
belalang Sumba itu hanya mampu mengurangi laju pertumbuhan
populasi hama itu.
Adapun belalang yang menyerang Lombok adalah jenis Valanga
Negricornis dan Valanga transiens WLK. Yang pertama lebih
dikenal dengan sebutan 'belalang kayu' (di Lombok disebut
balalang gambu), dan menyerang bagian bawah tanaman. Sedang yang
kedua mengganyang bagian atas tanaman. Kedua jenis ini bertipe
mulut penggigit dan pengunyah, sehingga mudah merusak tanaman
kebun. Menurut buku karangan Tjoa Tjien Mo (1956), musuh
alamiahnya adalah anak kumbang Mylabris Putulata dan Epicenta
Ruficefs yang sangat doyan telur belalang. Namun menyerahkan
tugas pemberantasan hama belalang ini pada musuh alamiahnya
saja, terasa berbahaya bagi kelestarian isi perut petani dan
penduduk lainnya. Makanya hingga akhir April lalu sudah dua
ratusan kilogram insektisida disemprotkan.
Alam Sekotong yang separuh hutan dan semak ternyata masih cukup
subur buat perkembangan belalang. Setiap tahun dapat diduga
bahwa serangga yang dulu diburu penduduk akan balas mengganyang
nafkah manusia. Berapa kerugian yang diderita, "hitung sendiri
sajalah," kata drs Maryadi Idris, Kepala Bagian Produksi
Pertanian Kabupaten Lombok Barat.
Tampaknya usaha meramal ledakan hama masih lebih mudah dari pada
meramal kenaikan produksi. Sebab apa yang sudah diketahui
adalah, bahwa dalam waktu 10 - 24 bulan seekor belalang betina
yang panjangnya belum ada 1 cm dapat menghasilkan 330 juta
telur. Telurnya rata-rata menetus « tahun kemudian, setelah musim
hujan reda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini