Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Turnamen Tanpa Mutu

Tanpa nyonya lany kaligis-lumanauw, invitasi tenis Indonesia 1976 terasa kurang bermutu. gondowijoyo berhasil membalas kekalahannya di piala davis zone asia tahun lalu dari sayeed meer. (or)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANPA nyonya Lany Kaligis-Lumanauw, kebolehan nyonya Lita Sugiarto dalaun bermain ganda kelihatan agak timpang. Berpasangan dengan nyonya Yolanda Sumarno dalam Invitasi Tenis Indonesia 1976, pekan lalu mereka nyaris dikalahkan secara dramatis oleh pemain muda usia Ayi Sutarno/Elfia Nizarwan. Ketinggalan 6-3 untuk set pertama, hanya kematangan pengalaman yang menyelamatkan mereka dari kekalahan. Sebab apa yang mereka suguhkan bukanlah suatu takaran permainan dalam kadar pemain nasional. Sebaliknya Ayi dan Elfia. Mereka tampak mantap sekali -- terutama di awal pertandingan dan set kedua -- menempatkan bola pada titik kelemahan lawan: nyonya Yolanda Sumarno. Tak Seimbang Tapi modal keberhasilan yang diraih Ayi/Elfia saat permulaan itu ternyata kurang ditopang oleh kemampuan fisik mereka. Setelah melalui pertarungan ketat di set kedua yang dimenangkan Lita/Yolanda, mereka kelihatan seolah kehabisan tenaga dalam melanjutkan permainan. Pukulan-pukulan mereka yang semula cukup akurat dalam penempatan yang sulit dijangkau lawan, berbalik menjadi bumerang. Lita yang bergerak ke depan jaring tanpa ampun menghajar bola pengembalian yang tanggung dari mereka. Dan membuat mereka kelabakan. Meski di atas kertas Lita/ Yolanda memang bukan merupakan lawan seimbang bagi Ayi/Elfia, namun peluang untuk menang cukup ada buat mereka. Sekiranya mereka tetap menggunakan taktik seperti dalam set pertama: Ayi berjaga-jaga di depan net, sementara tugas di garis belakang dibebankansepenuhnya pada Elfia. Karena keduanya masing-masing punya kelebihan pada posisi itu. Ayi sebagai otak pengatur serangan tepercaya dalam mencari titik musuh. Sementara Elfia terpuji dalam mengembalikan bola-bola lob. Sayang kerjasama itu tak ter jalin erat selama pertandingan. Sehinnga memberi peluang untuk Lita/Yolanda mengunci permainan 2-6, 6-4 dan 6-3. Masih tanpa kehadiran Lany. Dalam pertandingan partai tunggal bertemunya Lita dan Yolanda memperebutkan tempat utama ternyata juga merupakan suguhan permainan yang tak seimbang. Pertarungan antara Lita dan Yolanda hanya menarik di set pemula saja. Meski Yolanda termasuk pemain andalan nasional, tapi dibandingkan Lita kebisaannya memang belum seberapa. Jangankan untuk bisa memenangkan pertandingan atas Lita, melawan pemain junior Susan Subekti di semi-final saja, ia terpaksa memeras keringat. Kelemahan Yolanda, ia sering terperangkap dalam kesalahan sendiri. Baik dalam hal penempatan pengembalian bola lawan maupun waktu melakukan serve. Tak heran bila Lita tampak begitu mudah menjinakkan permainannya dengan angka: 6-3 dan 6-1. Bakal tersisihnya Yolanda sudah bisa ditebak. Tapi, mengapa dengan perlawanannya yang tak berarti seperti biasanya? "Saya masih flu", katanya. Gambaran Suram Di bagian putera, pertandingan yang menarik ternyata bukan di ronde akhir. Melainkan di semi-final. Gondowijoyo yang pernah dikalahkan pemain utama Pakistan, Sayeed Meer di perempat-final Piala Davis Zone Asia tanun lalu, berhasil menuntut balas atas kekalahannya diSenayan. "Permaina Gondo sebetulnya tidak terlalu bagus hanya saja ia banyak tertolong karena bermain di lapangan sendiri", kilah Meer seusai pertandingan dengan kekalahan di finak dirinya: 6-1 dan 7-6. Dalih Meer bisa difahami. Karena kwa teknis dan stamina ia memang tampak lebih baik dari Gondo. Tapi, mengapa ia tak berhasil mempertahankan reputasinya'? "Ini untuk anda saja. Ketika saya turun ke lapangan ada sedikit kelainan di paha saya sehabis dipijit di steambath", tambahnya. Kejang otot meski dengan penyebab lain dialami oleh Atet Wiyono sewaktu menghadapi Gondo di final. Ia terpaksa menyerah setelah bertarung ketat dan memenangkan set pertama 6-4. Tanpa perlawanan yang tak berarti Atet melepaskan set kedua 6 buat Gondo. Dan kemudian nenarik diri dari lapangan saat Gondobaru memimpin 1. Adakah gambaran suram yang diperlihatkan pemain-pemain Indonesia dalam rangka merayakan hari jadi ke-40 PELTI, merupakan keadaan dunia tenis kita yang sebenarnya? Agaknya memang demikian. Selama pemain muda pengganti yang diharapkan belum bisa berbuat banyak untuk menggeser kedudukan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus