NIAT Asian Badminton Confederation untuk memboikot turnamen
All England (1976) bukanlah suatu keputusan yang mengagetkan.
Keinginan buat menarik diri dari kejuaraan dunia tak resmi itu
sudah pernah disampaikan lewat petisi pada Presiden IBF, Stuart
Wyatt pertengahan tahun lalu. Yakni setelah anggota kelompok
gagal mendudukkan RRT menggantikan Taiwan dalam organisasi
bulutangkis internasional tersebut. Merasa konsekwen dengan
konsensus yang dituangkan di London, Jepang menyatakan diri
untuk tidak mengirim team ke All England. Ketika berita
Pemboikotan Jepang itu ditanyakan oleh wartawan pada Sekjen
IBF, Herbert Scheelle, ia menjawab: "Tanpa Jepang dan Indonesia
sekalipun, All England akan jalan terus". Keterus-terangan
Scheelle itu dengan cepat memanaskan kuping Teh Gin Sooi, Sekjen
ABC. Dan ia pun mengirim surat ajakan kepada PBSI untuk
membatalkan pengiriman pemain Indonesia ke Inggeris, mengikuti
jejak Jepang.
Misi Khusus
Surat Teh Gin Sooi itu bisa difahami. Indonesia memiliki
sejumlah pemain yang mempunyai reputasi baik di All England.
Tapi, ajakan tersebut sulit untuk dipenuhi PBSI. Karena
Indonesia punya kepentingan tersendiri dalam kejuaran All
England. Selain mempertaruhkan prestasi Rudy Hartono di sana,
juga tersirat keinginan buat memperpanjang gelar juara ganda
bagi Tjuntjun dan Johan Wahyudi. Persoalannya kini, bagaimana
agar ABC yang juga menyelenggarakan kejuaraan Asia, akhir Maret
ini tidak kecewa dengan sikap Indonesia di samping tidak
mengganggu program untuk All England?
Untuk itu penghujung Pebruari lampau dikirimlah Ketua Bidang
Organisasi PBSI, J.C. Tambunan dan Bendahara Suharso guna
memberikan pengertian pada pimpinan BC tentang keinginan
Indonesia yang sulit buat menerima ajakan pemboikotan yang telah
diutarakan. Misi khusus untuk Kuala Lumpur dan Bangkok itu
ternyata berjalan licin. Bahkan "Presiden ABC, Chumpolt akhirnya
memberikan dukungan untuk pengiriman Rudy ke sana", kata Suharso
Meski pemberangkatan team Indonesia ke All England telah
mendapat 'restu' dari ABC, tapi bagi Teh Gin Sooi permasalahan
tidak dengan sendirinya selesai. Sepulang dari Bangkok, ia
kembali mengeluarkan pernyataan di KualaLumpur: mulai tahun
depan (1977) pemain Asia tidak akan diizinkan ikut serta dalam
turnamen All England. Alasannya, All England bakal kehilangan
nama baiknya sebagai suatu turnamen besar dengan adanya
kejuaraan dunia yang resmi di Swedia -- di mana diperhitungkan
RRT akan ambil bagian -- tahun muka.
Perhitungan bakal masuknya RRT dalam IBF bukannya tak berdasar.
Mengingat sidang IBF itu sendiri akan diadakan bersamaan dengan
turnamen Piala Thomas di Bangkok, pertengahan 1976 ini. Sehingga
faktor diperlukan persetujuan -- peserta sidang (fasal 1
Anggaran Dasar IBF) untuk mengeluarkan Taiwan -- suatu syarat
yang diminta RRT -- kemungkinan besar akan terpenuhi. Sekiranya
perhitungan ini tidak meleset, adakah dengan sendirinya kiblat
bulutangkis dunia akan beralih dari London ke Asia? Bukan tak
mungkin. Meski belum tentu pula akan menghilangkan All England
sebagai suatu turnamen besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini