Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekan lalu, dunia maya ramai dengan gambar anime dengan latar tembok corat-coret “Adili Jokowi”. Meme tersebut beredar di media sosial di tengah fenomena coretan “Adili Jokowi” yang muncul di tembok-tembok di berbagai kota. Tak hanya sebagai lucu-lucuan, meme adalah bentuk ekspresi, kritik, protes terhadap dinamika politik. Namun, ada kalanya meme membawa konsekuensi serius dan sengaja memiliki motif jahat menyebarkan hoaks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Meme di Internet: Antara Aktivisme Digital dan Kerentanan Disinformasi
Sepanjang sejarah, manusia sudah lama menggunakan meme untuk berkomunikasi. Berasal dari bahasa Perancis, "même" berarti "sama" dan dalam bahasa Yunani "mimoúmai" yang artinya "meniru." Tak jelas sejak kapan istilah ini digunakan. Menurut kamus Britannica, meme adalah unit budaya yang ditransmisikan ke satu orang ke orang lainnya yang dikenalkan pertama kali oleh Richard Dawkins dalam buku “The Selfish Gene” pada 1976.
Perkembangan meme kemudian menjadi sangat populer di internet, di mana konten visual digunakan sebagai hiburan atau menyampaikan pesan tertentu, yang bisa diubah, disesuaikan, atau diadopsi oleh individu lainnya. Anime dan manga Jepang menjadi salah satu yang menginspirasi meme. Bentuknya bisa untuk hiburan atau memuat satire sebagai ekspresi kritik.
Dalam artikel explainer Tim Cek Fakta Tempo, akun pembuat meme “Adili Jokowi” mengakui memasukkan corat-coret vandalisme ke dalam serial anime “Bocchi The Rock!” agar pesannya sampai ke masyarakat awam. “Kami mengemas meme itu dengan anime agar bisa dipahami semua orang,” ujar pemilik akun @pgsb_id kepada Tempo.
Wibu–sebutan penggemar anime–kemudian terpancing untuk mengunggah meme dari karakter animasi yang lain. Seperti akun Hisyam Anwar @anw_pecirotan di X, turut membagikan meme dari karakter manga K-ON membawa cat pilox semprot, lalu muncul rangkaian video aksi aksi grafiti “Adili Jokowi” di tembok-tembok kota di Indonesia.
Hisyam menduga, jumlah wibu di Indonesia cukup besar, namun aksi mereka kali itu bersifat spontan atau tidak terkoordinasi. Aktivisme digital tersebut juga bukan kali pertama dilakukan.
Sebelumnya, para wibu juga terlibat dalam aksi “Peringatan Darurat” yang membagikan meme animasi Jepang dengan simbol Garuda berwarna biru pada Agustus 2024 untuk menolak perluasan politik dinasti Joko Widodo. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Andalas (Unand) pada 27 Maret 2023, juga pernah mengunggah meme yang memuat foto wajah Ketua DPR RI Puan Maharani berbadan titan layaknya anime Jepang berjudul Attack on Titan.
Hisyam menjelaskan, budaya populer Jepang seperti animasi dan manga bisa menjembatani dengan aktivisme penggemarnya. Para wibu biasanya mencari adegan atau karakter yang sesuai dengan ekspresi yang ingin disampaikan.
Pemilihan karakter animasinya pun, kata dia, tidak melulu karakter perlawanan atau yang suka melakukan vandal. “Malah terbalik, kadang karakter paling polos yang digunakan agar memberi kesan komedik yang kontras,” kata dia kepada Tempo, Senin 10 Februari melalui pesan di Instagram.
Sisi gelap meme: memuat disinformasi
Untuk mengekspresikan pandangan politik, meme politik biasanya meminjam humor dan sindiran untuk memancing respons emosional dari para pemilih. Meme juga bisa memancing reaksi emosional negatif yang kuat dari warganet, sehingga dapat menutupi pesan-pesan terselubung yang penuh kebencian atau pedas.
Karena karakternya yang humoris atau satir, meme kelihatannya cenderung tak berbahaya. Namun, bagaimana jika meme menyangkut keputusan hidup penting, misalnya kesehatan?
Selama pandemi Covid-19, banyak meme teori konspirasi bermunculan untuk mengisi celah dalam pemahaman masyarakat. Masalahnya, informasi yang tersebar melalui meme seringkali menyesatkan dan berpotensi membahayakan. Meme sengaja dibuat untuk menyebarkan rasa takut, menebar provokasi agar masyarakat tidak percaya terhadap vaksin, dan mempromosikan obat-obatan abal-abal.
"Jika seseorang tidak tahu cukup banyak, mereka akan mengisi kekosongan itu dengan informasi apa pun yang mereka temukan (di internet)," kata Alexander Jack, seorang psikolog forensik sebagaimana dikutip dari BBC.
Disebutkan dalam studi oleh GAVI, meme anti-vaksinasi yang paling terkenal muncul dari sebuah studi tahun 1998 yang sudah terbukti keliru karena mengaitkan vaksin campak, gondongan, dan rubella (MMR) dengan autisme.
Meme “vaksin menyebabkan autisme” itu muncul di papan reklame dan beredar luas di media, sehingga memicu keraguan tentang keamanan vaksin. Sayangnya, disinformasi ini terlanjur beredar luas lantaran muncul bersamaan dengan peluncuran mesin pencari Google, sehingga kata kunci “vaksin menyebabkan autisme” menjadi meme global.
Hingga saat ini, meme masih jadi bagian dari gerakan anti-vaksin. Apalagi, internet membuat meme dibuat secara anonim, direplikasi, dan dibagikan dalam skala besar. Hoaks kesehatan menjadi mudah tersebar.
"Meme adalah cara komunikasi yang netral," kata Idil Galip, periset doktoral di Universitas Edinburgh, sekaligus pendiri Meme Studies Research Network. Meme bisa menjadi fasilitator penting komunikasi, rasa memiliki, dan aktivisme digital yang dapat menyatukan dan memecah belah kita, tergantung kepada siapa kita dan bagaimana kita turut andil.
Kesimpulannya, apakah meme itu "baik" atau "buruk"? Jawabannya, tentu bergantung pada bagaimana kita sadar memilih dan menggunakannya.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Video Ketua DPD Gerindra Lampung Tak Hafal Pancasila?
- Benarkah Gambar Sampul Majalah Tempo Bergambar Prabowo, Jokowi, dan Gibran?
- Benarkah Pemerintah Ukraina Memanen dan Menjual Organ Tentara Korban Perang?
- Benarkah Infografis Sanksi PSSI Jawa Tengah untuk PPSM Magelang pada Februari 2025?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi Tipline kami.
Ikuti kami di media sosial: