Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhir tahun lalu organisasi jurnalis investigasi global, OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project) menempatkan mantan presiden Joko Widodo sebagai finalis tokoh korup 2024. Banyak pendukung Jokowi lantas bersuara keras terhadap nominasi tersebut. Sedangkan Jokowi terkesan santai menyikapinya. Paling tidak, dia berusaha demikian.
Kepada Tempo, sejumlah narasumber menyebutkan bahwa Jokowi sebenarnya tak baik-baik saja. Ia murka terhadap OCCRP yang memasukkan namanya di deretan pemimpin korup. Para pendukungnya juga menuduh kami berperan dalam nominasi itu. Tentu tudingan tersebut tidak berdasar karena kami tak terlibat dalam penjurian atau memberikan data kepada OCCRP.
Bagi kami, dan juga banyak pegiat demokrasi dan antikorupsi, nominasi tersebut tidaklah mengagetkan. Indeks Demokrasi maupun Indeks Persepsi Korupsi kita pada masa Jokowi tidak berkembang, bahkan turun. Jokowi pun dinilai menjadi salah satu aktor di belakang pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pelbagai liputan Tempo telah cukup banyak mengulas manuver Jokowi yang berdampak buruk di negeri ini. Utamanya demokrasi, penegakan hukum, dan kerusakan alam. Betul, tak ada pemimpin yang sempurna. Tapi siapa pun pemimpin yang berperan besar dalam berbagai kerusakan demokrasi adalah sejarah yang tak boleh dilupakan begitu saja.
Kami pun menelusuri orkestrasi narasi yang menyudutkan OCCRP dan Tempo. Wawancara kami dengan berbagai narasumber senada dengan temuan Drone Emprit, pemantau percakapan di media sosial. Pembelaan pendukung Jokowi hanya sebagian kecil dari keriuhan–meski mungkin saja terlihat lebih berisik–di media sosial. Lebih banyak yang setuju terhadap nominasi itu.
Salah satu kelompok pembela Jokowi adalah Partai Solidaritas Indonesia. Lagi-lagi hasil wawancara dan data Drone Emprit menunjukkan kesamaan soal peran PSI menguarkan kontranarasi terhadap OCCRP. Partai itu memang dipimpin oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi.
Bagi pegiat demokrasi dan antikorupsi, nominasi Jokowi menjadi sepercik air di tengah gurun tandus demokrasi kita. Desakan agar KPK menelusuri berbagai dugaan kasus korupsi, termasuk gratifikasi jet pribadi Kaesang Pangarep, pun muncul kembali. Namun, KPK yang dilengkapi dengan penyidik mumpuni dan alat canggih, buru-buru bilang tidak.
Memang, bukan Jokowi yang akhirnya keluar sebagai juara. Mantan presiden Suriah, Bashar al-Assad, menjadi pemenang. Meski Jokowi kalah, kita perlu mengucapkan selamat. Bagaimanapun, ia telah sukses go international karena dinilai setara dengan para kandidat tokoh korup dunia 2024 lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Simak liputan selengkapnya di sini: Jokowi dalam Liga Korupsi Dunia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini