Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di tengah arus disinformasi global yang terus berkembang, teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) semakin dilirik oleh organisasi pemeriksa fakta. Sama dengan bidang lain, AI dimanfaatkan untuk mempercepat dan menyederhanakan proses kerja para jurnalis pemeriksa fakta. Namun, di balik antusiasme itu, masih banyak yang ragu-ragu soal etika dan tantangan teknis dalam penggunaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
AI: Harapan Sekaligus Tantangan Bagi Jurnalis Pemeriksa Fakta
Di era otomatisasi ini, penggunaan kecerdasan buatan atau AI di kalangan pemeriksa fakta, masih belum merata. Tuntutan pekerjaan yang serba cepat, disikapi dengan hati-hati oleh jurnalis pemeriksa fakta. Laporan Tahunan Pemeriksa Fakta 2024 yang diterbitkan International Fact Checking Network (IFCN) mengungkap beragam respon dari 141 anggota organisasi pemeriksa fakta dari 67 negara anggota.
Sebanyak 53,6% organisasi menyatakan alat AI untuk riset awal, fungsi paling umum dari sebuah alat bantu. Sebagian lainnya memanfaatkan AI untuk pembuatan konten (15%), penyusunan laporan (14,3%), dan interaksi dengan audiens (8,6%). Namun, masih ada 20% organisasi yang masih belum menggunakan AI sama sekali—baik karena keterbatasan sumber daya, keahlian, maupun alasan etika.
Salah satu temuan menarik dalam laporan itu adalah bahwa mayoritas organisasi (74,8%) tidak menggunakan AI untuk menulis pemeriksaan fakta (debunking) secara langsung. Hanya 16,5% yang mengungkapkan kepada publik apabila AI dimanfaatkan secara signifikan dalam penulisan. Bahkan, ada 5,8% yang menggunakan AI untuk menulis konten tanpa melakukan disebutkan sama sekali. Celah dalam transparansi ini menjadi pertanyaan, sebab keterbukaan adalah prinsip inti dalam kerja jurnalistik yang juga mesti dijunjung dalam pemeriksaan fakta.
Selain persoalan teknis, etika menjadi tantangan terbesar. Sekitar 48,5% pemeriksa fakta merasa khawatir lantaran mempertimbangkan etika dalam penggunaan AI. Berikutnya, sebanyak 46,3% organisasi menyebut biaya tinggi sebagai hambatan karena banyak tools yang berbayar, termasuk minimnya alat terpercaya/kredibel (40,3%). Masalah lain yang mencuat adalah keterbatasan AI dalam bahasa non-Inggris, yang masih menjadi kendala bagi 34,3% responden, terutama di wilayah belahan bumi selatan.
Masalah akses data untuk pelatihan model AI juga menjadi sorotan. Sebanyak 56% pemeriksa fakta mengizinkan bot AI mengakses dan “scrape” konten mereka, sementara 11,5% telah menerapkan pembatasan dan 32,4% belum menentukan sikap. Ini menunjukkan ketegangan antara keinginan untuk menyebarkan jurnalisme kepentingan publik—yang didukung oleh 79% pemeriksa fakta—dan kebutuhan untuk melindungi konten dari penggunaan tanpa izin, seperti yang diinginkan oleh 20,6% responden.
Dalam lanskap yang berubah cepat ini, AI memang menawarkan banyak potensi dan harapan. Namun, jika tidak diiringi dengan kebijakan yang matang, standar etika yang jelas, dan keterbukaan terhadap publik, maka kepercayaan yang telah dibangun oleh pemeriksa fakta bisa runtuh. Teknologi bisa jadi berkembang dengan cepat, tetapi kepercayaan adalah mata uang utama jurnalisme, yang dipupuk oleh komitmen transparansi dan akurasi. Bukan dibangun oleh mesin.
Bagaimana menurut Anda?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Video-video yang Memperlihatkan Penyiksaan WNI di Kamboja?
- Benarkah Video yang Diklaim Memperlihatkan Tarian Tradisi Yahudi?
- Benarkah Tol MBZ Tidak Bisa Dilewati Tronton karena Kasus Korupsi?
- Benarkah Gempa di Thailand Terjadi Akibat Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi Tipline kami.
Ikuti kami di media sosial: