Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Masyarakat Peduli Tempat Pembuangan Akhir Sampah atau TPA Sarimukti mengkhawatirkan potensi ledakan seperti kasus pada TPA Leuwigajah 2005. Menurut anggota tim, Wahyu Dharmawan, ada gas metan di dalam gunungan sampah sedalam 50 meter yang dihasilkan bakteri anaerob yang bisa meledak jika terpicu oleh api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apabila selubungnya terbuka atau ada celah yang membuat oksigen masuk sangat mungkin kejadian TPA Leuwigajah terjadi,” katanya di kantor Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat atau Walhi Jabar di Bandung, Selasa, 29 Agustus 2023. Ledakan itu dulu meruntuhkan gunungan sampah lalu mengakibatkan longsor sampah ke pemukiman sekitar hingga menewaskan warga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil kajian dan temuan tim di lapangan, TPA Sarimukti menerapkan sistem pembuangan sampah terbuka atau open dumping, bukan sanitary atau controlled landfill yang menggunakan timbunan tanah untuk mengubur sampah. “Kami susah melihat urugan tanah yang cukup mamadai untuk menutupi sampah yang ada,” ujar Wahyu.
TPA Sarimukti yang terbakar sejak 19 Agustus 2023 kini masih dalam proses pemadaman. Menurut Wahyu, sampah yang terbakar berada di fase satu dan dua. “Di mana ada gas metan dan ada hidrokarbon yang membuat gunungan sampah terbakar,” ujarnya. Tantangan yang bisa menjadi bom waktu, menurutnya, terkait gas metan di dalam gunungan sampah.
Soal penyebab kebakaran, tim mempertanyakan alibi yang menyebutkan akibat puntung rokok. “Pertanyaan sederhananya, ngapain orang tengah malam di gunungan sampah terus buang puntung rokok di sana,” kata dia. Tim mendesak penyebab kebakaran harus diusut karena asapnya berdampak pada kesehatan warga di sekitar TPA sampah Sarimukti.
Dari catatan petugas Puskesmas Cipatat, jumlah warga yang mendatangi pos kesehatan di Desa Sarimukti pada Selasa, 29 Agustus 2023, dari pukul 07.00-14.00 ada 28 orang. Mayoritas balita sebanyak 12 anak, dewasa 10 orang, anak-anak tiga orang, dan tiga orang lansia.
Kebanyakan atau 20 orang di antaranya mengalami gangguan infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA. “Asap hasil pembakaran sampah yang tidak sempurna itu patut diduga juga mengandung bahan berbahaya dan beracun atau B3,” kata Wahyu. Total pasien ke pos kesehatan itu sedikitnya sudah 528 orang.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.