Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara tradisi, Jepang dikenal sebagai produsen gelandang berkelas wahid. Tengoklah Hidetoshi Nakata, yang disegani di Liga Italia dan Liga Inggris. Dunia kemudian mengenal Shunsuke Nakamura, gelandang yang dua kali membobol gawang Manchester United dengan tendangan bebasnya. Saat ini juga terdapat sederet pemain tengah Jepang di kompetisi Eropa, semisal Daisuke Matsui (Grenoble, Prancis), Makoto Hasebe (Wolfsburg, Jerman), atau Makoto Hasebe (CSKA Moscow, Rusia).
Bintang Jepang dari lini belakang tak terdengar gaungnya. Padahal mereka punya Yuji Nakazawa. ”Dia pemimpin kami yang sebenarnya,” ujar Hasebe, memuji seniornya. Pemain berusia 32 tahun ini adalah kapten Tim Samurai Biru sekaligus kapten Yokohama Marinos. Dia sudah menjalani 100 pertandingan bersama Jepang—cuma tiga pemain yang bisa melakoninya sepanjang sejarah mereka.
Uniknya, sementara pemain lain bermain di luar negeri setelah sukses di Jepang, Nakazawa berkebalikan. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya, stopper ini sudah bermain di Liga Brasil bersama America Mineiro. Cuma setahun memang. Tapi itu cukup untuk mengasah tekniknya.
Suporter menjulukinya bomber, si pengebom. Itu karena pemain bertinggi badan 187 sentimeter ini gemar menggondrongkan rambutnya. Tapi, memang, dia cukup produktif untuk seorang pemain belakang, sudah mengoleksi 17 gol bagi Jepang. Gol yang dia hasilkan hampir semua lahir dari kepalanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo