Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Undangan yang Mematikan

Para tersangka kasus pembunuhan Theys dikenal berkawan akrab dengan korban. Tidak masuk akal?

6 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERAMBUT pendek dan berwajah kelimis, dua perwira menengah Kopassus itu tampak letih. Langkahnya tidak tergesa-gesa saat keluar dari Gedung II Markas Pusat Polisi Militer TNI di Jakarta, Rabu sore pekan lalu. Mereka lalu digiring ke dalam mobil dan dibawa pergi ke tahanan polisi militer. Satu lagi tersangka masih terus diperiksa sampai matahari hampir tenggelam.

Ketiga anggota pasukan Baret Merah yang biasanya garang itu sekarang tak berkutik. Mereka dituduh terlibat dalam pembunuhan Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua, 11 November tahun lalu. Sejak ditahan dua bulan silam, ketiganya sudah diperiksa lima kali.

Siapa saja mereka? Baik polisi militer maupun pengacaranya masih berupaya menyembunyikan jatidiri mereka. Yang disebut cuma inisialnya, yakni Hr, DH, Rd. Tapi, menurut sumber TEMPO di militer, ketiga tersangka itu tak lain Letkol (Inf.) Hartomo, Mayor (Inf.) Doni Hutabarat, dan Kapten (Inf.) Rionaldo.

Nama mereka diduga juga disebut dalam temuan Komisi Penyelidik Nasional (KPN) yang dipimpin oleh Koesparmono Irsan. Laporan komisi ini sudah disampaikan Presiden Megawati pekan lalu. Selain tiga perwira, KPN menyebut pula keterlibatan tiga bintara. Tiga bintara anak buah Hartomo ini belum diperiksa oleh polisi militer. "Untuk sementara memang baru tiga orang itu. Tapi nanti bisa saja penyidikan berkembang dan jumlah tersangka bertambah," ujar Mayjen Sulaiman A.B., Komandan Puspom TNI.

Rupanya penyidikan bermula dari atasan dulu. Saat Theys dihabisi, Hartomo menjadi Komandan Satgas Tribuana Kopassus di Papua, yang beranggotakan sekitar 300 personel. Di kalangan pasukan Baret Merah, ia termasuk perwira yang matang ditempa pengalaman. Sebelumnya, lulusan Akabri 1986 ini menjadi Komandan Batalion Kopassus di Solo dan pernah pula bertugas di Timor Timur.

Menurut sumber TEMPO, Hartomo dikenal pandai menyelami psikologi masyarakat. Terbukti, ketika bertugas di Timor-Timur, ia mampu mengubah sikap masyarakat setempat yang semula menolak ikut pengobatan massal. Sebagai Komandan Satgas Tribuana pun Hartomo juga ramah kepada masyarakat di sekitar markasnya di Jayapura. Ia juga berkawan akrab dengan Theys.

Keramahan itu belakangan malah berbuah curiga. Soalnya, Hartomo-lah yang mengundang Theys untuk datang ke markas Kopassus di Hamadi, Jayapura, pada malam hari. Ia menjadi tamu resepsi perayaan Hari Pahlawan. Sepulang dari acara ini, Theys diculik orang. Keesokan harinya tokoh prokemerdekaan itu ditemukan tewas karena dicekik di sebuah pinggir jalan, puluhan kilometer dari tempat perayaan.

Yang mengundang Theys langsung sebetulnya bukan Hartomo, melainkan Doni Hutabarat. Menurut Thaha Al-Hamid, Sekjen Presidium Dewan Papua, tiga hari sebelum Theys dibunuh, orang kepercayaan Hartomo ini datang ke rumah korban. Dialah yang menyampaikan undangan resepsi itu kepadanya. Saat itu, kata Thaha, keluarga Thyes sudah menaruh kecurigaan. Itu karena selama dua pekan sebelumnya sejumlah anggota Kopassus sudah mondar-mandir di sekitar rumahnya, seolah sedang mengawasi. "Mereka terkesan seperti menebar jaring," ujar Thaha kepada TEMPO.

Sehari-harinya Doni menjadi Wakil Komandan Satgas Tribuana. Seperti Hartomo, lulusan Akbari 1990 ini juga dikenal supel dalam pergaulan. Menurut sumber TEMPO di militer, pria berkulit cokelat setinggi 173 sentimeter dan berwajah khas Batak ini termasuk prajurit yang cerdas dan tak punya cela. Wakil Komandan Satgas Tribuana ini sehari-hari juga supel dalam bergaul.

Selain Doni, Kapten Rionaldo juga dikenal sebagai tangan kanan Hartomo. Ketika di Akabri, ia termasuk taruna yang cerdas dan pernah menjadi Ketua Lembaga Musyawarah Taruna di Akabri. Lulus pada 1994, Rionaldo juga terampil berbahasa Inggris. Selama bertugas di Papua, dialah yang dipercaya Satgas Tribuana untuk berhubungan dengan orang-orang asing yang datang ke provinsi ini.

Diduga, ketiga figur itulah yang berada di balik pembunuhan Theys. Tuduhan ini segera ditepis oleh Ruhut Sitompul, pengacaranya. Katanya, tidak masuk akal bila anggota Kopassus merancang operasi secara gegabah: mengundang orang, terus menghabisinya. Selain itu, "Kami punya bukti dan saksi yang menyaksikan ketiganya berada di markas Tribuana saat jam-jam perkiraan kejadian," ujarnya kepada TEMPO.

Terlibat-tidaknya Hartomo, Doni, dan Rionaldo akan lebih jelas bila tiga bintara yang diduga para pelakunya langsung di lapangan diperiksa juga oleh polisi militer. Yang pasti, dalam aksi kriminalitas, sang dalang memang tidak perlu berada di tempat kejadian.

Dwi Arjanto dan Cunding Levi (Jayapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus