Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Semenanjung itu diserang lagi

Semenanjung sekotang, lombok barat, diserang hama belalang. ratusan hektar tanaman kelapa dan palawija gundul. pemberantasan dengan membakar semak & alat semprot tak berhasil. kerugian belum diketahui. (ling)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULAU Lombok belum absen dari bencana. Setelah tahun lalu dilanda tsunami, kini hama belalang berkecamuk di Semenanjung Sekotong, Lombok Barat. Akhir April lalu, tercatat tiga ratusan hektar tanah pertanian gundul dimakan belalang. Mei ini, sang belalang diperkirakan akan dewasa lalu mati. Namun masih juga terjadi serangan hingga ke ujung barat pulau Lombok di pantai Labuan Poh. Mula-mula, 10 hektar di Batu Kijuk dilahap sang serangga. Terus mengganas di Kumbul di mana 3 5 hektar rusak. Sehari demi sehari rayapannya semakin meluas dan ganas. Setelah menghabiskan 42 hektar di Med ang kawanan serangga itu menyeberangi Teluk Lembar terus ke Jeranjang. 30 hektar tanaman digerayangi. Daun-daun kelapa tinggal lidinya saja. Kelapa yang terserang sukar diharapkan hasilnya lagi. "Yang pasti, asimilasi dan pembuahan terganggu," ucap seorang pejabat Pertanian. Dia juga meramalkan bahwa kawasan penghasil kelapa di Bongko Palut, Gerisak, Batu Kumbu dan Talun akan mengalami nasib seperti 300 hektar kelapa dan palawija yang sudah gundul tak berdaun. Diperintah Jin Pembakaran semak, rupanya tak banyak manfaatnya. Sebab sang belalang dapat bersembunyi di atas dedaunan yang tinggi bahkan sampai di puncak pohon kelapa. Malam harinya, belalang itu kQnon "diperintah jinnya beristirahat di hutan," tutur seorang petani yang dua hektar tanaman kelapanya gundul di Medang. Petugas Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian berusaha mengejar lompatan belalang dengan alat semprot yang dapat mencapai ketinggian pohon kelapa. Ada sebelas penyemprot diarahkan ke bawah dan dua ke atas. Dari 9 jenis obat semprot yang dicoba, ternyata hanya 4 yang ampuh bila dicampur air. Sayangnya air termasuk anugerah alam yang langka di pedalaman sana. Apalagi kalau tiba-tiba hujan, sang belalang lari ke hutan atau menyelinap di antara dedaunan, sementara cairan insektisida seperti Sevin, Sumition dan Diainon luntur merembes ke bumi. Jutaan belalang yang menyerbu Sekotong sekarang ini, konon bcrasal dari telur belalang yang terpendam sejak 1975. Waktu itu, perbukitan Sekotong yang biasanya menghasilkan surplus pangan buat seluruh Lombok Barat dilanda kelaparan lantaran lebih dari 600 hektar tanaman dimangsa belalang. Kendati demikian, I Wayan Karta dari Dinas Pcrtanian Nusa Tengara Barat (NTB) masih juga mengeluh bahwa "kehidupan belalang Sekotong ini belum sempat kita amati." Maksudnya supaya diketahui untuk berjaga-jaga. Namun Wayan Karta ada memberikan perbandingan dengan belalang yang pernah mewabah di Sumba (1974-1977), Lampung Utara (1976-1977), dan kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (1952, 1959, 1972, dan 1976). Tak Mudah Punah Belalang penyebar kelaparan di Sumba, Lampung dan Kalimantan itu adalah jenis Locusta migratoria Linn, yang suka mengembara berkelompok, dan sanggup menyapu bersih berhektar tanaman dalam sekejap. Jenis belalang pengembara ini tak mudah punah lantaran musuh alamiahnya lebih lamban pembiakannya. Musuh alamiahnya itu -- seperti diamati di Sumba -- termasuk beberapa jenis cendawan, bakteri, dan burung elang. Pemangsa dan penyebar penyakit pada belalang Sumba itu hanya mampu mengurangi laju pertumbuhan populasi hama itu. Adapun belalang yang menyerang Lombok adalah jenis Valanga Negricornis dan Valanga transiens WLK. Yang pertama lebih dikenal dengan sebutan 'belalang kayu' (di Lombok disebut balalang gambu), dan menyerang bagian bawah tanaman. Sedang yang kedua mengganyang bagian atas tanaman. Kedua jenis ini bertipe mulut penggigit dan pengunyah, sehingga mudah merusak tanaman kebun. Menurut buku karangan Tjoa Tjien Mo (1956), musuh alamiahnya adalah anak kumbang Mylabris Putulata dan Epicenta Ruficefs yang sangat doyan telur belalang. Namun menyerahkan tugas pemberantasan hama belalang ini pada musuh alamiahnya saja, terasa berbahaya bagi kelestarian isi perut petani dan penduduk lainnya. Makanya hingga akhir April lalu sudah dua ratusan kilogram insektisida disemprotkan. Alam Sekotong yang separuh hutan dan semak ternyata masih cukup subur buat perkembangan belalang. Setiap tahun dapat diduga bahwa serangga yang dulu diburu penduduk akan balas mengganyang nafkah manusia. Berapa kerugian yang diderita, "hitung sendiri sajalah," kata drs Maryadi Idris, Kepala Bagian Produksi Pertanian Kabupaten Lombok Barat. Tampaknya usaha meramal ledakan hama masih lebih mudah dari pada meramal kenaikan produksi. Sebab apa yang sudah diketahui adalah, bahwa dalam waktu 10 - 24 bulan seekor belalang betina yang panjangnya belum ada 1 cm dapat menghasilkan 330 juta telur. Telurnya rata-rata menetus « tahun kemudian, setelah musim hujan reda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus