Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan agenda melukat atau upacara pembersihan diri dengan air suci untuk delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 2024 tidak bertujuan mengomersialisasikan tempat suci.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak ada komersialisasi, kan ini baru tawaran kegiatan, belum masuk agenda resmi. Nanti kalau sudah masuk akan ditawarkan dulu kepada delegasi siapa yang mau ikut, perkiraan saya tidak semuanya ikut,” kata Indra dikutip dari siaran pers, Selasa, 23 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penegasan tersebut disampaikan Indra merespons komentar masyarakat yang merasa tidak semestinya ribuan delegasi dibawa untuk melukat di lokasi sakral karena terkesan dijadikan bisnis. Salah satu lokasi sakral yang berpotensi dipilih adalah Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar. “Pasti kami perhitungkan, pelayanan (tempat melukat) kepada masyarakat tetap harus, tapi itu kan destinasi harus buka untuk yang lain juga,” ujar Indra.
Bali yang merupakan daerah pariwisata budaya memiliki banyak lokasi melukat, salah satunya yang belakangan ramai dikunjungi para pesohor dunia adalah Pura Tirta Empul, sehingga masyarakat Bali tahu penglukatan yang berada di samping Istana Kepresidenan Tampaksiring tersebut selalu dipadati kunjungan wisatawan lokal maupun internasional.
Rencananya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno akan mengundang puluhan ribu delegasi ke tempat melukat tersebut, namun kemudian mendapat respons sejumlah masyarakat lokal, sehingga Sekda meluruskan tujuan undangan tersebut.
“Tempat melukat itu baru penawaran, karena sesuai namanya World Water Forum itu tentang air, maka salah satu yang ditawarkan pemurnian menggunakan air, yakni melukat,” kata Indra.
Saat ini Pemprov Bali juga masih memetakan alternatif tempat melukat, lantaran yang menjadi pertimbangan saat ini adalah akses menuju lokasi. "Nanti kan ada registrasi, tiap kegiatannya ada pendaftaran, dari sana dilihat berapa yang ikut, kami lihat kapasitas masing-masing lokasi, misalnya Pura Tirta Empul berapa kapasitasnya, ya segitu kami bawa. Kalau lebih ke tempat lain,” ujarnya.
World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024 tersebut mengusung tema besar “Water for Shared Prosperity”. Pertemuan nanti akan mengangkat dan membahas isu air sekaligus mencari solusi bersama persoalan tata Kelola air.
Forum ini akan menghasilkan Ministerial Declaration sebagai output utama yang disertai dengan hal konkret, seperti proyek, inisiatif dan aksi bersama. Forum ini terdiri dari tiga proses utama, yaitu proses politik, proses regional, dan proses tematik.
Indonesia membawa empat usulan di Ministerial Declaration (MD), yaitu pendirian Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE); pengarusutamaan Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands; dan penetapan World Lake Day (WLD). Di samping itu juga akan mencantumkan dalam MD Compendium of Concrete Deliverables and Actions (Compendium) sebagai initiatif untuk tindak lanjut konkrit dari WWF10.
Secara khusus ada tiga hal yang menjadi misi Indonesia untuk disepakati pada pertemuan di Bali nanti, yaitu pertama Center of Excellence on Water and Climate Resilience, mainstream integrated water management in small islands, dan kegiatan rutin World Lake Days atau Hari Danau Sedunia.