TANPA nyonya Lany Kaligis-Lumanauw, kebolehan nyonya Lita
Sugiarto dalaun bermain ganda kelihatan agak timpang.
Berpasangan dengan nyonya Yolanda Sumarno dalam Invitasi Tenis
Indonesia 1976, pekan lalu mereka nyaris dikalahkan secara
dramatis oleh pemain muda usia Ayi Sutarno/Elfia Nizarwan.
Ketinggalan 6-3 untuk set pertama, hanya kematangan pengalaman
yang menyelamatkan mereka dari kekalahan. Sebab apa yang mereka
suguhkan bukanlah suatu takaran permainan dalam kadar pemain
nasional. Sebaliknya Ayi dan Elfia. Mereka tampak mantap sekali
-- terutama di awal pertandingan dan set kedua -- menempatkan
bola pada titik kelemahan lawan: nyonya Yolanda Sumarno.
Tak Seimbang
Tapi modal keberhasilan yang diraih Ayi/Elfia saat permulaan itu
ternyata kurang ditopang oleh kemampuan fisik mereka. Setelah
melalui pertarungan ketat di set kedua yang dimenangkan
Lita/Yolanda, mereka kelihatan seolah kehabisan tenaga dalam
melanjutkan permainan. Pukulan-pukulan mereka yang semula cukup
akurat dalam penempatan yang sulit dijangkau lawan, berbalik
menjadi bumerang. Lita yang bergerak ke depan jaring tanpa ampun
menghajar bola pengembalian yang tanggung dari mereka. Dan
membuat mereka kelabakan. Meski di atas kertas Lita/ Yolanda
memang bukan merupakan lawan seimbang bagi Ayi/Elfia, namun
peluang untuk menang cukup ada buat mereka. Sekiranya mereka
tetap menggunakan taktik seperti dalam set pertama: Ayi
berjaga-jaga di depan net, sementara tugas di garis belakang
dibebankansepenuhnya pada Elfia. Karena keduanya masing-masing
punya kelebihan pada posisi itu. Ayi sebagai otak pengatur
serangan tepercaya dalam mencari titik musuh. Sementara Elfia
terpuji dalam mengembalikan bola-bola lob. Sayang
kerjasama itu tak ter jalin erat selama pertandingan.
Sehinnga memberi peluang untuk Lita/Yolanda mengunci
permainan 2-6, 6-4 dan 6-3.
Masih tanpa kehadiran Lany. Dalam pertandingan partai tunggal
bertemunya Lita dan Yolanda memperebutkan tempat utama ternyata
juga merupakan suguhan permainan yang tak seimbang. Pertarungan
antara Lita dan Yolanda hanya menarik di set pemula saja.
Meski Yolanda termasuk pemain andalan nasional, tapi
dibandingkan Lita kebisaannya memang belum seberapa. Jangankan
untuk bisa memenangkan pertandingan atas Lita, melawan pemain
junior Susan Subekti di semi-final saja, ia terpaksa memeras
keringat. Kelemahan Yolanda, ia sering terperangkap dalam
kesalahan sendiri. Baik dalam hal penempatan pengembalian bola
lawan maupun waktu melakukan serve. Tak heran bila Lita tampak
begitu mudah menjinakkan permainannya dengan angka: 6-3 dan 6-1.
Bakal tersisihnya Yolanda sudah bisa ditebak. Tapi, mengapa
dengan perlawanannya yang tak berarti seperti biasanya? "Saya
masih flu", katanya.
Gambaran Suram
Di bagian putera, pertandingan yang menarik ternyata bukan di
ronde akhir. Melainkan di semi-final. Gondowijoyo yang pernah
dikalahkan pemain utama Pakistan, Sayeed Meer di perempat-final
Piala Davis Zone Asia tanun lalu, berhasil menuntut balas atas
kekalahannya diSenayan. "Permaina Gondo sebetulnya tidak
terlalu bagus hanya saja ia banyak tertolong karena bermain di
lapangan sendiri", kilah Meer seusai pertandingan dengan
kekalahan di finak dirinya: 6-1 dan 7-6. Dalih Meer bisa
difahami. Karena kwa teknis dan stamina ia memang tampak lebih
baik dari Gondo. Tapi, mengapa ia tak berhasil mempertahankan
reputasinya'? "Ini untuk anda saja. Ketika saya turun ke
lapangan ada sedikit kelainan di paha saya sehabis dipijit di
steambath", tambahnya.
Kejang otot meski dengan penyebab lain dialami oleh Atet Wiyono
sewaktu menghadapi Gondo di final. Ia terpaksa menyerah setelah
bertarung ketat dan memenangkan set pertama 6-4. Tanpa
perlawanan yang tak berarti Atet melepaskan set kedua 6 buat
Gondo. Dan kemudian nenarik diri dari lapangan saat Gondobaru
memimpin 1. Adakah gambaran suram yang diperlihatkan
pemain-pemain Indonesia dalam rangka merayakan hari jadi ke-40
PELTI, merupakan keadaan dunia tenis kita yang sebenarnya?
Agaknya memang demikian. Selama pemain muda pengganti yang
diharapkan belum bisa berbuat banyak untuk menggeser kedudukan
mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini