Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump langsung menyatakan akan menarik diri dari Perjanjian Paris yang dihasilkan dari Konferensi Perubahan Iklim 2015. Pernyataan tersebut tertera dalam Perintah Eksekutif setelah Trump dilantik pada Senin, 20 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa harus segera menyampaikan pemberitahuan tertulis resmi tentang penarikan diri Amerika Serikat dari Perjanjian Paris berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim,” bunyi perintah itu dikutip dari situs resmi Gedung Putih, Selasa, 21 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam dokumen Perintah Eksekutif, pemberitahuan harus disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Penyimpan Perjanjian, yang terlampir sebagai lampiran A. Amerika Serikat akan menganggap penarikan diri dari perjanjian dan segala kewajiban yang terkait, berlaku setelah ketentuan pemberitahuan ini.
Seperti diketahui Perjanjian Paris menuntut komitmen negara-negara di dunia mengurangi emisi karbon demi menahan laju pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius, dibandingkan dengan suhu bumi sebelum revolusi industri. Adapun Amerika Serikat telah dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah emisi terbesar.
Trump juga memerintahkan Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB menyampaikan pemberitahuan resmi tertulis kepada Sekjen PBB atau pihak yang terkait perihal pernyataan penarikan diri ini. Penarikan diri juga termasuk dari perjanjian, pakta, kesepakatan, atau komitmen serupa yang dibuat berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim.
“Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, bekerja sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan, harus segera menghentikan atau mencabut segala komitmen keuangan yang dibuat oleh Amerika Serikat berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim,” tertulis dalam dokumen Perintah Eksekutif.
Donald Trump menilai Perjanjian Paris tidak adil dan berat sebelah. Dia bahkan telah membuat Amerika Serikat pertama kali ke luar dari perjanjian ini pada 2020, ujung kekuasaannya yang pertama, 2017-2021. Saat Joe Biden menjabat, dia langsung membuat Amerika Serikat kembali bergabung pada 2021.
Mengutip dari The Guardian, industri bahan bakar fosil di Amerika Serikat diprediksi terus berkembang selama periode kedua Donald Trump. Sebelumnya pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden, Amerika Serikat menjadi produsen gas terbesar di dunia dan tahun 2024 mencatat rekor 758 izin pengeboran minyak dan gas.
Pada hari pertama sebagai presiden pada periode kedua, Trump menandatangani Perintah Eksekutif di atas panggung di hadapan para pendukungnya di sebuah arena di Washington DC. Dia menyebut ini untuk menghentikan yang menurut dia sebagai "Tipuan Perjanjian Iklim Paris yang tidak adil dan sepihak.”