Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Kekuatan Tradisi dalam Sastra Batak

Buku Parhutahuta Do Hami karya Panusunan Simanjuntak, pemenang penghargaan Hadiah Rancage 2025.

15 Februari 2025 | 21.00 WIB

Kekuatan Tradisi dalam Sastra Batak
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SASTRA

Kekuatan Tradisi dalam Sastra Batak

Yayasan Kebudayaan Rancage baru saja mengumumkan lima buku yang menjadi pemenang penghargaan kepada karya sastra berbahasa lokal, yakni Sunda, Jawa, Bali, Lampung, dan Batak. Pada 2025, dewan juri menilai 54 judul. Sebanyak 16 judul karya sastra Sunda, 17 judul karya sastra Jawa, 14 judul karya sastra Bali, 4 judul karya sastra Batak, dan 3 judul karya sastra Lampung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Untuk sastra Batak pemenangnya adalah buku kumpulan cerpen dan puisi Parhutahuta Do Hami karya Panusunan Simanjuntak, mantan jurnalis dan penyiar radio BBC Siaran Bahasa Indonesia di London, Inggris. Ini kedua kalinya pria kelahiran 23 Mei 1942 di Huta Huraba, Sarulla Pahae Jae, Tapanuli Utara, itu menuai penghargaan Hadiah Sastera Rancage. Pertama kali ia menang pada 2018 untuk kumpulan puisinya, Bangso nu Jugul Do Hami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bagaimana keunikan dan kekuatan buku sastra berbahasa Batak dari ragam penulis yang mendapat penghargaan Rancage sejak 2015? Bagaimana pula wajah sastra Batak hari ini? Selengkapnya baca di sini.

Cerpen Madame Mei dari Rue Saint-Denis dan Puisi Iyut Fitra

Cerpen Gusti Aditya berjudul Madame Mei dari Rue Saint-Denis berkisah para perempuan tangguh di Rue Saint-Denis. Ceritanya berlatar belakang lika-liku kehidupan malam di Paris, Prancis. Cerita dimulai di sebuah bar, tempat seorang jurnalis perempuan menghabiskan malam dengan mabuk sampai puas setelah merasa marah karena ucapan seorang jurnalis senior terhadapnya. Bagaimana perjalanan perempuan tersebut?

Selain cerpen, ruang sastra Tempo menurunkan dua puisi Iyut Fitra, yang buku puisinya, Dengung Tanah Goyah, masuk tiga besar Buku Sastra Pilihan Tempo 2024. Puisi terbaru Iyut itu berjudul “Cinta Tersundak” dan “Balai Batu”. Dalam puisi-puisi itu Iyut tetap konsisten mengolah kekayaan lokal Minang. Bagaimana kultur Sumatera Barat itu berkelindan dalam puisi Iyut tersebut? Baca laporan selengkapnya di sini.

OBITUARI

Si Jon, Kartunis Idola Remaja 1990-an

Bagi pembaca majalah remaja Gadis, nama Si Jon adalah maskot. Dalam setiap penerbitan, kartun dan ilustrasinya selalu berserakan di hampir setiap halaman. Garis-garis gambarnya yang lincah dan terarah membentuk figur-figur yang senantiasa bergerak dinamis. Di antara figur yang menjadi subyek kartunnya, acap muncul gambaran sosok lelaki gondrong, sering bernasib sial, dengan ditemani seekor anjing kampung bercelana cancut.

Sebagai kartunis majalah remaja selama puluhan tahun, Si Jon mampu beradaptasi. Munculnya ulah dan gaya remaja-remaja generasi baru berhasil ia respons dengan persis dan luwes. Padahal usia Si Jon sendiri pada akhirnya sudah melompat jauh dari kategori muda. Kemampuannya dalam beradaptasi untuk dua-setengah dekade remaja ini menjadikan Si Jon terposisi sebagai kartunis remaja yang tiada duanya di Indonesia, sampai sekarang.

Pada Rabu, 5 Februari 2025, Si Jon berpulang. Bagaimana sosok kartunis idola remaja pada 1980-1990-an itu? Baca selengkapnya di sini.

Ana Jumiati

Ana Jumiati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus