Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Arrigo Sacchi: Saya Menangis untuk Messi

Sacchi mengatakan ia menjadi emosional ketika Messi mengangkat trofi Piala Dunia.

19 Desember 2022 | 21.15 WIB

Kapten Argentina Lionel Messi  merayakan kemenangan Piala Dunia 2022 dengan trofi seusai final di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, Ahad,  18 Desember 2022. Messi berhasil membawa timnas Argentina memboyong trofi Piala Dunia setelah 36 tahun. REUTERS/Hannah Mckay
Perbesar
Kapten Argentina Lionel Messi merayakan kemenangan Piala Dunia 2022 dengan trofi seusai final di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, Ahad, 18 Desember 2022. Messi berhasil membawa timnas Argentina memboyong trofi Piala Dunia setelah 36 tahun. REUTERS/Hannah Mckay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pelatih Italia Arrigo Sacchi mengatakan Argentina vs Prancis adalah pertandingan terbaik di Piala Dunia dan dia menangis untuk kegembiraan Lionel Messi. Messi membawa timnas Argentina menjuarai Piala Dunia 2022 dengan menaklukkan juara bertahan Prancis melalui adu penalti di babak final pada Senin dini hari, 19 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Pertama-tama, sebuah pengakuan: ketika Messi mengangkat Piala Dunia ke langit, mata saya berlinang air mata,” tulis Sacchi di kolomnya untuk Gazzetta seperti dikutip Football Italia.

“Saya memikirkan jalannya, apa yang dia menangkan bersama Barcelona, dribbling-nya, penghargaan Ballon d'Or-nya. Tapi ada kutukan yang tidak bisa dia kalahkan. Dia belum memenangi trofi paling dicari dengan timnas. Itulah mengapa saya menjadi emosional ketika dia mengangkat piala ke langit.”

Dia mengatakan hidup itu murah hati dan begitu juga sepak bola. “Ini sering memberi Anda kembali apa yang Anda kerjakan. Messi telah memberikan harapan dan emosi, dia berkeringat dan bekerja keras. Piala Dunia ini adalah penghargaan untuk seluruh karier.”

Messi mencetak dua gol melawan Prancis dan sukses menyarangkan bola dalam adu penalti. Rekan setimnya di Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe, mencetak tiga gol selama pertandingan dan satu gol di adu penalti, tetapi itu tidak cukup untuk memenangi Piala Dunia keduanya secara berturut-turut.

“Dalam benak saya, akan ada citra hiburan absolut yang membuat miliaran orang terpaku di depan televisi. Ini adalah kemenangan besar bagi sepak bola,” kata mantan ahli taktik Italia itu.

Sacchi mencapai final Piala Dunia dengan Azzurri pada 1994 tetapi kalah adu penalti melawan Brasil. Dia melatih Azzurri dari 1991 hingga 1996.

Dia melatih AC Milan dari 1987 hingga 1991 dan pada 1996-97, memenangi Piala Eropa—sekarang Liga Champions—dua kali, dua Piala Super UEFA, dua Piala Dunia Klub, satu gelar Liga Italia Serie A, dan satu Piala Super Italia. Dia masuk ke dalam Hall of Fame Sepak Bola Italia pada 2011.

FOOTBALL ITALIA

Sapto Yunus

Sapto Yunus

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus