Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HENDRAWAN melompat, seakan hendak men-smash shuttlecock. Nyatanya, ia hanya memukul pelan hingga si bola bulu jatuh bergulir melewati jaring. Taufik Hidayat, lawannya, hanya terbengong-bengong. Skor 2-0 untuk Hendrawan. Senyum pahit Taufik lalu mengembang ketika Hendrawan berteriak kegirangan. Taufik pun melenggang keluar lapangan seraya menyodorkan kepada Hendrawan sekaleng minuman ringan yang tadi dipertaruhkan.
Begitulah suasana latihan pelatnas Piala Thomas dan Uber 2002, yang tampak jauh lebih santai dan penuh tawa canda. Final kejuaraan ini akan digelar di Guangzhou, Cina, 9 hingga 19 Mei mendatang. Latihan menjelang ke-berangkatan rombongan Senin ini cukup mempertaruhkan minuman kalengan. Dan itu pun cuma latih tanding dengan sistem poin dua. Artinya, siapa yang berhasil mencetak dua angka pertama keluar sebagai pemenang. Yang kalah digantikan pemain lain.
Meski terlihat santai, bukan berarti tim pelatnas tak serius mempersiapkan diri. ”Persiapan kita bagus. Sekarang hanya menjaga kondisi,” tutur Hendrawan, pemain berusia 30 tahun itu. Hal senada dikatakan oleh Manajer Tim Piala Thomas, Christian Hadinata. Menurut Christian, para pemain telah digenjot latihan teknik dan stamina selama sebulan lebih. Target pun telah dipancang: Indonesia harus mempertahankan gelar juara yang diraih dua tahun lampau itu.
Target itu jelas tak akan mudah diraih. Lihat saja pemain bulu tangkis Indonesia, yang begitu miskin prestasi. Di tiga ajang besar menjelang Piala Thomas—All England, Jepang Terbuka, dan Korea Terbuka—tak satu gelar pun bisa dibawa pulang. Selain itu, peringkat pemain Indonesia kini tak lagi mentereng. Selain Marleve, yang menempati urutan tujuh dunia, pemain-pemain pelatnas seperti Hendrawan, Taufik Hidayat, Budi Santoso, dan Roni Agustinus hanya bercokol di peringkat 20-an. Pemain ganda sama saja. Hanya pasangan Sigit Budiarto dan Chandra Wijaya yang berada di posisi 10 besar. Pasangan lainnya, yaitu Trikus Harjanto, Halim Haryono, dan Bambang Suprianto, jauh dari 10 besar. ”Materi pemain kita saat ini memang pas-pasan,” demikian pelatih Joko Suprianto mengakui.
Karena itu, menurut mantan pemain nasional Icuk Sugiarto, sukar bagi Indonesia untuk mempertahankan gelar. Apalagi, di putaran final mendatang telah menunggu lawan-lawan tangguh. Di babak penyisihan Grup B, Indonesia memang beruntung tak berada di grup keras. Lawan berat hanya Malaysia, sedangkan Thailand dan Jerman diyakini tak akan sulit diatasi. Namun, jalan terjal akan dilalui di semifinal saat menghadapi Cina, Korea, ataupun Denmark dari Grup A. Cina, umpamanya, memiliki pemain tangguh di sektor tunggal seperti Chen Hong, Xia Xuanze, Ji Xinpeng, ataupun Lin Dan. Chen Hong sudah menunjukkan keperkasaannya dengan menggondol juara di All England. Adapun Lin Dan menjadi juara Korea Terbuka akhir Maret lalu.
Kelemahan tim Indonesia, menurut Icuk, terutama pada ganda kedua. Itu karena kombinasi pasangan Trikus Harjanto, Bambang Suprianto, dan Halim Haryono hingga kini belum padu benar. Karena itu, ”Jika kehilangan satu poin saja di tunggal, alamat berat untuk memenangi pertandingan,” kata Icuk.
Toh, Christian Hadinata tetap optimistis. Menurut Christian, pelatnas kali ini telah dipersiapkan dengan matang. Strategi pertandingan, misalnya siapa yang akan diturunkan untuk menghadapi lawan-lawan nantinya, telah digodok dan dibuat skenarionya. ”Target mempertahankan gelar tidak mustahil diraih. Kita buktikan nanti,” kata Christian.
Bagaimana dengan Tim Uber? Kondisi Tim Uber ternyata lebih parah lagi. Tim yang diperkuat Lidya Djaelawijaya, Ellen Angelina, Yuli Marfuah, dan Atu Rosalina (tunggal), Vita Melisa-Deyana Lomban, Jo Novita-Eny Erlangga, dan Minarti Timur-Emma Ernawati (ganda) ini berada pada Grup A. Di grup ini ada tim tangguh Denmark dan Hong Kong, yang pernah melibas Indonesia pada babak kualifikasi di Australia, Maret lalu. Juga ada tim Belanda. Mungkin karena itu target yang dipatok tidak muluk-muluk: asal tidak menjadi juru kunci. ”Sampai ke semifinal saja sudah sangat alhamdulillah,” kata Verawaty Fadjrin, pelatih tunggal putri.
Hendriko L. Wiremmer, Levi Silalahi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo