Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADEGBOYE Onigbinde ternyata cuma seorang bedinde. Sejak ditun-juk menjadi pelatih tim nasional Nigeria, Februari lalu, jangankan berusaha menambal kelemahan tim, bekas guru olahraga ini lebih banyak mendengar kata-kata para petinggi sepak bola di sana. Tindakannya sudah makan korban. Dua pemain pilar, yakni Sunday Oliseh, yang bermain di Borussia Dortmund, dan Finidi George, yang berlaga di Ipswich Town, tak boleh masuk skuad Piala Dunia di Korea dan Jepang bulan depan.
Alasannya pun sungguh tidak masuk akal. Dua pemain itu dianggap berdosa karena memimpin protes menuntut pengembalian uang tiket pesawat udara selepas Piala Afrika di Mali, Februari silam. Ia juga mencoret lima pemain yang malang-melintang dalam kualifikasi Piala Dunia dan Piala Afrika. Mereka adalah Tijjani Babangida, Garba Lawal, Victor Ikpeba, Murphy Akanji, dan Ndubuisi Egbo.
Tak pelak, keputusan ini menggemparkan publik sepak bola di Nigeria. Bagaimanapun, kehadiran dua pemain yang turut dalam Piala Dunia 1994 dan 1998 itu sangatlah penting. Apalagi, di Piala Dunia nanti, tim Elang Super ini bergerombol di grup berat bersama Argentina, Swedia, dan Inggris. Meski masih punya Nwanko Kanu, tak pelak dengan formasi seperti itu tampaknya Nigeria tengah bersiap untuk pulang lebih awal.
Onigbinde membantah bila disebutkan keputusan mencoret dua pemain pilar dan lima pemain lainnya itu semata dilakukan karena munculnya tekanan dari pejabat Federasi Sepak Bola Nigeria (NFA). Menurut Onigbinde, sebenarnya ia sudah berkali-kali menghubungi Oliseh untuk segera bergabung dengan tim yang dipersiapkannya. Namun, tak ada jawaban. Daripada kagak jelas, akhirnya ia memutuskan untuk mencoretnya. Bahkan belakangan ia menuduh gelandang Borussia Dortmund itu menyepelekan panggilan untuk membela negara.
Keruan saja Oliseh ngamuk-ngamuk mendengar penjelasan Onigbinde. Me-nurut dia, tak sekali pun Onigbinde menghubunginya. ”Itu sih bisa-bisanya dia saja,” ujarnya. Belakangan Oliseh mendengar kabar bahwa dirinya dan beberapa pemain lain masuk daftar hitam pemain bermasalah.
Seperti halnya negeri Afrika lainnya, sepak bola Nigeria memang masih bisa digerecoki orang-orang di luar sepak bola. Empat tahun silam, striker Victor Ikpeba menyatakan tim nasional Nigeria dipenuhi oleh pe-main titipan dari beberapa tokoh politik negeri itu. Salah satu di antaranya, menurut Ikpeba, adalah Daniel Amokachi, yang bisa masuk tim akibat campur tangan Jenderal Sani Abacha, yang merupakan diktator di negeri itu.
Itu bukan yang pertama. Selama beberapa tahun, media lokal sempat menggunjingkan maraknya pemain yang menyogok ofisial tim semata agar mereka masuk skuad Elang Super. Dan hal itu pun terulang. Menurut Fanny Amun, asisten Onigbinde, beberapa pemain yang tidak dilirik masuk tim berusaha mendekati para politisi di negeri itu untuk membujuk Onigbinde agar bisa memasukkan namanya. Belum ketahuan apakah permintaan itu diwujudkan.
Lepas dari soal itu, soal lain yang mengancam tim ini adalah perihal janji bonus. Sialnya, lagi-lagi persoalan ini juga ditentukan oleh para petinggi federasi sepak bola. Dibandingkan dengan tim-tim lain, negeri ini terbilang lambat dalam masalah duit hadiah itu. Kabarnya, bonus itu baru akan dibincangkan pada pertengahan Mei ini. Sekali lagi: baru akan dibicarakan! Dan para birokrat sepak bola di sana sudah mewanti-wanti agar pemain tidak banyak menuntut. Kalau masih nekat? Mereka bisa dengan mudah me-mutar lidah dengan melontarkan tuduhan ke para pemain: rakus dan tidak patriotik.
Yang pasti, jumlah bonus yang bakal diberikan sedikit-banyak akan dipengaruhi oleh rencana kepergian para gubernur, anggota parlemen, dan pemimpin partai politik ke Korea dan Jepang untuk Piala Dunia. Pada Olimpiade 2000 di Sydney, pemerintah Nigeria mengongkosi sekitar 160 orang, yang sebagian besar adalah pejabat dan tokoh politik. Nah, untuk tahun ini agaknya biaya pelesir para penggembira itu akan menyedot duit yang lumayan gemuk, US$ 4 juta.
Kalau begini kejadiannya, sih, tidak usah kaget bila di Piala Dunia kelak Elang Super tak mampu bersaing dengan Argentina atau Inggris di grupnya. Jangan-jangan mereka langsung menggelepar.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo