Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

<font size=2 color=#FF9900>LIGA INGGRIS</font><br />Sepuluh Tahun Lagi, Drog!

Ancelotti sukses meramu pemain Chelsea yang berusia di atas 30 tahun sehingga tetap prima dan tangguh di lapangan. Ia menerapkan metode ”peremajaan” pemain AC Milan.

17 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARTAI pamungkas Liga Primer Inggris seolah menjadi tamparan bagi para pendahulu Carlo Ancelotti yang gagal memberikan gelar juara liga bagi klub asuhannya. Tim yang disebut-sebut sudah menua itu merebut gelar dari Manchester United setelah menceploskan delapan gol tanpa balas ke gawang Wigan Athletic, di Stanford Bridge, Ahad dua pekan lalu.

Adalah Luiz Felipe Scolari dan Guus Hiddink, dua pelatih besar, yang mengeluhkan usia pemain sebagai ganjalan meraih sukses. ”Klub ini perlu pemain muda. Terlalu banyak pemain di atas usia 30 tahun dan sedikit sekali pemain muda yang menjanjikan,” kata Hiddink ketika angkat kaki dari klub Kota London itu, pengujung musim lalu.

Tak salah apa yang dikemukakan Hiddink. Ketika menghadapi Wigan, tiga pemain utama klub berjulukan The Blues ini telah memasuki usia 30 tahun. Mereka adalah kapten John Terry, Ashley Cole, dan Florent Malouda. Empat pemain bahkan sudah melewati usia 30 tahun, yaitu Nicolas Anelka (31), Didier Drogba (32), Frank Lampard (32), dan Michael Ballack (34).

Tujuh orang pemain itu memang tulang punggung Chelsea sepanjang musim lalu. Kecuali Cole, para pemain ”senior” itu bertanding lebih dari 30 kali. Di musim 2009/2010 itu pula hampir tak ada cedera serius yang membuat pemain absen panjang. Ini berbanding terbalik dengan dua tahun lalu, manakala Scolari selalu dibayangi hantu cedera, bahkan sempat kehilangan lima pemain pilarnya secara bersamaan.

Skuad Chelsea sekarang boleh dibilang warisan Jose Mourinho, pelatih nyentrik yang meninggalkan klub itu pada pengujung musim 2006/2007. Sejak saat itu, tak ada pemain besar yang dikontrak Chelsea—ini pula yang menjadi alasan Mourinho hengkang. Tim inilah—dengan pemain pilar yang sama—yang bergantian diasuh Avram Grant (2007/2008), Scolari (2008/2009), dan Hiddink (Februari-Mei 2009).

Tim sisa-sisa Mourinho ini sempat menjadi bulan-bulanan kritik para pengamat, bahkan sesama pelatih, menjelang dimulainya kompetisi Liga Primer musim lalu. Manajer Manchester United, Alex Ferguson, meramalkan Chelsea bakal kesulitan merebut gelar penting (Liga Primer, Liga Champions, dan Piala FA). ”Tim ini terlalu tua untuk bersaing merebut gelar-gelar bergengsi,” katanya.

Kini, setelah mengantongi gelar juara Liga Primer—meski gagal di Liga Champions—klub yang dimiliki raja minyak asal Rusia, Roman Abramovich, itu berhasil menembus final Piala FA. Ancelotti pantas menerima puja-puji. Tapi sebagian pujian juga harus diarahkan kepada Bruno Demichelis, pakar psikologi olahraga dan psikoterapi yang diboyong Ancelotti dari klub asalnya, AC Milan.

Sementara sukses satu klub kerap dihubungkan dengan kejelian pelatih membeli pemain dan mendatangkan pemain bintang, boleh dibilang sukses Chelsea musim ini berkat mengontrak Demichelis. Di awal musim, media-media di Inggris menyindir Ancelotti karena gagal mendatangkan Kaka dan Andrea Pirlo. ”Pembelian terbaik Carlo hanya seorang asisten teknik,” demikian tajuk halaman olahraga Guardian.

Seberapa hebat Demichelis? Jawabannya bisa dengan menyebut pemain gaek macam Paolo Maldini dan Alessandro Costacurta, yang bermain hingga memasuki usia 40 tahun. Atau sukses skuad uzur AC Milan menjadi juara Liga Champions musim 2006/2007. Ketika itu, delapan dari sebelas pemain utama yang diturunkan Ancelotti berusia di atas 30 tahun. Filippo Inzaghi, yang memborong dua gol Milan di final, bahkan berusia 34 tahun.

Demichelis memang lebih dikenal di belakang layar. Dia berperan menjaga kebugaran pemain, menentukan pemain yang harus diistirahatkan, memprediksi pemain yang akan cedera, dan memveto pembelian pemain. Pria 62 tahun ini merupakan pendiri MilanLab, pusat kebugaran para pemain AC Milan, sekaligus tempat konsultasi dan rehabilitasi atlet dunia yang menderita cedera.

Penilaian Demichelis pula yang membuat AC Milan tak kehilangan asetnya, Andriy Shevchenko, secara cuma-cuma. Empat tahun lalu, ketika Shevchenko sedang hebat-hebatnya, MilanLab memprediksi pemain tersebut tak lama lagi bakal meredup. Penilaian ini menjadi alasan AC Milan melepas Shevchenko seharga Rp 400 miliar ke Chelsea. Di klub barunya, ia hanya mencetak sembilan gol selama tiga musim.

Berkat MilanLab dan Demichelis, David Beckham, yang bermain di LA Galaxy, Amerika Serikat, berkeras ingin menjadi pemain pinjaman AC Milan karena ia merasa kebugaran tubuhnya terjaga. ”Baru beberapa hari di Milan, lemak tubuhnya susut separuh,” kata Jean Pierre Meersseman, Direktur MilanLab. Di sini, Beckham, 34 tahun, juga mendapat perawatan tulang belakang, yang disebabkan oleh pengaruh sakit gigi.

Berdasarkan hasil penelitian MilanLab, masalah pada gigi memang dapat mempengaruhi tulang belakang. Susunan gigi yang tidak normal mengakibatkan kemungkinan cedera pada tulang belakang lebih besar. Atas alasan ini pula, pada Juni 2009, AC Milan batal merekrut pemain FC Porto, Aly Cissokho, 23 tahun. Pemain Prancis kelahiran Senegal ini memiliki satu gigi taring gingsul.

Di Chelsea, Demichelis—dua kali juara karate Eropa—menerapkan teknik peremajaan pemain ala MilanLab. ”Idenya sederhana, melakukan pendekatan taktik, teknik, nutrisi, biokimia, dan psikologi untuk mencegah cedera,” kata Demichelis. Ia mengatakan, dengan data yang didapat dari tiap disiplin ilmu itu, bisa diprediksi kapan pemain cedera, sehingga pemain harus istirahat untuk menghindarinya.

Menurut Demichelis, umur pemain bukan masalah. ”Yang membuat pemain siap tampil adalah fisik dan psikologi, tak peduli 21 atau 41 tahun.” Setiap dua pekan, pemain menjalani tes prediksi cedera. Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan menyuruh pemain melompat. ”Dengan mengukur kecepatan dan fleksibilitas otot, kami mengumpulkan 60 ribu juta data untuk menilai pemain,” katanya.

Khusus untuk pemain yang sudah di atas 30 tahun, perlakuan terhadap mereka, terutama dalam berlatih, harus dibedakan agar bisa selalu tampil prima. ”Ricardo Carvalho, Anelka, Drogba, Ballack, Lampard, dan Terry adalah pemain kaya pengalaman, tapi fisik mereka akan tergerus jika tak mendapat perlakuan khusus selama bertanding pada kompetisi tingkat tinggi,” ujarnya.

Demichelis mengatakan, khusus untuk pemain Chelsea, ia lebih banyak memperhatikan sisi psikologis. ”Saya harus melakukan sesuatu yang berkaitan dengan mental, untuk mengatasi stres dan kelelahan.” Demichelis berusaha mengubah frustrasi menjadi energi positif dan keganasan di lapangan. Ia percaya hal kecil yang dilakukannya akan berbuah besar.

Kapten Chelsea, John Terry, mengakui kedatangan Demichelis membawa pengaruh positif bagi timnya. Setelah Chelsea sukses merebut kembali gelar juara Liga Primer, harapan lebih tinggi pun diletakkan di pundak Demichelis. Harian Guardian bahkan menyebut Demichelis bisa membuat para punggawa Chelsea itu berlaga hingga memasuki usia 40 tahun. Satu dekade lagi buat Drogba dan kawan-kawannya.

Adek Media (Financial Times, ESPN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus